HUBUNGAN FAKTOR BIOTIK dan ABIOTIK dengan UKURAN LUBANG BERTELUR serta DISTRIBUSI SPASIAL BURUNG MALEO ( Macrocepl,alon maleo) di SALUKI, TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH
KUSUMA WIDYA ROCHMAH , Ir. Supriyadi, M.For.Sc
2006 | Skripsi | S1 KEHUTANANBurung Maleo (Macrocephalon maleo) adalah burung endemik Sulawesi yang telah menunjukan gejala kepunahan. Usaha pelestarian burung Maleo misalnya : penangkaran semi alami atau penetasan terkontrol secara insitu masih mengalami hambatan, karena belum adanya penelitan yang mendalam / detail tentang pengaruh tiap faktor biotik dan abiotik terhadap karateristik sarang (lubang bertelur) burung Maleo. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi kondisi habitat bertelur, ukuran lubang, distribusi spasial, serta hubungan antara faktor lingkungan biotik dan abiotik dengan ukuran lubang bertelur burung Maleo, yang dapat dijadikan sebagai indikator perubahan populasi serta kondisi habitat yang sesuai untuk tempat bertelur. Metode untuk membuat klasifikasi kondisi habitat bertelur adalah aplikasi software SPSS berupa analisis cluster dengan prosedur hierarki yang digambarkan oleh dendogram. Faktor biotik abiotik meliputi : penutupan tajuk, suhu udara, suhu tanah, tekstur tanah, dan kelerengan tiap nesting ground. Variabel atau faktor yang berpengaruh pada ukuran lubang bertelur diketahui dari grafik serta analisis regresi. Distribusi sarang diketahui dari hasil penggambaran letak atau posisi nesting ground di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 3 kondisi habitat bertelur Maleo di wilayah Saluki, dengan faktor utama pembentuk habitat adalah penutupan tajuk dan tekstur tanah. Distribusi nesting ground di wilayah Saluki bersifat mengelompok mengikuti aliran sungai Saluki. Penutupan tajuk dan kelerengan memiliki hubungan yang berbanding lurus (linear) dengan ukuran lubang bertelur, sedangkan tekstur tanah mempunyai hubungan yang berbanding terbalik. Suhu udara dan suhu tanah relatif tidak berpengaruh terhadap ukuran lubang bertelur di wilayah Saluki. Upaya konservasi burung Maleo secara in situ maupun ex situ harus tetap memperhatikan faktor biotik abiotik, untuk mendukung kestabilan habitat.
Kata Kunci : maleo, habitat bertelur, ukuran lubang bertelur