EVALUASI PERBANDINGAN KINERJA ATTACHED GROWTH BIOREAKTOR DAN HYBRID MEMBRANE BIOREAKTOR UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Asyhar Sururi Juniawan, Lisendra Marbelia, S.T., M.Sc., Ph.D
2023 | Tesis | S2 Teknik Kimia
Air limbah sehari-hari memiliki berbagai
kandungan zat organik dan senyawa polutan yang dihasilkan dari kegiatan rumah
tangga maupun industri dapat tergolong menjadi low-strength wastewater dengan Chemical Oxygen Demand (COD) hingga 1000 mg/L. Kualitas air
bersih di lingkungan akan menurun, jika air limbah
tidak diolah terlebih dahulu, karena mengandung bahan organik/anorganik partikulat terlarut, phatogen dan mikroorganisme. Metode
pengolahan air limbah low-strength wastewater yang
paling umum digunakan adalah activated sludge process. Namun sistem ini
memiliki kekurangan yaitu sangat sensitif terhadap gangguan eksternal dan kualitas keluaran yang masih tinggi. Untuk mengatasi
hal tersebut, digunakan metode attached culture dengan menambahkan support
media sebagai media pelekatan activated
sludge.
Teknologi dengan support media yang digunakan pada pengolahan limbah
antara lain dengan Attached Growth Bioreactor (AGBR) dan Hybrid
Membrane Bioreactor (HMBR). Kelebihan dari kedua bioreaktor tersebut
diantaranya kinerja penurunan air limbah yang lebih baik, tidak
membutuhkan lahan yang besar dalam pengopreasiannya, dan meminimalkan tejadinya
“washout” pada bioreaktor. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari dan
membandingkan aplikasi pengolahan limbah dengan AGBR dan HMBR spesifik untuk
uji kinerja, mempelajari pengaruh variabel COD masuk dan HRT terhadap kualitas
air limbah keluar, mendapatkan parameter kinetika dan menggambarkan feasibility
HMBR.
Pada penelitian ini, AGBR (R1 dan R2) dan HMBR
(R3 dan R4) dibuat identik, baik dimensi, dan intensitas aerasi yang masuk ke
dalamnya, dosing pump dan nilon mesh 80 µm sebagai support media diposisikan secara
vertikal. Pada AGBR ,air limbah keluar melewati bagian
atas, sedangkan pada HMBR, air limbah keluar melewati bagian bawah bioreaktor. Fungsi
“mesh” di HMBR memiliki perbedaan dengan AGBR,
yaitu sebagai filter untuk menyaring partikel yang lebih besar dari ukuran
porinya, dan mendukung pertumbuhan biofilm yang secara simultan berpengaruh
dalam penurunan air limbah, dimana air limbah pada HMBR keluar melalui “mesh” dengan prinsip gravity force driven filtration. Bioreaktor
dioperasikan dengan variasi konsentrasi COD 300, 600, 900 mg/L dan variasi HRT
13 jam dan 6 jam. Umpan limbah menggunakan artifisial wastewater yang terdiri dari urea, gula, KH2PO4
dan tepung tapioka.
Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja HMBR lebih
baik dibandingkan AGBR dilihat dari parameter COD keluar, dan turbiditas keluar
untuk berbagai variasi COD dan HRT. Hasil Analisis ANOVA menunjukkan bahwa
variabel COD
masuk dan HRT signifikan
berpengaruh terhadap nilai COD dan turbiditas keluar. Adapun pengaruh
COD masuk terhadap COD keluar adalah semakin tinggi COD masuk, nilai COD keluar
lebih tinggi. Dari parameter HRT, semakin lama HRT untuk
AGBR maupun HMBR kinerja penurunan limbah
semakin baik.
Nilai orde reaksi Penurunan limbah pada sistem AGBR dan
HMBR adalah 1,72, sementara nilai k pada berbagai variabel COD masuk berkisar
antara 0,18-1,10 L0,72 /mg0,72/menit untuk AGBR dan 2,30
– 6,36 L0,72 /mg0,72/menit untuk HMBR. Nilai k pada HMBR
lebih besar dibanding AGBR karena kinerja HMBR lebih baik. HMBR juga lebih baik dalam menurunkan limbah hingga memenuhi baku mutu air
limbah kelas IV pada berbagai COD masuk dan berbagai HRT. Namun,
operasi HMBR terkedala adanya penurunan fluks yang telah
diuji pada berbagai HRT dan COD, kendala tersebut muncul karena tersumbatnya valve keluar oleh dispersi activated
sludge dari DM yang mengalir secara gravitasi menuju valve keluar.
Wastewater contains various organic substances and hazardous
compounds resulting from household and industrial activities. One of the type
of wastewater is low-strength wastewater which Chemical Oxygen Demand (COD) of
up to 1000 mg/L. The quality of clean water in the environment will decrease if
wastewater is not treated well. One of the most common method used for treating
low-strength wastewater is the activated sludge process. However, this system
has its drawbacks, namely being highly sensitive to external disturbances and
still producing relatively high-quality effluent. To overcome this issue, the
attached culture method is employed by adding support media as an attachment
medium for activated sludge.
Support media technology used in wastewater treatment
include Attached Growth Bioreactor (AGBR) and Hybrid Membrane Bioreactor
(HMBR). The advantages of both bioreactors include better performance, less
land requirement for operation, and avoid washout phenomenom. The aim of this research
is to study and compare the application of wastewater treatment using AGBR and
HMBR specifically for performance testing, investigate the influence of
influent COD and Hydraulic Retention Time (HRT) on the quality of effluent,
obtain kinetic parameters, and describe the feasibility of HMBR.
In this study, AGBR (R1 and R2) and HMBR (R3 and R4) are
made identical in terms of dimensions and the aeration intensity, dosing pump and
nylon mesh with 80 µm as vertically positioned support media. In AGBR, wastewater
flows out through the top, while in HMBR, wastewater flows out through the
bottom of the bioreactor. The function of the "mesh" in HMBR differs
from AGBR, it acts as a filter to screen out particles larger than its pore
size and supports the simultaneous growth of biofilm, which plays a role in
wastewater reduction. Wastewater in HMBR flows through the "mesh" by
gravity force-driven filtration. The bioreactors are operated with variations
of COD concentrations (300, 600, 900 mg/L) and HRT (13 hours and 6 hours). The
influent wastewater uses artificial wastewater consisting of urea, sugar, KH2PO4,
and tapioca flour.
The results shows that HMBR performs better than AGBR based on the effluent COD and turbidity parameters for various COD and HRT variations. ANOVA analysis results indicate that the influent COD and HRT significantly affect the effluent COD and turbidity values. The influence of influent COD on the effluent COD is that the higher the influent COD, the higher the effluent COD value. From the HRT parameter, the longer the HRT for both AGBR and HMBR, the better the wastewater reduction performance. The reaction order values for wastewater reduction in the AGBR and HMBR systems are 1.72, while the k values for various influent COD variables range from 0.18 to 1.10 L0.72/mg0.72/minute for AGBR and 2.30 to 6.36 L0.72/mg0.72/minute for HMBR. The k value in HMBR is higher than AGBR because HMBR performs better. HMBR is also better at reducing wastewater to meet the standards for Class IV wastewater for various influent COD and HRT variations. However, the operation of HMBR is hindered by flux decline, which has been tested at various HRT and COD values. This issue arises due to clogging of the outlet valve by the dispersion of activated sludge from the membrane that flows gravitationally towards the outlet valve.
Kata Kunci : Kata kunci : AGBR, COD, HMBR, HRT, Low Strength Wastewater