Hubungan Kondisi Preeklampsia Ibu Hamil dengan Kejadian Asfiksia Neonatus di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2021-2022
MUMTAZA NOOR ASHILA, dr. Vicka Oktaria, MPH, Ph.D, dr. Rosalia Kurniawati Harisaputra, MPH
2023 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Latar belakang:
Preeklampsia merupakan salah satu
penyebab mortalitas maternal di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan gangguan
pada aliran darah plasenta yang berhubungan langsung dengan pembuluh darah
janin. Gangguan pada pembuluh darah janin berpotensi menimbulkan kekurangan
oksigen pada janin dan menyebabkan asfiksia neonatus. Indonesia juga dilaporkan
sebagai ranking tujuh dalam sepuluh negara teratas dengan kematian bayi baru
lahir pada tahun 2020 (WHO, 2022). Data MPDN menunjukkan bahwa asfiksia menjadi
penyebab terbanyak kedua kematian neonatal (25,7%) di Kepulauan Riau pada tahun
2021.
Tujuan: Mengetahui
hubungan preeklampsia terhadap kejadian asfiksia neonatus di RSUD Raja Ahmad
Tabib dan mengetahui gambaran hambatan rujukan maternal di Provinsi Kepulauan
Riau.
Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian mixed method,
dimana penelitian kuantitatif dengan rancangan retrospective cohort diambil dari data persalinan di RSUD Raja
Ahmad Tabib periode 2021-2022. Kejadian asfiksia neonatus dianalisis
menggunakan analisis regresi logistik berganda dengan aplikasi STATA. Hasil
analisis kuantitatif kemudian akan digali lebih dalam mengenai faktor-faktor
penghambat rujukan maternal melalui wawancara untuk dilakukan analisis
kualitatif.
Hasil: Kejadian
preeklampsia, usia ibu, jumlah paritas, risiko kehamilan pada ibu, dan jenis
tindakan persalinan ibu berhubungan signifikan terhadap kejadian asfiksia
neonatus di RSUD Raja Ahmad Tabib. Hambatan dalam rujukan ibu hamil risiko tinggi di Kepulauan
Riau meliputi transportasi, persepsi pasien dan keluarga, faktor sosial budaya,
administrasi dan dokumentasi pasien, termasuk kendala dalam pelayanan yang
meliputi distribusi penyedia dan ketersediaan fasilitas layanan, koordinasi,
keterampilan petugas, ketiadaan panduan maupun standar pelayanan, hingga
stabilisasi dan sistem informasi.
Kesimpulan: Terdapat
hubungan bermakna antara kejadian preeklampsia dengan kondisi asfiksia neonatus
di RSUD Raja Ahmad Tabib. Usia, jumlah paritas, risiko kehamilan, dan metode
persalinan berhubungan signifikan terhadap kejadian asfiksia neonatus. Domisili
dan jenis rujukan tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian asfiksia
neonatus di RSUD Raja Ahmad Tabib. Keterlambatan dalam proses rujukan pasien
dengan preeklampsia disebabkan faktor transportasi, persepsi pasien, kendala
sosial budaya, dan keterbatasan pelayanan.
Background: Preeclampsia is one of the leading causes of maternal mortality in Indonesia. This condition causes disturbances in placental blood flow which is directly related to fetal blood vessels. Disruption of fetal blood vessels has the potential to cause oxygen deprivation in the fetus and cause neonatal asphyxia. Indonesia is also reported as ranking seventh in the top ten countries with newborn deaths in 2020 (WHO, 2022). MPDN data shows that asphyxia is the second most common cause of neonatal death (25.7%) in Riau Islands in 2021.
Objective: Determining the relationship of preeclampsia to the incidence of neonatal asphyxia at Raja Ahmad Tabib Hospital and to know the description of maternal referral barriers in Riau Islands Province.
Methods: This study is a mixed method study, where quantitative research with retrospective cohort design is taken from delivery data at Raja Ahmad Tabib Hospital for the period 2021-2022. The incidence of neonatal asphyxia was analyzed using multiple logistic regression analysis with the STATA application. The results of the quantitative analysis will then be explored in more depth regarding the factors inhibiting maternal referral through interviews for qualitative analysis.
Results: The incidence of preeclampsia, maternal age, number of parities, maternal pregnancy risk, and type of maternal delivery were significantly associated with the incidence of neonatal asphyxia at Raja Ahmad Tabib Hospital. Barriers in the referral of high-risk pregnant women in Riau Islands include transportation, patient and family perceptions, socio-cultural factors, administration and patient documentation, including obstacles in services which include distribution of providers and availability of service facilities, coordination, officer skills, absence of guidelines and service standards, to stabilization and information systems.
Conclusion: There is a significant association between the incidence of preeclampsia and neonatal asphyxia condition at Raja Ahmad Tabib Hospital. Age, number of parities, pregnancy risk, and delivery method were significantly related to the incidence of neonatal asphyxia. Domicile and type of referral did not have a significant relationship with the incidence of neonatal asphyxia at RSUD Raja Ahmad Tabib. Delays in the referral process of patients with preeclampsia are caused by transportation factors, patient perceptions, socio-cultural constraints, and service limitations.
Kata Kunci : Asfiksia Neonatus, Preeklampsia, Eklampsia, Luaran Kehamilan, Kepulauan Riau