Eksplorasi Persepsi Tenaga Kesehatan pada Penggunaan Partograf dalam Pemantauan Persalinan dan Pendeteksian Dini Komplikasi Persalinan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kabupaten Bantul: Studi Kualitatif
ALFUN DHIYA AN, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.ED., Sp.OG.Subsp.Obginsos., Ph.D.; dr. Diannisa Ikarumi Enisar Sangun, Sp.OG.Subsp.Obginsos.
2023 | Tesis-Subspesialis | SUBSPESIALIS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Latar Belakang: Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di
seluruh dunia telah meningkat dari 51% menjadi 80% pada periode 2001-2021. Namun,
peningkatan cakupan tersebut tidak menurunkan angka kematian ibu secara
signifikan. Adanya partograf sebagai alat yang membantu pembuatan keputusan
klinis oleh tenaga kesehatan sangat rendah pemanfaatannya. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi persepsi tenaga kesehatan pada
penggunaan partograf dalam pemantauan persalinan dan pendeteksian dini
komplikasi persalinan.
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan desain studi
fenomenologi yang dilaksanakan pada Januari 2022 – Maret 2023. Total 21
partisipan wawancara mendalam yang terdiri dari bidan dan dokter yang dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. FGD dilakukan terhadap dua kelompok
yaitu kelompok bidan dan kelompok dokter yang berasal dari Puskesmas PONED.
Seluruh proses pengumpulan data direkam menggunakan alat perekam digital yang
kemudian diubah kedalam bentuk transkrip verbatim. Proses analisis menggunakan
analisis tematik. Penulisan laporan penelitian ini mengacu pada The Standards
for Reporting Qualitative Research.
Hasil: Terdapat tiga tema yang teridentifikasi. Tema
pertama yaitu “Fungsi Partograf” yang mencakup kesenjangan antara pandangan
tenaga kesehatan terhadap realita kasus keterlambatan perujukan pada persalinan
lama. Tema kedua yaitu “Pendidikan, Pelatihan, dan Pengaplikasian Partograf”
yang mencakup kesenjangan antara proses pendidikan terhadap kebutuhan
kompetensi pada pengaplikasian partograf pada kasus yang beragam. Tema ketiga
yaitu “Dukungan Sistem Kesehatan Ibu” yang mencakup kesenjangan antara
ketersediaan dukungan sistem kesehatan terhadap proses monitoring dan evaluasi
kualitas pelayanan kesehatan ibu.
Kesimpulan: Meski partograf dianggap sebagai komponen
penting dalam pemantauan dan pendeteksian dini komplikasi persalinan. Bidan
mengalami kebingungan ketika mengaplikasikannya dalam pembuatan keputusan
klinis. Dibutuhkan adanya dukungan dari instansi pendidikan dan pelatihan yang
tepat sasaran terhadap kompetensi yang dibutuhkan dalam manajemen asuhan
persalinan di FKTP. Perlu adanya peningkatan terhadap kegiatan monitoring dan
evaluasi kualitas pelayanan kesehatan ibu.
Background: The coverage of delivery assisted by health workers in health facilities has increased from 51% to 80% in the last twenty years. This coverage has not significantly reduced maternal mortality. The utilization of a partograph as a tool to assist clinical decision-making by health workers is very low. Therefore this study aimed to explore health workers' perceptions of partograph utilization related to labor monitoring and detection of labor complications.
Methods: This qualitative study used a phenomenological approach conducted between January 2022 to March 2023. A total of 21 participants, including midwives and doctors, were selected using a purposive sampling method. An open-ended interview guide and discussion of labor cases using a partograph were used during in-depth interviews and focus group discussions. All data collection processes were recorded using digital and then transcribed verbatim. Finally, the data was analyzed using thematic analysis. The research report was written according to the Standards for Reporting Qualitative Research.
Results: Three themes were identified. The first theme was “Partograph Function” which included the gaps between the health workers’ perception of partograph function and the reality of late referral cases on prolonged labor progress. The second theme was “Education, Training, and Partograph Application” which included the competency gaps required for the various labor cases in health facilities settings. The third theme is “Maternal Health System Support” which included the gaps between the existing Maternal Health System and the lack of monitoring and evaluation process of maternal health service quality.
Conclusions: Although the partograph is considered a simple tool that is easy to use, health workers feel confused to applied the partograph, especially in various labor cases they met in health facilities settings. Evaluation of the educational and training institution is needed to meet the requirements of clinical competency in labor management. In addition, improvement in monitoring and evaluation of maternal health services is needed to decrease the errors of partograph utilization among health workers.
Kata Kunci : Manajemen Asuhan Persalinan, Partograf, Persepsi, Pemantauan Persalinan