Peningkatan Ketahanan Kesehatan Kota (Urban Health Resilience) Pada Permukiman Padat Penduduk Perkotaan Dengan Strategi Retrofitting Elemen Rancang Kota Kasus: Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng, Surabaya
Aurelia Dewi, Dr. Eng. Ir. M. Sani Roychansyah, S.T., M.Eng. ; Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D.
2023 | Tesis | MAGISTER RANCANG KOTA
Pandemi COVID-19 telah menyoroti pentingnya kota dalam membentuk risiko kesehatan dan mengurangi ketidaksetaraan kesehatan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi ketahanan kesehatan perkotaan (Urban Health Resilience) di kawasan permukiman padat penduduk dengan mengukur tingkat ketahanan kesehatan (Urban Health Resilience) dilihat dari elemen rancang kota. Studi ini berfokus pada tujuh indikator elemen rancang kota: keragaman penggunaan lahan, kepadatan bentuk lingkungan, kualitas bentuk lingkungan, infrastruktur transportasi, konektivitas jalan, taman dan rekreasi, serta layanan dan akomodasi darurat.
Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara nilai ketahanan kesehatan kota (Urban Health Resilience) dan elemen rancang kota. RW pada Kelurahan Mojo dengan tingkat ketahanan kesehatan (Urban Health Resilience) yang rendah berada di zona dengan tingkat ketahanan kesehatan kota (Urban Health Resilience) dilihat elemen rancang kota yang buruk, yang mana hal ini dapat meningkatkan risiko kesehatan dan kejadian penyakit. Zona yang berada di enclave lebih rentan terhadap tingkat penyakit yang tinggi karena keterbatasan aksesibilitas transportasi umum, tingkat kepadatan yang lebih tinggi, dan konektivitas jalan yang buruk.
Strategi retrofitting diterapkan untuk meningkatkan nilai ketahanan kesehatan kota (Urban Health Resilience) di permukiman padat penduduk Kelurahan Mojo. Model retrofitting diadaptasi dari prinsip desain strategi dan preseden retrofitting, dengan fokus pada indikator untuk taman dan rekreasi, layanan dan akomodasi darurat, dan keragaman penggunaan lahan. Pendekatan ini memprioritaskan tindakan yang berkaitan dengan taman dan rekreasi, layanan dan akomodasi darurat, dan keragaman penggunaan lahan, karena hasil perhitungan uji statistik SPSS memiliki korelasi yang tinggi dengan ketahanan kesehatan perkotaan (Urban Health Resilience).
The COVID-19 pandemic has highlighted the importance of cities in shaping health risks and reducing urban health inequalities. This research aims to explore urban health resilience in densely populated residential areas by measuring the level of urban health resilience in urban settlements and urban design elements. The study focuses on seven indicators of urban design elements: land use diversity, environmental form density, environmental form quality, transportation infrastructure, road connectivity, parks and recreation, emergency services and accommodation.
The results show a relationship between the values of urban health resilience and urban design elements. RWs in Mojo Village with low urban health resilience levels are in zones with poor urban design elements, which increases health risks and disease incidence. Zones in enclaves are more vulnerable to high disease rates due to limitations in public transportation accessibility, higher density levels, and poor road connectivity.
A retrofitting strategy was implemented to increase the value of urban health resilience in densely populated urban settlements in Mojo Village. The retrofitting model was adapted from the design principles of the retrofitting strategy and precedents, focusing on indicators for parks and recreation, emergency services and accommodation, and diversity of land uses. This approach prioritizes actions related to parks and recreation, emergency services and accommodation, and diversity of land uses, as the results of SPSS statistical test calculations have a high correlation to urban health resilience.
Kata Kunci : Elemen Rancang Kota, Ketahanan Kesehatan Kota, Permukiman Padat, Risiko Kesehatan