Laporkan Masalah

FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN KEJADIAN FILARIASIS PADA DAERAH ENDEMIS DI KABUPATEN SIGI

Santriana, Dr. drh. Sitti Rahmah Umniyati, SU ; Aditya Lia Ramadona, S.Si., M.Sc, Ph.D

2023 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang: Filariasis adalah penyakit tropis terabaikan yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang menyerang kelenjar getah bening dan ditularkan melalui vektor nyamuk. WHO memperkirakan 863 juta orang di seluruh dunia berisiko menderita filariasis, yang menyebabkan pembengkakan anggota badan, alat kelamin dan menyebabkan kecacatan seumur hidup dan stigma sosial. Di Indonesia tingkat endemisitas filariasis masih tinggi dengan angka mikrofilaria sebesar 3,1%. Kabupaten dengan kasus tertinggi di Sulawesi Tengah adalah Kabupaten Sigi, karena dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2022 tercatat 72 kasus, dengan angka mikrofilaria mencapai 4,07% pada tahun 2015.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang terkait dengan kejadian filariasis pada daerah endemis di Kabupaten Sigi.

Metode: Penelitian ini merupakan analitik observasional dengan menggunakan rancangan studi kasus kontrol (case control study) yang dilakukan di 12 kecamatan di Kabupaten Sigi dengan melibatkan 114 responden terdiri dari 38 kasus dan 76 kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis regresi logistik digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan filariasis.

Hasil: Dari 14 variabel bebas, hasil penelitian ini menemukan enam variabel yang mempunyai asosiasi yang signifikan dengan kejadian filariasis pada daerah endemis di Kabupaten Sigi, meliputi suhu, kelembaban, breeding place, keberadaan ternak, kebiasaan keluar rumah pada malam hari, dan tidak  menggunakan obat anti nyamuk. Hasill analisis regresi logistik yang paling dominan terhadap kejadian filariasis pada daerah endemis di Kabupaten Sigi adalah breeding place dengan nilai OR=8,57 (2,43-34,33), p- value=0,001, keberadaan kandang ternak dengan nilai OR=5,16 (1,15-29,44), p-value=0,044, dan tidak menggunakan obat anti nyamuk dengan nilai OR=6,06 (1,54-27,56), p- value=0,013.

Kesimpulan: Keberadaan tempat berkembangbiak nyamuk vektor, keberadaan kandang ternak dan kebiasaan tidak menggunakan obat anti nyamuk merupakan faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian filariasis di daerah endemis di Kabupaten Sigi. Saran untuk upaya pengendalian agar lebih memperhatikan faktor-faktor tersebut.


Introduction: Filariasis is a neglected tropical disease caused by Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, and Brugia timori that attacks the lymph nodes and is transmitted through mosquito vectors. WHO estimates that 863 million people worldwide are at risk of filariasis, which causes swelling of the limbs and genitals and leads to lifelong disability and social stigma. In Indonesia, filariasis endemicity is still high, with a microfilariae rate of 3.1%. The district with the highest cases in Central Sulawesi is Sigi because from 2013 to 2022 there were 72 cases, with a microfilariae rate of 4.07% in 2015.

 Purpose: This study aimed to analyze factors associated with the incidence of filariasis in endemic areas in the Sigi District.

Methods: This study was an observational analytic using a case-control study design conducted in 12 sub-districts in the Sigi District, involving 114 respondents consisting of 38 cases and 76 controls. The data were collected using a structured questionnaire. Logistic regression analysis was used to identify factors associated with filariasis.

Results: Of the 14 independent variables, the results of this study found six variables that had a significant association with the incidence of filariasis in endemic areas in the Sigi District, including temperature, humidity, breeding places, the presence of livestock, the habitat of going out at night, and not using mosquito repellent. The results of logistic regression analysis showed that the most dominant factor in the incidence of filariasis in endemic areas in the Sigi District was breeding place with OR = 8.57 (2.43–34.33), p-value = 0.001, presence of livestock with OR = 5.16 (1.15-29.44), p-value = 0.044, and not using mosquito repellent with OR = 6.06 (1.54–27.56), p-value = 0.013.

Conclusion: The presence of vector mosquito breeding sites, livestock pens, and the habit of not using mosquito repellent are the dominant risk factors associated with the incidence of filariasis in endemic areas in the Sigi District. Suggestions for control efforts to pay more attention to these factors.

Kata Kunci : Faktor risiko, Filariasis, Kabupaten Sigi

  1. S2-2023-475962-abstract.pdf  
  2. S2-2023-475962-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-475962-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-475962-title.pdf