Pengaruh penggunaan agregat kasar bernilai abrasi tinggi (Lebih kurang 50. ) yang divariasi dengan agregat kasar bernilai abrasi 40 pada campuran beton aspal (AC-Wearing Course)
TAUFIK, Wan, Dr.Ir. Latif Budi Suparma, MSc
2003 | Tesis | Magister Sistem dan Teknik TransportasiKetersediaan agregat kasar yang memenuhi persyaratan nilai abrasi maksimum 40% semakin lama akan semakin sulit seiring dengan pesatnya pembangunan dan peningkatan perkerasan jalan. Sedangkan di beberapa daerah, seperti di Yogyakarta, banyak terdapat agregat kasar dengan nilai abrasi tinggi yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan penelitian dengan memanfaatkan agregat kasar bernilai abrasi tinggi (+ 50 %) yang divariasi dengan agregat kasar bernilai abrasi < 40 % sebagai bahan campuran beton aspal yang digunakan pada lapis permukaan perkerasan (AC – Wearing Course). Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji dari empat variasi prosentase agregat kasar bernilai abrasi tinggi (+ 50 %) dengan agregat kasar bernilai abrasi < 40 %, variasi prosentasenya adalah 80/20 (80% agregat kasar bernilai abrasi + 50% dan 20% agregat kasar bernilai abrasi 40%), 60/40, 40/60 dan 20/80. Pada masing-masing variasi prosentase agregat kasar dibuat benda uji dengan variasi kadar aspal 5,0%; 5,5%; 6,0%; 6,5% dan 7,0% untuk mencari kadar aspal optimum dengan menggunakan metode Marshall. Kemudian dibuat benda uji pada kadar aspal optimum dengan perendaman 0,5 jam dan 24 jam untuk mengetahui nilai karakteristik Marshall dan benda uji kepadatan mutlak untuk mengetahui kadar aspal optimum pada kepadatan mutlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar aspal optimum pada masing-masing variasi prosentase agregat kasar 100/0 (100% agregat kasar bernilai abrasi + 50% dan 0% agregat kasar bernilai abrasi 40%), 80/20, 60/40, 40/60 dan 20/80 sebesar 6,6%; 6,4%; 6,15%; 5,8% dan 5,7%. Pengujian Marshall pada kadar aspal optimum dengan lama perendaman 0,5 jam menunjukkan setiap penambahan agregat kasar bernilai abrasi < 40 % menyebabkan nilai density , VMA, VITM, stabilitas dan MQ cenderung naik dengan nilai maksimum berturut-turut sebesar 2,285 gr/cc; 17,90%; 5,90%; 1728,47 Kg dan 524,16 Kg/mm, nilai VFWA dan flow cenderung turun dengan nilai maksimum berturut-turut sebesar 70,52% dan 3,77 mm. Pengaruh perendaman benda uji selama 24 jam menyebabkan nilai stabilitas dan MQ turun dan nilai flow naik dibandingkan perendaman 0,5 jam. Indeks perendaman pada masing-masing prosentase agregat kasar 100/0, 80/20, 60/40, 40/60 dan 20/80 adalah sebesar 87,56%; 87,32%; 86,60%; 86,38% dan 86,13%. Nilai VITM pada kepadatan mutlak pada masing-masing variasi prosentase agregat kasar 100/0, 80/20, 60/40, 40/60 dan 20/80 diperoleh nilai sebesar 0,85%; 1,56%; 1,93%; 2,22% dan 2,54%. Maka dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada campuran beton aspal untuk lapisan permukaan perkerasan (AC – Wearing Course) dengan menggunakan variasi agregat kasar bernilai abrasi tinggi (+ 50%) dengan agregat kasar bernilai abrasi < 40% untuk lalulintas berat (> 1 juta ESAL) berdasarkan spesifikasi Bina Marga (2000) hanya bisa dilayani oleh variasi prosentase agregat kasar 20/80.
The coarse aggregate availability that fulfil requirements of 40% maximum abrasion value will be more difficult in line to the developing and the increasing of road pavement. Whereas, in some areas, such as Yogyakarta, there are many high abrasion value coarse aggregate which have not been used maximally. Based on the problem, the research was perfomed using high abrasion value coarse aggregate (+ 50%) which varied < 40% abrasion value coarse aggregate as the mixing material of the asphaltic concrete which used on wearing course (AC – Wearing Course). The research was perfomed manufacturing specimens from the four perecentage variation of high abrasion value coarse aggregate (+ 50%) and < 40% abrasion value coarse aggregate, the percentage variation were 80/20 (80% of + 50% abrasion value coarse aggregate and 20% of < 40% abrasion value coarse aggregate), 60/40, 40/60 and 20/80. The specimens with asphalt content 5,0%; 5,5%; 6,0%; 6,5% and 7% were manufactured for each percentage variation of coarse aggregate using the Marshall method to obtain optimum asphalt content at 0,5 hours and 24 hours immersion in order to identify Marshall properties value and refusal density specimens in order to identify optimum asphalt content at refusal density were made. Result of the investigation show that the optimum asphalt content of each percentage variation of coarse aggregate 100/0 (100% of + 50% abrasion value coarse aggregate and 0% of < 40% abrasion value coarse aggregate), 80/20, 60/40, 40/60 and 20/80 were 6,6%; 6,4%; 6,15%; 5,8% and 5,7%. Marshall test at the optimum asphalt content with 0,5 hours immersion show that each of adding < 40% abrasion value coarse aggregate caused density, VMA, VITM, stability and MQ value tends to increase with maximum value were 2,285 gr/cc, 17,90%, 1728,47 Kg and 524,16 Kg/mm respectively, VFWA and flow value tends to decrease with maximum value were 70,52% and 3,77 mm respectively. The influence of specimens immersion at 24 hours caused decreasing stability and MQ value and increasing flow value than 0,5 hours immersion. The immersion index at each of coarse aggregate percentage 100/0, 80/20, 60/40, 40/60 and 20/80 were 87,56%; 87,32%; 86,60%; 86,38% and 86,13% respectively. VITM value at refusal density at each of coarse aggregate percentage 100/0, 80/20, 60/40, 40/60 and 20/80 were obtained at 0,85%; 1,56%; 1,93%; 2,22% and 2,54%. In overall, the research result of utilizing high abrasion value coarse aggregate (+ 50%) and < 40% abrasion value coarse aggregate in the asphalt concrete mix for wearing course for high-level traffic flow (> 1million ESA) is only able be served with the percentage variation of coarse aggregate 20/80.
Kata Kunci : Aspal Jalan,Campuran Beton Aspal,Agregat Kasar,Abrasi