Perilaku Penggunaan Alat pelindung Diri Pada Pekerja Pandai Besi : Studi Etnografi Pekerja Pandai Besi di Kabupaten Bogor
BRAM BACHRUM BAAN, Prod Dra RA Yayai Prabandari,mM.Si.,Ph.D
2023 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Latar Belakang : Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal
yang sangat esensial untuk dilaksanakan yang membutuhkan komitmen dari pemangku
kebijakan dan pihak- pihak yang berkepentingan di dalamnya. Tahun 2021 terjadi 231.270 kasus atau rata-rata 633 kasus kecelakaan kerja per hari, angka
ini meningkat dari 5,6 % kasus di tahun 2020 sebesar 221.740 sebelumnya. Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha informal yang sangat vital dan strategis dalam sistem
perekonomian nasional. Di dalam
operasional UMKM belum banyak menerapkan upaya pencegahan K3 yang dapat berupa
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu UMKM yang telah ada
sejak beberapa abad yang lalu adalah Pandai Besi. Desa Parigi Mekar Kecamatan
Ciseeng Kabupaten Bogor adalah merupakan salah satu tempat industri pandai besi
yang menarik untuk kaji tentang kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dalam
melakukan pekerjaan dengan menggunakan etnografi sebagai kajian dalam memahami
perilaku penggunaan alat pelindung diri.
Metode: Penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang dilakukan di
Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan
partisipan dengan menggunakan purposive sampling dengan melibatkatkan 8 informan yang terdiri
dari 6 orang pemilik bengkel pandau besi dan 2 orang pekerja/buruh. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara dan observasi yang dimulai pada mulai April-Mei
2023.
Hasil : Dengan
metode wawancara didapatkan hasil terhadap Persepsi kerentanan, Persepsi
keparahan, manfaat dalam penggunaan APD, hambatan dalam penggunaan APD serta
isyarat untuk bertindak. Kelima pertanyaan tersebut didapatkan informasi bahwa
informan mempunyai pemahaman yang baik tentang kerentanan dan menganggap APD
sebagai beban dalam melakukan pekerjaan sehingga dianggap tidak mempunyai
manfaat dalam penggunaan APD serta kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dianggap sebagai hal biasa, hal ini disebabkan oleh faktor kultur/budaya yang
telah ada sejak lama serta tidak ada upaya untuk mencari informasi untuk
dapat dapat mengubah sikap tentang
manfaat menggunakan APD dalam bekerja.
Kesimpulan: Keseluruhan variabel dalam Health Belief Model (HBL) tidak
memberikan isyarat untuk dapat mengubah pemahaman tentang manfaat dari
penggunaan APD untuk menghindari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
hal ini sebagai dampak dari pekerjaan yang di dalamnya terdapat faktor budaya
yang mempengaruhi pola pikir para informan.
Latar Belakang : Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal
yang sangat esensial untuk dilaksanakan yang membutuhkan komitmen dari pemangku
kebijakan dan pihak- pihak yang berkepentingan di dalamnya. Tahun 2021 terjadi 231.270 kasus atau rata-rata 633 kasus kecelakaan kerja per hari, angka
ini meningkat dari 5,6 % kasus di tahun 2020 sebesar 221.740 sebelumnya. Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha informal yang sangat vital dan strategis dalam sistem
perekonomian nasional. Di dalam
operasional UMKM belum banyak menerapkan upaya pencegahan K3 yang dapat berupa
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu UMKM yang telah ada
sejak beberapa abad yang lalu adalah Pandai Besi. Desa Parigi Mekar Kecamatan
Ciseeng Kabupaten Bogor adalah merupakan salah satu tempat industri pandai besi
yang menarik untuk kaji tentang kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dalam
melakukan pekerjaan dengan menggunakan etnografi sebagai kajian dalam memahami
perilaku penggunaan alat pelindung diri.
Metode: Penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi yang dilakukan di
Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan
partisipan dengan menggunakan purposive sampling dengan melibatkatkan 8 informan yang terdiri
dari 6 orang pemilik bengkel pandau besi dan 2 orang pekerja/buruh. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara dan observasi yang dimulai pada mulai April-Mei
2023.
Hasil : Dengan
metode wawancara didapatkan hasil terhadap Persepsi kerentanan, Persepsi
keparahan, manfaat dalam penggunaan APD, hambatan dalam penggunaan APD serta
isyarat untuk bertindak. Kelima pertanyaan tersebut didapatkan informasi bahwa
informan mempunyai pemahaman yang baik tentang kerentanan dan menganggap APD
sebagai beban dalam melakukan pekerjaan sehingga dianggap tidak mempunyai
manfaat dalam penggunaan APD serta kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dianggap sebagai hal biasa, hal ini disebabkan oleh faktor kultur/budaya yang
telah ada sejak lama serta tidak ada upaya untuk mencari informasi untuk
dapat dapat mengubah sikap tentang
manfaat menggunakan APD dalam bekerja.
Kesimpulan: Keseluruhan variabel dalam Health Belief Model (HBL) tidak
memberikan isyarat untuk dapat mengubah pemahaman tentang manfaat dari
penggunaan APD untuk menghindari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
hal ini sebagai dampak dari pekerjaan yang di dalamnya terdapat faktor budaya
yang mempengaruhi pola pikir para informan.
Kata Kunci : pandai Besi, Penaykit akibat kerja, Kecelakaan kerja, APD