Laporkan Masalah

Kesejahteraan Suku Laut Kabupaten Bintan

Maya Audina Piratiwi, Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc., Ph.D.

2023 | Tesis | S2 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Suku Laut merupakan bagian dari masyarakat terasing atau masyarakat adat yang memiliki tatanan hidup yang berbeda dari masyarakat pada umumnya. Kategori masyarakat terasing dinilai sebagai tatanan kehidupan yang memiliki kondisi taraf hidup rendah. Dalam rangka memperbaiki taraf kehidupan, Suku Laut didaratkan dan diberikan bantuan-bantuan program kesejahteraan dari negara melalui Pemerintah Kabupaten Bintan. Namun, bantuan tersebut belum memberikan hasil sesuai dengan target pencapaian hingga penelitian ini dilakukan. Suku Laut masih menyandang label terasing walupun telah menjalani kehidupan selayaknya masyarakat yang berada di darat.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana kesejahteraan yang diterima oleh Suku Laut melalui dua pendekatan kesejahteraan. Pada pendekatan objektif, Suku Laut telah mendapatkan kesejahteraannya melalui implementasi kebijakan kesejahteraan oleh negara. Pada pendekatan subjektif, Suku Laut mampu memberi tanggapan maupun evaluasi mengenai keadaan kesejahteraannya. Penelitian mengenai pemberian tanggapan maupun evaluasi sangat berpengaruh pada perasaan individu, oleh sebab itu pada penelitian ini pendekatan subjektif dikaji melalui pendekatan ilmu sosial untuk menghindari bias kajian psikologis dengan melihat bagaimana tanggapan itu bisa terbentuk. 

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Penelitian ini menyajikan data apa adanya di lapangan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan cara mentranskripsikan seluruh data yang diperoleh, kemudian direduksi dan dianalisis menggunakan teori konstruksi, konsep kesejahteraan dan persepsi, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. 

Berdasarkan temuan di lapangan, kehidupan Suku Laut yang telah didaratkan belum memperoleh kesejahteraan seutuhnya. Dilihat dari pendekatan objektif, Suku Laut telah menerima program kesejahteraan layaknya masyarakat darat, namun, program yang diberikan belum terserap dengan kapasitas yang sama dibandingkan dengan masyarakat darat yang menjadi tolak ukur sebagai masyarakat sejahtera. Pada pendekatan subjektif, Suku Laut mampu mempersepsikan kesejahteraan sesuai dengan struktur ruang dan waktu keberadaannya. Namun, pandangan ini belum dapat diterima dan direalisasikan karena berbeda dari pemikiran secara umum. Perbedaan ini menjadi acuan sebagai bentuk ketertinggalan tatanan hidup Suku Laut, sehingga melabelinya dengan masyarakat terasing. Melalui kedua pendekatan ini menunjukkan perbedaan negara dan Suku Laut dalam mempersepsikan kesejahteraan, sehingga keadaan kesejahteraan yang didapatkan oleh Suku Laut tidak stabil, satu sisi dapat diterapkan namun sisi lainnya belum dapat diterapkan. Ketidakstabilan ini terjadi karena belum meleburnya kondisi yang diharapkan negara dengan kebutuhan Suku Laut.

“Suku Laut” or the Sea Tribe is part of an isolated or indigenous community with a way of life distinct from the general society. The category of isolated communities is often associated with a low standard of living. To improve their standard of living, the Sea Tribe have received well-being assistance from the government through the Bintan Regency Government. However, this assistance has not generated the expected results, until this study was conducted. The Sea Tribe still bear the label of 'isolated', despite living a lifestyle similar to land-based communities.

This research aims to examine the well-being received by the Sea Tribe through two well-being approaches. In the objective approach, the Sea Tribe have obtained their well-being through the implementation of well-being policies by the state. In the subjective approach, the Sea Tribe are able to provide responses and evaluations of their well-being. Responses and evaluations greatly influence individual feelings; therefore, in this study, the subjective approach is examined using a social science perspective to avoid psychological bias. Through this social study, we can understand how the Sea Tribe respond to their well-being through their behavior, environment, and culture.

The research method used is a qualitative method with descriptive analysis. This research presents data as it is in the field according to the problems studied. Data analysis was carried out by transcribing all the data obtained, then reducing and analyzing it using construction theory, the concept of well-being and perception, then making a conclusions.

Based on findings in the field, the lives of the Sea Tribes who have been landed have not achieved complete well-being. Viewed from an objective approach, the Sea Tribes have received well-being programs like land communities, however, the programs provided have not been absorbed with the same capacity compared to land communities which are the benchmark for a well-being community. In the subjective approach, the Sea Tribe is able to perceive well-being in accordance with the spatial and temporal structure of its existence. However, this view cannot be accepted and realized because it is different from general thinking. This difference becomes a reference as a form of backwardness in the Sea Tribe's way of life, thus labeling them as an isolated community. Through these two approaches, it shows the differences between countries and Sea Tribes in perceiving welfare, so that the welfare situation obtained by the Sea Tribes is unstable, one side can be implemented but the other side cannot yet be implemented. This instability occurs because the conditions expected by the country have not yet merged with the needs of the Sea Tribes. 

Kata Kunci : Kesejahteraan, Suku Laut, Konstruksi Sosial, Persepsi

  1. S2-2023-449227-abstract.pdf  
  2. S2-2023-449227-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-449227-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-449227-title.pdf