Laporkan Masalah

POLA PERSEBARAN SEKTOR BASIS EKONOMI TIAP KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA TAHUN 2019

Adithya Thafari Nugraha, Drs. Joko Christanto, M. Sc.

2023 | Skripsi | PEMBANGUNAN WILAYAH

Sumatera sebagai penyumbang PDB Nasional nomor 2 setelah Jawa-Bali sesuai yang terlampir pada Laporan Capaian PDB Nasional dalam lampiran 1 narasi RPJMN 2020-2024 memiliki daya tarik tersendiri untuk dikaji terkait bagaimana kondisi perekonomian yang ada pada pulau tersebut terutama sektor ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran sektor ekonomi dalam perekonomian di Pulau Sumatera beserta pola dan sebaran spasial sektor basis agar dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam merumuskan suatu produk perencanaan yang bertujuan untuk mencapai pembangunan yang efisien dan berkelanjutan. 

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa PDRB ADHK tiap kabupaten/kota di Pulau Sumatera pada tahun 2019. Peran sektor ekonomi dalam perekonomian dikaji dengan melihat profil sektor basis dan non basis tiap kabupaten/kota di Pulau Sumatera yang diketahui dengan menggunakan analisis LQ dan Shift Share dengan metode Share Sectoral. Kemudian untuk mengetahui pola spasial Sektor Basis dan NonBasis dilakukan analisis autokorelasi spasial menggunakan Indeks Global Moran’s I, Moran Scatterplot, dan Local Indicator of Spatial Autocorrelation (LISA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memiliki kontribusi tertinggi pada PDRB ADHK Pulau Sumatera Tahun 2019, yaitu sebesar 21,96%. Sektor dengan kontribusi terendah, yaitu Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dengan kontribusi sebesar 0,07%.  Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor yang paling diunggulkan karena sebaran Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang memiliki kriteria LQ>1 berada di 104 kabupaten/kota di Pulau Sumatera. Sektor yang kurang unggul adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang hanya menjadi sektor basis pada 27 dan 26 kabupaten/kota di Pulau Sumatera. Hasil analisis autokorelasi spasial per sektor menunjukkan hampir semua sektor memiliki hubungan yang positif satu sama lain, tetapi dengan kekuatan hubungan yang bervariasi. Analisis autokorelasi spasial menunjukkan terjadinya pola spasial clustered dan random. Secara lokal, hubungan autokorelasi spasial hanya terjadi pada beberapa kabupaten/kota. 

Sumatra as the second largest contributor to the national Gross Domestic Product (GDP) after Java-Bali, as indicated in the National GDP Achievement Report in Annex 1 of the 2020-2024 National Medium-Term Development Plan (RPJMN), presents an intriguing subject for examination regarding its economic condition, particularly within the scope of its economic sectors. This research aims to comprehend the role of economic sectors in Sumatra's economy, along with the patterns and spatial distribution of its basic sectors. This understanding is crucial for formulating sustainable and efficient development plans.


Utilizing secondary data in the form of the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of each Regency/City in Sumatra for the year 2019, this study explores the economic sectors' roles by analyzing the profiles of basic and non-basic sectors in each Regency/City. This analysis is conducted using the Location Quotient (LQ) and Shift Share techniques with the Share Sectoral method. Additionally, spatial patterns of Basic and Non-Basic Sectors are assessed through spatial autocorrelation analysis employing the Global Moran's I Index, Moran's Scatterplot, and Local Indicator of Spatial Autocorrelation (LISA).


The research findings reveal that the Agriculture, Forestry, and Fisheries sectors make the highest contribution to Sumatra's GRDP in 2019, accounting for 21.96%. Conversely, the sector with the lowest contribution is Water Supply, Waste Management, and Recycling, with a mere 0.07% contribution. The specialization analysis highlights that Agriculture, Forestry, and Fisheries are the dominant sectors, as their distribution with Location Quotients (LQ) greater than 1 is observed in 104 Regencies/Cities. On the other hand, sectors with lower prominence are Mining and Quarrying, as well as Electricity and Gas Supply, which are only basic sectors in 27 and 26 Regencies/Cities in Sumatra, respectively. Spatial autocorrelation analysis per sector indicates positive interdependence among nearly all sectors, albeit with varying strengths. The spatial autocorrelation analysis unveils clustered and random spatial patterns. At the local level, spatial autocorrelation is observable only in specific regencies/cities.


Kata Kunci : PDRB ADHK, pola sebaran spasial, autokorelasi spasial, sektor ekonomi, Pulau Sumatera.

  1. S1-2023-445071-abstract.pdf  
  2. S1-2023-445071-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-445071-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-445071-title.pdf