Laporkan Masalah

“Menjaring Uang Minyak”: Assemblage dan Translasi Norma Global tentang Transparansi Sektor Industri Ekstraktif

Indah Surya Wardhani, Dr. Abdul Gaffar Karim, S.IP., M.A.; Dr. Nanang Indra Kurniawan S.IP., M.P.A.

2023 | Disertasi | S3 Ilmu Politik

Penelitian ini membahas terjemahan norma global tentang transparansi dalam industri ekstraktif –prinsip yang memungkinkan publik untuk mendapatkan informasi tentang operasi dan struktur sektor industri ekstraktif. Upaya untuk memahami fenomena ini didasarkan pada asumsi bahwa transparansi memungkinkan warga dan pemerintah untuk mendapatkan manfaat dari ekstraksi sumber daya alam melalui pengurangan risiko korupsi dan alokasi sumber daya yang lebih baik. Dengan mengambil contoh praktik transparansi di dua desa penghasil minyak di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana norma dan praktik transparansi berfungsi di tingkat bawah dan bagaimana praktik tersebut dibentuk oleh keterhubungan antara faktor manusia dan non-manusia di dalam industri hulu minyak bumi. Lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana materialitas minyak yang berbeda, terutama karakteristik geologis dan biofisik, membentuk hubungan jejaring-aktor di dalam menginterpretasikan dan menerapkan transparansi. Melalui analisis himpunan (assemblage) dan jejaring-aktor yang melibatkan himpunan aktor (misalnya, pemerintah lokal dan nasional, organisasi internasional, aktivis masyarakat sipil, LSM, dan NGO), material (misalnya, minyak, tanah, dana pembagian minyak, teknologi), dan komponen non-material (misalnya, harapan dan ekspektasi terkait minyak, agenda, regulasi, dan kebijakan), penelitian ini menganalisis proses terjemahan norma global. Pertanyaan utama penelitian ini adalah: bagaimana materialitas sumber daya alam membentuk terjemahan transparansi?

Literatur terkini tentang praktik transparansi ditandai oleh analisis yang lebih menekankan pada kontestasi antar-aktor serta struktur sosial politik, tetapi kurang memperhatikan aspek geologis dan biofisik produksi ekstraktif. Dalam penelitian ini, saya menunjukkan bagaimana materialitas minyak yang berbeda membentuk jaringan aktor serta pemahaman kolektif yang berbeda mengenai praktik transparansi. Dengan didasarkan pada pendekatan materialisme baru, khususnya Teori Jejaring-Aktor (ANT) dan Pemikiran Assemblage, penelitian ini memberikan kontribusi kepada literatur yang ada tentang transparansi dengan melihat transparansi sebagai jaringan asosiatif yang dibentuk oleh variasi rantai keputusan produksi minyak terkait dengan tanah, pengetahuan dan teknologi, tenaga kerja, dan investasi. Penelitian ini menekankan bahwa materialitas minyak yang berbeda membentuk pandangan yang berbeda tentang 'uang minyak' di antara aktor yang pada gilirannya membentuk assemblage transparansi di tingkat lokal.

Untuk memahami materialitas minyak dan bagaimana hal itu membentuk praktik transparansi di tingkat lokal, saya berdasarkan analisis saya pada kasus dua desa penghasil minyak, yaitu Desa Gayam dan Desa Wonocolo. Kedua desa tersebut berada di area produksi minyak yang mewakili materialitas minyak bumi yang berbeda dengan sistem produksi minyak yang berbeda. Gayam adalah salah satu dari 12 desa penghasil minyak yang terletak di wilayah kerja industri hulu minyak bumi berskala besar, yang disebut Lapangan Banyuurip. Lapangan minyak ini dioperasikan oleh konsorsium perusahaan minyak internasional dan domestik. Lapangan ini menyimpan cadangan minyak bumi 'prospek dalam', yaitu cadangan di kedalaman antara dua hingga enam kilometer di bawah tanah sehingga perlu dioperasikan dengan kepakaran khusus, teknologi tinggi, serta intensif modal. Lapangan ini memiliki cadangan minyak bumi 'prospek dangkal' dengan kedalaman kurang dari 500 meter sehingga dapat dioperasikan oleh ribuan penambang minyak artisanal dan penjual. Metode pengambilan data meliputi wawancara mendalam semi-struktur, observasi partisipan selama September 2021 hingga Maret 2022. Selain itu metode juga mencakup analisis berita, serta studi dokumen kebijakan dalam periode 2001-2021. Metode analisis data mencakup pendekatan interpretatif di dalam analisis data multi-tahap yang terdiri dari pengkodean data, pemetaan jaringan, dan deskripsi naratif.

Penelitian ini menemukan bahwa proses terjemahan transparansi di dua desa berjalan melalui jejaring-aktor melalui proses sebagai berikut: (1) menghubungkan transparansi dengan masalah lokal, (2) memperluas jaringan aktor dalam pelaksanaan praktik transparansi seperti pemerintah nasional dan lokal, organisasi masyarakat sipil, organisasi internasional, (3) menghubungkan transparansi dengan konteks lokal, (4) memasukkan transparansi dengan isu-isu pembangunan lokal lainnya seperti desentralisasi, otonomi desa, dan pariwisata. Penelitian ini menggarisbawahi bahwa proses tersebut berlangsung terus-menerus di mana jejaring-aktor senantiasa membentuk dan membentuk kembali definisi dan makna 'uang dari minyak' bagi masyarakat lokal.

Disertasi ini menerangkan temuan-temuan ini sebagai kontribusi teoritis untuk memahami ANT. ANT telah lama mengasumsikan bahwa hubungan sosio-material terjadi secara simetris, di mana semua aktor yang terlibat adalah aktor yang setara dalam menginterpretasikan, mendefinisikan, menyatakan, dan mempraktikkan transparansi. Disertasi ini menemukan bahwa 'uang dari minyak' yang terkait dengan hubungan kekuasaan asimetris telah membentuk proses terjemahan yang asimetris dalam jaringan aktor transparansi. Temuan-temuan ini juga memberikan kontribusi teoritis untuk memahami Assemblage thinking dengan membawa tidak hanya dimensi spasial tetapi juga dimensi temporal ke dalam analisis. Disertasi ini menyoroti bahwa perubahan materialitas minyak - yang terjadi selama lebih dari dua dekade selama fase eksplorasi hingga eksploitasi - telah membentuk himpunan yang berbeda-beda dari aktor, material, dan non-material seiring berjalannya waktu.

Sebagai kesimpulan, saya berpendapat bahwa praktik transparansi di tingkat lokal berjalan melalui definisi dan harapan yang ditetapkan oleh warga lokal mengenai 'uang dari minyak', yang dibentuk oleh jaringan sosio-material sumber daya alam. Intensitas praktik ini terkait dengan seberapa panjang proses industri serta seberapa perubahan material di dalam rantai produksi industri hulu minyak minyak. Semakin panjang proses rantai nilai minyak hulu dengan sedikit variasi perubahan material minyak, semakin kuat intensitas praktik transparansi. 


This research discusses the translation of the global norm of transparency in the extractive industries – the principle of enabling the public to gain information about the operation and structure of the extractive industries sector. The endeavor to understand this phenomenon is based on an assumption that transparency allows citizens and governments to benefit from natural resource extraction through reduction of the risks of corruption  and  better resource allocation. Drawing on the case of transparency practices in two oil producing villages in Bojonegoro District, East Java Province, this research seeks to understand how the norms and practices of transparency work at the ground and how these practices are shaped by the interconnection between human and non-human factors in oil upstream industries. More specifically, this research aims to understand how different materiality of oil, particularly geological and biophysical characters shape actor relations in interpreting  and implementing  transparency.  Through an analysis of assemblage dynamics  which involves actors (e.g., local and national governments, international organizations, civil society activists, CSOs, and NGOs), materials (e.g., oil, land, the oil-sharing fund, technology), and non-material components (e.g., hopes and expectations regarding oil, agendas, regulations, and policies) this research analyses the translation process of  global norm. My main research question is: how does the materiality of natural resources shape transparency translation? 

Current literatures on transparency practices have been characterized by analysis which emphasize on contestation between actors and socio political structure but pay less attention on the geological and biophysical aspects of extractive production. In this study, I show how different materialities of oil shape different networks of actors and collective understanding on transparency practices. Infomed by new materialism approach, particularly Actor-Network Theory (ANT) and Assemblage Thinking, this study contributes to the existing literature on transparency by seeing transparency as an associational networks which is shaped by variations of the decision chain of oil production related to land, knowledge and technology, labor, and investment. This study emphasizes that different materiality of oil shapes the different views of ‘oil money’ among actors which in turn shape the assemblage dynamics of transparency at the local level.

To understand the materiality of oil and how it shapes the practices of transparency at the local level, I based my analysis on cases of oil-producing villages, Gayam and Wonocolo, which are located in the area of oil production but are characterised with two different oil production systems. Gayam is one of 12 oil-producing villages which is located around a big  oil project of Banyuurip, operated by a consortium of international and domestic oil companies, where the oil reservoir is located in a ‘deep prospect’ with the depth between two to six kilometres underground. Meanwhile, Wonocolo is one of five old oil-producing villages with an oil reservoir located in ‘shallow prospect’ with the depth less than 500 meters and operated by local communities. Oil production and distribution in Banyuurip field is characterised by high technology and capital intensive, while Wonocolo field oil production is run by thousands of artisanal oil miners and sellers. The research methods of this study comprised semi-structured depth-interviews, participant observations, news analysis and policy documents study during September 2021 to March 2022. In the result, I deployed an interpretative approach in the multi-stage data analysis consisting of data coding, network mapping, and narrative description. 

My research finds that the process of translation of transparency in these two villages works through labor of assembling among networks of actors through (1) connecting transparency with local problems, (2) expanding the networks of actors in the implementation of transparency practices such as national and local governments, civil society organisations, international organisations, (3) connecting transparency with local contexts, (4) mainstreaming transparency with other local development issues such as decentralisation, village autonomy, and tourism.  I find that this network of assembly has shaped and reshaped the definition and the meaning of ‘oil money’ for local communities.

This dissertation sheds light on these findings as theoretical contributions to understanding the Actor-Network Theory (ANT). ANT has long assumed that socio-material relations occur symmetrically, where all involved actors are equal actants in interpreting, defining, signifying, and practicing transparency. This dissertation finds that 'oil money' associated with asymmetrical power relations has formed an asymmetric translational process within the actors-network of transparency. These findings also contribute theoretically to Assemblage Thinking by bringing not only spatial but also temporal dimensions into analysis. This dissertation highlights that the biophysical changes of oil– which have occurred over decades during the phases of exploration to exploitation– have formed different assemblages of actors, materials, and non-materials over time. 

In conclusion, I argue that the practices of transparency at the local level work through the definition and expectations set by locals regarding ‘oil money’, which is shaped by the socio-material network of natural resources. The intensity of the practices is associated with the length and material changes within the oil value chains. The longer the upstream oil value chain process with fewer variations in oil material changes, the stronger the intensity of transparency practices. 

Kata Kunci : materiality, oil, actors-network, assemblage thinking, transparency

  1. S3-2023-435443-abstract.pdf  
  2. S3-2023-435443-bibliography.pdf  
  3. S3-2023-435443-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2023-435443-title.pdf