Analisis Risiko Rantai Pasok Biji Kakao Basah di Kabupaten Luwu Utara sebagai Upaya Peningkatan Nilai Tambah
Winda Kamal, Dr. Novita Erma Kristanti, S.T.P., M.P. ; Anggoro Cahyo Sukartiko, S.T.P., M.P., Ph.D.
2023 | Tesis | S2 Teknologi Industri Pertanian
Kakao memberikan kontribusi besar dalam menggerakkan perekonomian Kabupaten Luwu Utara. Namun, beragam faktor menyebabkan turunnya tingkat produksi biji kakao di Kabupaten ini sejak tahun 2019. Secara umum petani di wilayah ini menjual biji kakaonya dalam bentuk basah. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko rantai pasok biji kakao basah Kabupaten Luwu Utara. Selain itu untuk mengetahui seberapa sumbangan ekonomi yang diberikan oleh setiap tier, dilakukan juga perhitungan nilai tambah. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan kajian Supply Chain Risk Management, melalui tahapan pemetaan alur rantai pasok dilanjutkan dengan identifikasi, analisis, dan mitigasi risiko. Snowball sampling digunakan dalam penelusuran kegiatan rantai pasok dan identifikasi tier dalam rantai pasok, sehingga diperoleh peta alur rantai pasok biji kakao basah. Risiko setiap tier pada alur rantai pasok yang terpetakan diidentifikasi dan dinilai melalui indepth-interview dengan risk owner. Tingkat likelihood, severity dan detection ditentukan oleh risk owner menggunakan 5 tingkatan skala Likert. Kombinasi likelihood dan severity dipetakan pada risk mapping matriks untuk mendapatkan 4 tingkatan risiko (avoid, transfer, manage dan apetite risks). Selain itu ditentukan pula nilai Risk Priority Number (RPN) yang merupakan hasil perkalian dari likelihood, severity dan detection. Risiko dengan tingkat avoid risk dan risiko dengan nilai RPN dengan kategori major risk dan moderate risk, keduanya menjadi risiko yang diprioritaskan untuk dimitigasi. Mitigasi risiko disusun dalam 2 tahap, wawancara dengan risk owner dan grup discussion dengan perwakilan risk owners dan experts. Perhitungan nlai tambah yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Metode Hayami. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat 2 alur rantai pasok biji kakao basah. Teridentifikasi 7 risiko pada tier petani, 8 risiko pada pengepul, serta masing-masing 7 risiko pada tier koperasi, 8 risiko pada tier industri A dan 9 risiko pada industri B. Risiko curah hujan tinggi menjadi risiko tertinggi (avoid risk) yang diidentifikasi pada seluruh tier petani. Risiko ini merupakan avoid risk dengan nilai RPN tertinggi, kemudian dimitigasi dengan perbaikan irigasi, pembuatan bak penampung dan penanaman klon baru yang adaptif. Nilai tambah yang diperoleh sesuai dengan hasil perhitungan nilai tambah dengan metode hayami dari petani sebesar Rp. 10.308/kg, pengepul sebesar Rp. 250/kg (pengepul non-mandiri) dan Rp. 450/kg (pengepul mandiri), serta nilai tambah yang diperoleh koperasi sebesar Rp. 12.067/kg
Cocoa contributes significantly to the economy of North Luwu Regency. However, various factors have caused a decline in cocoa bean production in the district since 2019. In general, farmers in the region sell their cocoa beans in wet form. This study aims to reduce the impact of wet cocoa bean supply chain risk in North Luwu Regency. In addition, to find out how much economic contribution is given by each tier, value-added calculations are also carried out. To achieve these objectives, a Supply Chain Risk Management study was conducted, through the stages of supply chain flow mapping followed by identification, analysis, and risk mitigation. Snowball sampling was used to trace supply chain activities and identify tiers in the supply chain, resulting in a map of the wet cocoa bean supply chain. The risks of each tier in the mapped supply chain flow were identified and assessed through in-depth interviews with risk owners. The likelihood, severity and detection levels were determined by the risk owner using a 5-level Likert scale. The combination of likelihood and severity is mapped on the risk mapping matrix to obtain 4 levels of risk (avoid, transfer, manage and appetite risks). In addition, the Risk Priority Number (RPN) value is also determined which is the result of the multiplication of likelihood, severity and detection. Risks with an avoid risk level and risks with RPN values in the major risk and moderate risk categories are both prioritized risks to be mitigated. Risk mitigation is organized in 2 stages, interviews with risk owners and group discussions with representatives of risk owners and experts. The calculation of added value used in this study refers to the Hayami Method. The results showed that there are 2 supply chain flows of wet cocoa beans. 7 risks were identified at the farmer tier, 8 risks at the collector tier, and 7 risks each at the cooperative tier, 8 risks at industry tier A and 9 risks at industry B. The risk of high rainfall is the highest risk (avoid risk) identified in all farmer tiers. This risk is the avoid risk with the highest RPN value, which is then mitigated by improving irrigation, making reservoirs and planting new adaptive clones. The added value obtained according to the results of the calculation of added value with the hayami method from farmers amounted to Rp. 10,308 / kg, collectors amounted to Rp. 250 / kg (non-standard collectors) and Rp. 450 / kg (independent collectors), and the added value obtained by the cooperative amounted to Rp. 12,067 / kg.
Kata Kunci : Kakao, mitigasi risiko, supply chain risk manajemen