PERAN RESILIENSI MULTILEVEL PADA RENDAHNYA RISIKO REMAJA MENGALAMI GANGGUAN DEPRESI DI INDONESIA
Mustikaningtyas, Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU., M.Sc., Sc.D; Diana Setiyawati., M. Hsc.Psy., Ph.D
2023 | Disertasi | S3 Kedokteran Umum
Latar
Belakang: Depresi pada remaja
merupakan masalah kesehatan mental yang umum ditemui di
Indonesia. Prevalensinya terus meningkat dan banyak memberikan efek negatif
pada kondisi kehidupan remaja baik di sekolah, keluarga maupun sosial. Depresi
juga menjadi penyebab utama menyakiti diri sendiri dan bunuh diri. Masih
sedikit yang diketahui tentang bagaimana peran resiliensi multilevel
sekaitan dengan depresi pada remaja.
Metode: Studi mixed-method berbasis data I-NAMHS 2021 untuk kuantitatif, mewakili seluruh provinsi di Indonesia dari tingkat Rumah Tangga dan individu. Studi ini mengkaji hubungan antara resiliensi multilevel dengan depresi. Sejumlah 5.664 remaja berusia 10-17 tahun dan pengasuh utama sebagai subjek penelitian. DISC-5 digunakan sebagai alat diagnosa depresi. Resiliensi multilevel yaitu individu, keluarga dan komunitas dibangun dari sumber data sebagai variabel independen dengan analisis CFA dan PCA untuk kategorisasi skor. Generalized Structural Equation Model digunakan sebagai analisis akhir untuk melihat hubungan masing-masing level resiliensi dengan depresi.
Hasil: Prevalensi
depresi pada remaja usia
10-17 di Indonesia tahun sebesar 5,3%, sebagian besar remaja (64,8%) berusia 10-14 tahun dengan persentase
jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang hampir seimbang. Remaja dengan
tingkat resiliensi individu dan keluarga yang tinggi memiliki peluang lebih
rendah untuk mengalami depresi (OR: 0,68; CI: 95%; 0,572-0,802); (OR: 0,83; CI:
95%; 0,697-0,983). Resiliensi individu memberikan sumbangan protektif paling
besar pada depresi dan menjadi mediator resiliensi keluarga dengan depresi.
Sementara resiliensi komunitas tidak berhubungan dengan depresi pada remaja.
Faktor lain yaitu usia yang lebih tua (OR: 1,95; CI: 95%; 1,159-2,511),
perempuan (OR: 1,67; CI: 95%; 1,286-2,171), mengalami pengalaman buruk masa
kecil (OR: 3,22; CI: 95%; 2,69-3,84) menjadi faktor risiko kuat untuk depresi,
sementara remaja yang tidak pernah mengalami bullying menurunkan peluang depresi sebesar 30%.
Kesimpulan: Resiliensi berperan pada rendahnya risiko depresi remaja secara multilevel, penting untuk menguatkan resiliensi remaja pada level individu dan keluarga terutama pada remaja usia 10-17 tahun. Remaja membutuhkan lingkungan positif untuk berkembang dan keluarga merupakan lingkungan terdekat untuk berperan dalam perkembangan remaja yang optimal.
Background: Adolescent depression is a mental health problem that is
common in Indonesia. Its prevalence continues to increase, thus negatively
impacts aspects of adolescent lives, from school, family to social lives.
Depression have also become the main cause of self-harm and suicidality. There
is still very little known on the role of multilevel resilience in adolescent
depression.
Method: This is a mixed-method study that draws on quantitative data
from the I-NAMHS 2021 study which represents provinces across Indonesia in both
household and individual level. This study investigates the relationship
between multilevel resilience with depression. 5,664 adolescents aged 10-17
years old and their primary caregivers were recruited as subjects. DISC-5 was
used as diagnostic tool for depression. Multilevel resilience, which consists
of individual, family and community, is constructed as independent variable
using CFA analysis and PCA analysis was used for score categorization.
Generalized Structural Equation Modeling is
used for final analysis to observe the relationship between each level of
resilience with depression.
Results: The prevalence of
depression among Indonesian adolescents aged 10-17 years was 5,3%, with most of
the adolescents (64,8%) aged 10-14 years and with almost equal proportion
between the two sexes. Adolescents with a high level of individual and family
resilience have a lower odd to have depression (OR: 0,68; CI: 95%; 0,572-0,802); (OR: 0,83; CI:
95%; 0,697-0,983). Individual resilience contributes as the highgest protection
against depression and becomes a mediator of family resilience against
depression. Other factors such as older age (OR: 1,95; CI: 95%; 1,159-2,511),
female (OR: 1,67; CI: 95%; 1,286-2,171) and adverse childhood experiences
(ACEs) (OR: 3,22; CI: 95%; 2,69-3,84) become major risk factors of depression,
while adolescents who have never experienced bullying lowering odds of
depression by 30%.
Conclusion: Multilevel resilience plays a vital role in lowering
the risk of depression; therefore, it is crucial to strengthen adolescent
resilience at individual and family levels, especially adolescents aged 10-17
years. Adolescents require a positive environment to develop, and family is the
closest environment to play a role in the optimal development of adolescents.
Kata Kunci : remaja, depresi, resiliensi, multilevel, sosial ekologi, adolescents, depression, resilience, multilevel, social ecology