ANALISIS IMPLEMENTASI LAYANAN KESEHATAN JIWA DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2022
Brema JK Damanik, dr. Riris Andono Ahmad, M.PH, PhD ; Diana Setiyawati, S.Psi, Psi, MHSc., Ph.D
2023 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Latar
Belakang: Kekambuhan dapat
disebabkan karena ketidakpatuhan orang dengan gangguan jiwa untuk minum obat
dan melakukan kontrol rutin kesehatan di fasilitas kesehatan minimal sebulan
sekali. Penyebab ketidakpatuhan dapat disebabkan oleh sisi penerima layanan
atau penyedia layanan.
Tujuan:
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi orang dengan gangguan jiwa tidak melakukan
kontrol kesehatan jiwa dengan pendekatan chronic
care model di Kabupaten Gunungkidul tahun 2022.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi mix method. Terdapat tiga penelitian
yaitu evaluasi surveilans, evaluasi program dan studi analitik. Studi evaluasi
surveilans dan program akan mengkaji sisi penyedia layanan dengan menyebarkan
kuesioner dan wawancara mendalam 30 programmer
jiwa. Studi analitik akan mengkaji sisi penerima layanan dengan menyebarkan
163 kuesioner dan wawancara mendalam kepada 8 pendamping di Kabupaten
Gunungkidul.
Hasil:
Pada
penyedia layanan terdapat kesenjangan data pada surveilans kesehatan jiwa.
Program terkendala pada kebutuhan tenaga profesional kesehatan jiwa, sistem
informasi yang belum optimal dan kebutuhan fasilitas dan sarana yang belum
memadai. Kegiatan rehabilitatif belum dilakukan secara optimal. Terdapat
beberapa tema yang perlu diperhatikan dalam program kesehatan jiwa yaitu
kegiatan layanan, analisis situasi, pelatihan tenaga kesehatan, pendistribusian
dan pengawasan obat, peran kader kesehatan, perencanaan kegiatan, layanan
penguatan pendamping, rehabilitasi berbasis masyarakat, sistem rujukan,
kolaborasi lintas sektor, budaya, dukungan sosial dan stigma. Pada penerima
layanan menunjukkan ada hubungan kepuasan
penerima layanan (aPR 1,35 95%CI 1,05-1,75), stigma (aPR 1,52 95%CI 1,04-2,22),
mental health literacy bagian
perkembangan gangguan jiwa (aPR 1,52 95%CI 1,13-2,05), dukungan keluarga (aPR
1,69 95%CI 1,27-2,23) dan quality of delivery(aPR
0,45 95%CI 0,47-0,83) dengan perilaku orang dengan gangguan jiwa tidak melakukan kontrol
kesehatan. Dukungan keluarga menjadi faktor yang paling mempengaruhi. Terdapat tema baru yang mempengaruhi
kepatuhan adalah penerimaan kondisi, mengubah terapi obat dan tanggungjawab
terhadap pekerjaan.
Kesimpulan:
Perbaikan
pada sistem surveilans dan pendekatan chronic
care model dapat dikembangkan sebagai solusi menyelesaikan permasalahan
kesehatan jiwa di Kabupaten Gunungkidul dengan menjadikan keluarga sebagai
mitra.
Background: Recurrence can be
caused by non-adherence of people with mental disorders to take medication and
carry out routine health checks at health facilities at least once a month. The
cause of non-compliance can be caused by the service recipient side or the
service provider.
Objective: To identify the
factors that influence people with mental disorders not to carry out mental
health controls using the chronic care model approach in Gunungkidul District
in 2022.
Methods: This study used a
mixed method study design. There are three studies, namely surveillance
evaluation, program evaluation and analytic studies. The surveillance and
program evaluation study will examine the service provider side by distributing
questionnaires and in-depth interviews with 30 mental health programmers. The analytical study will
examine the recipient side of the service by distributing 163 questionnaires
and in-depth interviews to 8 assistants in Gunungkidul District.
Results:
There
are data gaps among service providers on mental health surveillance. The
program is constrained by the need for mental health professionals, information
systems that are not yet optimal and the need for facilities and infrastructure
that are not adequate. Rehabilitative activities have not been carried out
optimally. There are several themes that need to be considered in mental health
programs, namely service activities, situation analysis, training of health
workers, drug distribution and supervision, the role of health cadres, activity
planning, companion strengthening services, community-based rehabilitation,
referral systems, cross-sectoral collaboration, culture, social support and
stigma. For service recipients, there is a relationship between service
recipient satisfaction (aPR 1.35 95% CI 1.05-1.75), stigma (aPR 1.52 95% CI
1.04-2.22), mental health literacy in the developmental disorder section life
(aPR 1.52 95%CI 1.13-2.05), family support (aPR 1.69 95%CI 1.27-2.23) and
quality of delivery (aPR 0.45 95%CI 0, 47-0.83) with the behavior of people
with mental disorders who do not carry out health controls. Family support is
the most influencing factor. There are new themes that affect adherence, namely
the acceptance of conditions, changing drug therapy, and responsibility for
work.
Conclusion:
Improvements
to the surveillance system and the chronic care model approach can be developed
as a solution to solving mental health problems in Gunungkidul District by
making the family a partner.
Kata Kunci : Evaluation, Surveillance, Mental Health, Chronic Care Model, Casecading