Perbandingan Dimensi Linier dan Angular Jaringan Lunak Wajah dan Inklinasi Gigi Antara Maloklusi Skeletal Kelas II dan Oklusi Normal Pada Anak Usia 8 - 10 Tahun (Kajian Sefalometri Lateral))
Amaliyah Nur Irianti, drg. Sri Kuswandari, M.S., Sp. KGA(K)., Ph.D; Prof. Dr. drg. Al Supartinah Santoso, S.U., Sp. KGA (K))
2023 | Tesis-Spesialis | S2 Ilmu Kesehatan Gigi Anak
Latar Belakang: Sepertiga wajah
bagian bawah termasuk hidung, bibir, dan dagu merupakan bagian penting dalam
estetik wajah yang berkaitan dengan kedokteran gigi. Diperlukan dimensi linier dan angular jaringan
lunak dan inklinasi gigi untuk analisis wajah. Tujuan penelitian: membandingkan dimensi linier dan angular jaringan lunak wajah dan
inklinasi gigi pada maloklusi skeletal klas II dan oklusi normal pada anak usia
8–10 tahun.
Metode penelitian: Foto rontgen sefalometri lateral anak usia 8-10 tahun terdiri dari 43
pasien maloklusi skeletal klas II dari Laboratorium Radiologi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya dan 38 anak oklusi normal dan profil
seimbang dari Instalasi Radiologi RSGM Prof. Soedomo. Pengukuran dimensi linier
ketebalan bibir atas dan bibir bawah, dimensi angular nasolabial (NLA) dan
mentolabial (MLA), dan inklinasi gigi yang terdiri dari sudut interinsisal,
inklinasi insisivus maksila terhadap basis kranium (U1-SN), dan inklinasi
insisivus mandibula terhadap bidang Frankfurt Horizontal (L1-FH) pada
sefalogram dilakukan dengan coreldrawX7 yang dikonversi sesuai ukuran
sebenarnya. Data dianalisis dengan uji Mann-Whitney dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Hasil penelitian: Perbedaan bermakna (p < 0>) antara maloklusi skeletal kelas II dan oklusi normal ditemukan pada ketebalan jaringan lunak bibir atas (12,95±1,56 dan 13,70±1,66), NLA (104,42±10,81 dan 93,04±10,75), sudut interinsisal (117,88±9,52 dan 124,19±9,81), dan L1-FH (52,14±5,78 dan 57,63±6,12). Perbedaan tidak bermakna (p > 0.05) ditemukan pada ketebalan jaringan lunak bibir bawah (14,27±1,97 dan 14,30±1,32), MLA (132,35±17,40 dan 129,55±9,29), dan U1-SN (104,84±6,70 dan 105,76±7,42). Kesimpulan: Dibandingkan oklusi normal, maloklusi skeletal klas II memiliki bibir atas yang lebih tipis, inklinasi insisivus maksila yang sedikit lebih tegak dan inklinasi insisivus mandibula yang lebih protrusi.
Background: The lower third of
the face including the nose, lips and chin is an important part of facial
aesthetics related to dentistry. Linear and angular dimensions of soft tissues
and tooth inclinations are required for facial analysis. Objection: To compare the linear and
angular dimensions of facial soft tissue and tooth inclination in skeletal
class II malocclusion and normal occlusion in children aged 8–10 years.
Methods: Lateral cephalometric x-rays of
children aged 8-10 years consisted of 43 class II skeletal malocclusion
patients from the Radiology Laboratory, Faculty of Dentistry, Universitas
Brawijaya and 38 children with normal occlusion and balanced profiles from the
Radiology Installation of RSGM Prof. Soedomo. Measurement of linear dimensions
of upper lip and lower lip thickness, nasolabial (NLA) and mentolabial (MLA)
angular dimensions, and dental inclination consisting of interincisal angle,
inclination of maxillary incisors to the cranial base (U1-SN), and inclination
of mandibular incisors to the Frankfurt plane Horizontal (L1-FH) on the
cephalogram was done with CorelDrawX7 which was converted to actual size. Data
were analyzed using the Mann-Whitney test with a confidence level of 95%.
Result: Significant differences (p < 0> 0.05) were found in the soft tissue thickness of the lower lip (14,27±1,97 and 14,30±1,32), MLA (132,35±17,40 and 129,55±9,29), and U1-SN (104,84±6,70 and 105,76±7,42). Conclusion: Compared to normal occlusion, skeletal class II malocclusion has a thinner upper lip, a slightly more upright maxillary incisor inclination, and a more protruded mandibular incisor inclination.
Kata Kunci : maloklusi skeletal klas II, oklusi normal, dimensi liner, dimensi angular, inklinasi gigi