Laporkan Masalah

Dari Pengakuan Hingga Pengasuhan: Eksistensi Nyai dan Anak-Anaknya Pada Kota-Kota di Jawa Akhir Abad Ke-19 Sampai Awal Abad Ke-20

Juliana Amaliawarman, Dr. Widya Fitria Ningsih, M.A.

2023 | Skripsi | ILMU SEJARAH

Praktik pernyaian yang menghadirkan anak-anak Indo di akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 menjadi hal yang lumrah di Jawa khususnya di kota-kota besar. Praktik pernyaian pada kebanyakan kasus diawali dengan adanya nyai yang menjadi pasangan hidup laki-laki Eropa. Khususnya dalam ranah domestik rumah tangga, nyai memiliki berbagai peran sebagai pembantu rumah tangga, pasangan tidak resmi bagi laki-laki Eropa, hingga seorang ibu yang mendidik anak-anak di keluarganya. Hal ini kemudian menjadi cikal bakal hadirnya keluarga campuran di Hindia Belanda terkhusus Jawa. Anak-anak Indo yang dilahirkan dari keluarga nyai memiliki perbedaan dengan anak-anak Bumiputra ataupun anak-anak berdarah totok Eropa. Perbedaan dapat diketahui dari cara anak-anak tersebut diakui, aturan hukum yang diberlakukan, hingga pengasuhan. Peran nyai yang sedemikian rupa di dalam keluarga dan mengasuh anak-anaknya membuat citra nyai menjadi lebih emansipatif di awal abad ke-20.


Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah melalui penelitian arsip, surat kabar, dan majalah. Penelitian ini berfokus tentang nyai dan anak-anaknya mulai dari peran, kedudukan, dan status di dalam keluarga, masyarakat, dan hukum kolonial Belanda serta pengakuan hingga pengasuhan anak. Melalui penelitian ini diketahui bahwa nyai sebenarnya mempunyai kedudukan yang lebih emansipatif, tidak selamanya lekat dengan stigma negatif. Anak-anak Indo yang dilahirkan dan diasuh oleh nyai juga menjadi bukti bahwa nyai menjadi agen di dalam keluarganya yang kemudian membentuk keluarga campuran.

The practice of concubinage involving Indo children in the late 19th to the early 20th centuries become commonplace in Java, especially in big cities. In most cases, the practice of marriage begins with the presence of a nyai who becomes the life partner of an European man. Especially in the domestic household, nyai had various roles as a housemaid, an unofficial partner for European men and a mother for the children in the family. This became the forerunner to the presence of mixed families in the Dutch East Indies, especially Java. Indo children born to nyai families are different from Bumiputra children or totok European children. Differences can be seen from the recognition of children, the legal rules, and the parenting in the family. The nyai's role in the family and caring for her children made the nyai's image more emancipatory at the beginning of the 20th century.


This research used historical methods through archival research, newspapers and magazines. This research focuses on nyai an their mixed-race children, mainly their role and status in the family, society. and Dutch Colonial Law. It also examines the parenting of these mixed-race children. The research shows that nyai actually have a more emancipatory position, not always attached to a negative stigma. Indo children who are born and raised by nyai are also proof that nyai become agents in their mixed-race families.

Kata Kunci : nyai, anak-anak, Indo, keluarga campuran, Jawa, pengakuan, pengasuhan.

  1. S1-2023-439565-abstract.pdf  
  2. S1-2023-439565-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-439565-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-439565-title.pdf