Laporkan Masalah

Kerancuan dan Efektivitas Lambang Ortografi Bahasa Indonesia

Anisa Eka Puspita, Drs. Sunarso, M.Hum.

2023 | Skripsi | S1 SASTRA INDONESIA

Bahasa tulis dan bahasa lisan  harus dibedakan penggunaannya. Sekarang sangat lazim dan sering bahasa tulisan digunakan untuk berkomunikasi di media sosial,  berita, hingga untuk hiburan seperti novel. Pada saat itulah lambang bunyi atau yang biasa disebut huruf digunakan. Huruf abjad atau grafem yang biasa digunakan dalam bahasa Indonesia hanya ada 26, sedangkan bunyi ada banyak sekali. Maka dari itu banyak huruf yang seringkali dipakai untuk mewakili dua atau lebih bunyi. Tentu saja hal tersebut bisa menimbulkan salah paham atau salah persepsi karena suatu lambang salah diucapkan.

 Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan lambang ortografi apa saja yang memunculkan kerancuan serta menjelaskan efektivitas lambang ortografi yang rancu dalam bahasa Indonesia dengan teori fonologi, ortografi, dan language planning. Metode penelitian dengan cara mengumpulkan data dengan teknik catat, menganalisis dan menghitung data, dan menyajikan data dalam tabel dan uraian. 

Hasil dari penelitian ini yaitu lambang ortografi dalam bahasa Indonesia dinilai masih ada kerancuan. Dengan tingkat peluang salah baca dan tulis sebanyak 15%. Jika dibandingkan dengan faktor-faktor language planning yang dikemukakan Cahill dan Karan untuk menentukan efektivitas lambang ortografi, maka lambang yang dinilai belum efektif adalah lambang sy, s, x, b, p, g, k, v, f, a, i, u, o, d dan t.

Written language and spoken language must be differentiated in use. Now it is very common and often written language is used to communicate on social media, news, and even for entertainment such as novels. That's when sound symbols or what are usually called letters are used. There are only 26 letters of the alphabet or graphemes commonly used in Indonesian, while there are many sounds. Therefore many letters are often used to represent two or more sounds. Of course this can lead to misunderstanding or misperception because a symbol is mispronounced.

  This research aims to explain what orthographic symbols give rise to confusion and explain the effectiveness of ambiguous orthographic symbols in Indonesian using the theories of phonology, orthography and language planning. The research method is by collecting data using note-taking techniques, analyzing and calculating data, and presenting data in tables and descriptions.

The results of this study are that the orthographic symbols in Indonesian are still considered to be ambiguous. With the probability of misreading and writing as much as 15%. When compared with the language planning factors proposed by Cahill and Karan to determine the effectiveness of orthographic symbols, the symbols that are considered not effective are the sy, s, x, b, p, g, k, v, f, a, i, u symbols. , o, d and t. 

Kata Kunci : ortografi, kerancuan, efektivitas, language planning.

  1. S1-2023-443338-abstract.pdf  
  2. S1-2023-443338-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-443338-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-443338-title.pdf