Laporkan Masalah

Gambaran Sosok dan Topik yang Dipilih dalam Mendiskusikan Seksualitas pada Remaja yang Sudah Melakukan Sexual Iintercourse di Provinsi DKI Jakarta

Zulfaa Nurin Nuhaa, Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, MA; Dr. Drs. Abdul Wahab, MPH

2023 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Remaja mengalami maturity-gap, dimana kematangan biologis mencapai titik puncak, namun kematangan psikologisnya belum stabil sehingga remaja memiliki keinginan melakukan perilaku seksual berisiko. Remaja memiliki keterbukaan mengenai seksualitas yang rendah karena merasa tidak nyaman jika membicarakannya pada orang dan waktu yang tidak tepat, padahal remaja membutuhkan wadah untuk berdiskusi. Orang tua dan tenaga profesional merupakan wadah yang paling tepat untuk mendiskusikan seksualitas, namun orang tua cenderung menghindar, sehingga remaja bertukar informasi dengan teman sebayanya. Penelitian ini mengkaji sosok dan topik yang dipilih remaja dalam mendiskusikan seksualitas sehingga karakteristik dan alasannya dapat diketahui. Dengan mengetahui hal tersebut, program pendidikan seksual dapat dirancang dengan lebih baik. 

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan ditentukan dengan metode snowball sampling dengan ketentuan berdomisili di DKI Jakarta, usia 15 – 19 tahun, dan pernah melakukan hubungan seksual pranikah.

Hasil: Remaja sudah melakukan hubungan seksual pranikah sejak usia 14-16 tahun dan menganggap hal yang wajar untuk dilakukan. Orang tua khawatir jika remaja diberikan edukasi mengenai cara melakukan hubungan seksual yang aman remaja akan melakukannya, padahal remaja membutuhkan edukasi tersebut. Remaja memiliki sahabat dan pacar sebagai sosok yang mereka percaya untuk mendiskusikan seksualitas namun tidak semua remaja memiliki sosok untuk menceritakan pengalaman seksualnya. Remaja mendapatkan informasi seksualitas melalui aplikasi Tiktok dan mencari lebih lanjut melalui Google search. Temuan baru pada penelitian ini adalah remaja membutuhkan diskusi seksualitas secara langsung dengan tenaga profesional perempuan, usia 20-29 tahun, serta dapat memahami dan berinteraksi dengan remaja secara baik.

Kesimpulan: Remaja mendiskusikan seksualitas dengan orang kepercayaannya. Remaja membutuhkan sosok untuk meluapkan rasa bersalahnya setelah melakukan hubungan seksual pranikah namun tidak semua remaja memiliki sosok yang dipercaya untuk menceritakannya. Remaja membutuhkan diskusi mengenai seksualitas dengan tenaga kesehatan profesional agar dapat melakukan hubungan seksual dengan aman dan terhindar dari KTD dan IMS.

Background: Adolescents experience a maturity-gap, where biological maturity reaches a peak, but psychological maturity is not stable so that adolescents have a desire to engage in risky sexual behavior. Adolescents have low openness about sexuality because they feel uncomfortable talking about it to people and at the wrong time, even though Adolescents need a place to discuss it. Parents and professionals are the most appropriate place to discuss sexuality, but parents tend to avoid it, so that Adolescents exchange information with their peers. This study examines the figures and topics that adolescents choose in discussing sexuality so that their characteristics and reasons can be identified. By knowing this, sexual education programs can be better designed.

Methods: This research used qualitative descriptive study with a phenomenological approach. Informants were determined using the snowball sampling method with the condition that they are domiciled in DKI Jakarta, aged 15-19 years, and have had premarital sex.

Results: Adolescents have had premarital sex since the age of 14-16 years and consider it a natural thing to do. Parents worry that if Adolescents are given education about how to have safe sex they will do it, even though Adolescents need this education. Adolescents have friends and girlfriends as figures they trust to discuss sexuality, but not all adolescents have figures to share their sexual experiences. Adolescents get sexuality information through the Tiktok application and search further through Google search. Adolescents need to discuss sexuality directly with female professionals, aged 20-29 years, and be able to understand and interact well with adolescents.

Conclusion: Adolescents discuss sexuality with their confidants. Adolescents need a figure to express their guilt after having premarital sexual intercourse, but not all adolescents have a trusted figure to tell about it. Adolescents need discussions about sexuality with health professionals so they can have sexual intercourse safely and avoid unwanted pregnancy and STIs.

Kata Kunci : remaja, topik seksualitas, diskusi, sosok kepercayaan

  1. S2-2023-471389-abstract.pdf  
  2. S2-2023-471389-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-471389-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-471389-title.pdf