Ciri pembeda bentuk dan makna peribahasa jawa
KURNIA, Ermi Dyah, Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo
2003 | Tesis | S2 LinguistikPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ciri-ciri pembeda bentuk dan makna peribahasa Jawa serta mendeskripsikan hubungan antara bentuk dan makna tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis kontrastif. Tujuan utama penelitian kontrastif dalam hal ini adalah untuk menemukan ciri-ciri pembeda atau komponen semantik. Jadi yang dikontraskan bukan dua bahasa yang berbeda tetapi bentuk-bentuk yang bersinonim dalam satu bahasa. Data penelitian adalah peribahasa Jawa yang berupa kalimat. Jenis peribahasa yang dimaksud adalah paribasan, bebasan, saloka, sanepa, panyandra, dan pepindhan. Data diambil dari buku-buku kumpulan peribahasa Jawa dengan metode simak dan teknik catat. Hasil pokok kajian peribahasa Jawa adalah ditemukan parameter pembeda yang spesifik antara paribasan, bebasan, saloka, sanepa, panyandra dan pepindhan. Berdasarkan hasil penelitian, ada enam ciri pembeda bentuk yaitu 1) pola kalimat, 2) unsur puitis, 3) pemakaian perbandingan, 4) unsur yang dibandingkan, 5) sarana perbandingan dan 6) unsur pembanding. Pola kalimat meliputi kalimat majemuk, kalimat tunggal, kalimat perintah, dan kalimat ringkas. Unsur puitis meliputi penggunaan kata-kata dan morfem kawi, pemanfaatan ritmis bunyi (asonansi dan aliterasi), penggunaan simbol, penggunaan kata-kata yang mustahil terjadi dalam kehidupan sehari-hari, perangkaian kata-kata yang maknanya berkebalikan dengan sifat atau keadaan yang dinyatakan, pemaka ian prefiks N- untuk perbandingan, dan pelesapan butir tertentu. Unsur yang dibandingkan meliputi orang, benda atau hal, keadaan, sifat, dan tingkah laku. Sarana perbandingan berupa kata kaya ‘seperti’ dan sinonim dalam bahasa Kawi yaitu kadi, lir, pindha, kadya, N-, dan Æ (tanpa sarana perbandingan). Unsur pembanding meliputi nama orang, nama benda atau hal, nama hewan dan nama tumbuhan. Ciri pembeda dari segi makna ada delapan yaitu makna hukum alam, penyangatan, sesanti (pedoman hidup), nasehat baik, larangan dan lukisan kasus khusus. Makna lukisan kasus khusus meliputi lukisan keadaan, sifat, dan tingkah laku. Dari penelitian hubungan antara bentuk dan makna dapat ditemukan bahwa bentuk kalimat ternyata mempunyai makna. Satu makna dalam peribahasa Jawa disampaikan dengan beberapa pola kalimat.
This study is aimed at describing distinctive features of Javanese proverbs. The description deals with their forms, their meanings, and the relation between their forms and meanings. This study is carried out through the application of contrastive analysis method. The main objective of this contrastive study is to find the semantic features or semantic components. The things to be contrasted are some synonymous forms of a language, instead of two different languages. The data of this study are sentences in Javanese proverbs taken from several books on Javanese proverbs. The kinds of Javanese proverbs that are examined include paribasan, bebasan, saloka, sanepa, panyandra, and pepindhan. The results of this study show that there are specific distinctive parameter among paribasan, bebasan, saloka, sanepa, panyandra, and pepindhan. According to the forms, there are six distinctive features, namely 1) the patterns of sentence, 2) the poetic elements, 3) the use of comparison, 4) the elements compared, 5) the means of comparison, and 6) the comparers. The patterns of sentence include compound sentence, simple sentence, imperative sentence, and simplified sentence. The poetic elements include the use of Kawi words and Kawi morphemes, the use of rhytmic sounds (asonancy, alliteration), the use of symbols, the use of impossible things, the use of words in conjuction with other words that opposite in meaning, the use of a prefix N- to expreses a comparison, and the use of ellipsis of certain particles. The elements compared include persons, things, situations, characters and behaviours. The means of comparison consists of the word kaya ‘seperti’ and its Kawi synonyms kadi, lir, pindha, kadya, N- and Æ. The comparers include names of persons, names of things, the combinations between adjectives and noun in opposite, names of animals and names of plants. According to the meanings, there are eight distinctive features, namely law of nature, emphasis, motto, good advice, prohibition and descriptions of special cases, which include situations, characters and behaviours. Based on the study of the relation between meanings and forms, it can be conclude that syntactic forms usually have certain meanings. A certain type of sentence expresses a cer tain type of meaning.
Kata Kunci : Bahasa Jawa,Peribahasa,Bentuk dan Makna, Javanese proverbs, contrastive analysis, distinctive features, grammatical meaning.