Prediksi tentang tren idiom-idiom musik pop progresif Indonesia dari tahun 2005 hingga 2015

MEKA, Robby Regenald, Dr. T. Bramantyo

2003 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Pop progresif, merupakan sebuah tipe baru musik art rock Amerika yang diadaptasi dengan elemen-elemen musik di Indonesia, menampakkan diri di masa depan sebagai sampel musikal yang bagus yang menggambarkan musik populer sebagai alat apresiasi umum idiom-idiom musik folk, populer, dan seni yang berasal dari Barat, Indonesia, dan non Barat lainnya. Tren idiom-idiomnya di antara dua Pasar Bebas (AFTA 2003 dan APEC 2020) membayangkan kuat-lemahnya idiom-idiom musik global, nasional, dan lokal di Indonesia, dan sebagai bagian dari strategi memelihara wibawa tema-alami pluralisme yang menghidupkan banyak pihak sejak dulu. Dengan mengkaji perkembangan musik populer Amerika dan Indonesia, mempelajari formula idiomatik musikalnya di tahun pemunculannya 1970-an, kemudian menelaah evolusi idiomatiknya sejak tahun 1980-an hingga tahun 2002, akhirnya diekstrapolasikan dan disimpulkan, bahwa meski tren idiom-idiom musik non Barat dalam pop progresif menaik dari tahun 2005 hingga 2015, idiom-idiom musik Barat di masa itu masih merupakan idiom-idiom yang disukai ada (aras I) dan mungkin ada (aras II); sedangkan idiom-idiom musik yang berasal dari Indonesia terukur sebagai boleh jadi ada (aras III). Walau begitu, ketertarikan musisi muda, Yovie Widianto dkk., kepada idiom-idiom musik non Barat di Indonesia sejak awal tahun 1990-an meyakinkan kita, bahwa tren perubahan hierarki idiom-idiom pop progresif non Barat yang realistis menjadi peringkat II nanti, tak terhindarkan. Yang pasti, tempo perubahan itu sangat tergantung kepada faktor-faktor ekstramusikal.

Progressive pop, as the art and festival pop music, is a kind of popular music from Indonesia that seems to perform itself as a good musical sample to explain the popular music as a general appreciation instrument to folk, popular, and art music idioms from western and non western music, especially from Indonesia. Trend of the idioms between two International Free Market in the future (2003 AFTA and 2020 APEC) to give to understand about the strength of global, national, and local musical idioms in Indonesia — it will be a part of the strategy to secure the authority of the natural theme pluralism that will always beautify the existence of many people. By studying the development of American and Indonesian popular music of the past, the progressive pop idiomatic materials that was formulated at the time of emergence in 1970s, and then by axamining the evolution of the materials from 1980s until 2002, finally it is extrapolated and concluded, although the non western idiomatic trends in progressive pop will be ascending from 2005 until 2015, the idioms of western music will be still as the preferable idioms (first rank) and possible idioms (second rank); whrereas the non western idioms will be still as the probable idioms (third rank). Nevertheless, the young musicians, for example Yovie Widianto and Sherina, that have been paying attention to the non western musical idioms since 1990s convince us that it will be ranking change of non western idioms from third rank to be second rank in the hierarchy. Certainly, the time and the tempo will depend on extramusical factors.

Kata Kunci : Seni Musik, Pop Progresif, Idiom