Pemetaan Tingkat Kekritisan Daerah Resapan Air di Kecamatan Banyumanik Bagian Utara dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process
Ahmad Arfiandi, Dr.Eng. Ir. Wawan Budianta, S.T., M.Sc., IPM., Dr.Eng. Ir. Wawan Budianta, S.T., M.Sc., IPM.
2023 | Skripsi | TEKNIK GEOLOGI
Pembangunan
yang masif di kota-kota besar, termasuk Semarang, membuat daerah resapan air
tanah dialihfungsikan sebagai permukiman. Perlu diadakan penelitian untuk
mengetahui tingkat kekritisan daerah resapan air di Kota Semarang. Penelitian
dilakukan di Kota Semarang, tepatnya di Kecamatan Banyumanik bagian utara yang
mencakup 6 Kelurahan, yaitu
Srondol Wetan, Srondol Kulon, Sumurboto, Pedalangan, Tinjomoyo, dan Ngesrep. Penelitian
ini dilakukan untuk memetakan kondisi kekritisan air tanah pada area penelitian.
Data primer yang digunakan berupa sampel tanah dan sampel batuan, dengan data
sekunder berupa peta geologi regional, peta tata guna lahan, peta kemiringan
lereng, dan peta permeabilitas tanah yang digunakan untuk mendukung data primer
yang didapatkan di lapangan. Data yang didapat kemudian diolah untuk
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
parameter berupa ukuran butir
tanah, permeabilitas tanah, tata guna lahan, litologi, kemiringan lereng, dan
kerapatan struktur geologi. Pada masing-masing parameter tersebut juga dilakukan pembobotan pada
sub-parameter yang berpengaruh pada kondisi resapan air. Jumlah pembobotan pada
sub-parameter dan parameter tersebut kemudian dijumlahkan untuk mengetahui kelas
kekritisan daerah resapan air. Penentuannya menggunakan jumlah skor
tertinggi dan jumlah skor paling rendah yang diantaranya dibagi menjadi
beberapa interval. Berdasarkan analisis
yang dilakukan, area penelitian dapat dibagi menjadi kelas kekritisan dengan persentase
dari yang terbesar ke yang terkecil adalah: agak kritis (45,7%), mulai kritis
(23,7%), kritis (14,1%), sangat kritis (9,8%), normal alami (6,4%), dan baik
(0,4%). Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi dalam pembuatan
kebijakan dalam rangka konservari air tanah maupun mitigasi bencana pada area
penelitian.
Massive
developments in big cities, including Semarang, have resulted in the conversion
of groundwater catchment areas into settlements. Research is needed to
determine the criticality level of water catchment areas in Semarang City. This
research was conducted in Semarang City, in the northern part of Banyumanik
District, including six sub-districts: Srondol Wetan, Srondol Kulon, Sumurboto,
Pedalangan, Tinjomoyo, and Ngesrep. This research objective is to map the
critical condition of groundwater in the research area. The primary data used
were soil and rock samples, with secondary data such as regional geological
maps, land use maps, slope maps, and soil permeability maps used to support the
primary data obtained in the field. The data were then processed using the AHP
(Analytical Hierarchy Process) method with parameters such as soil grain size,
soil permeability, land use, lithology, slope, and density of geological
structures. Each of these parameters is also weighted on the
sub-parameters that affect water absorption conditions. The total weighting of
the sub-parameters and parameters is then added up to determine the criticality
classes of the water catchment area. The determination uses the highest
total score and the lowest total score which is divided into several intervals.
Based
on the calculations, the research area could be divided into criticality
classes of recharge area from
largest to smallest is: moderately critical (45,7%), starting to be critical
(23,7%), critical (14,1%), very critical (9,8%), naturally normal (6,4%), dan good
(0,4%). The results were expected to be used as a reference in
policymaking regarding groundwater conservation and disaster mitigation in the
research area.
Kata Kunci : analytical hierarchy process, daerah resapan air, kekritisan air tanah