Laporkan Masalah

Kristen Mennonite dan Dialog Antaragama di Indonesia (Studi atas Perjumpaan GKMI dengan Lintas Komunitas di Solo)

Ayu Kristina, Prof. Dr. Fatimah Husein

2023 | Tesis | S2 Agama dan Lintas Budaya

Dialog antaragama dipandang sebagai strategi penting dalam menciptakan kehidupan beragama yang inklusif. Meski begitu, dialog antaragama sering kali gagal menjangkau partisipan yang luas dan memiliki dampak sosial yang kecil. Hal ini karena mereka cenderung terjadi di ruang gaung agama progresif yang banyak diasosiasikan dengan pertemuan elite atau acara-acara seremonial-formal. Mereka secara berkala berkumpul hanya dalam upaya untuk menahan diri agar tidak menonjolkan identitas masing-masing. Tim Miller dan David Roman menyebut fenomena ini sebagai “preaching to the converted.” Akibatnya, upaya membangun perdamaian tidak sampai pada tingkat akar rumput yang sering kali justru menjadi korban kekerasan struktural maupun komunal. Atas dasar keyakinan bahwa perdamaian harus terjadi di semua level masyarakat, Kristen Mennonite terlibat dalam dialog antaragama dengan lintas komunitas di Solo, Jawa Tengah, dan daerah lain di Indonesia. Dalam hal ini, penting untuk mengkaji kiprah GKMI Solo mereduksi narasi Solo sebagai “tempat tumbuh subur” bagi kelompok konservatif, militan, dan intoleran. Atas dasar itulah, tesis ini mengkaji: pertama, sejarah dan kiprah sosial Kristen Mennonite Indonesia. Kedua, model-model dialog antaragama yang dikembangkan GKMI Solo dan dianalisis melalui tujuh momen dialog antaragama oleh Johannes B. Banawiratma (2009) dan empat komitmen moral yang dapat mengukur dialog aksi oleh Hans Kung (1998). Ketiga, tantangan dan kendala yang dihadapi GKMI Solo dalam membangun dialog dan perdamaian. Sumber data tesis diperoleh dari wawancara mendalam dengan sejumlah informan kompeten, observasi partisipan, dan studi pustaka yang dilakukan dari berbagai sumber. Tesis ini menemukan bahwa visi GKMI Solo adalah sebagai gereja perdamaian. Artinya sebagai gereja Mennonite, ada impian agar Solo menjadi kota yang toleran dan laboratorium perdamaian antaragama dan golongan, sehingga banyak orang datang untuk studi atau riset baik secara lokal, nasional, maupun internasional. Hal ini terwujud dengan beberapa model dialog yang dikembangkan GKMI Solo seperti dialog kehidupan, dialog formal, dialog profetik, dan dialog karya atau dialog aksi. GKMI Solo meletakkan dialog aksi sebagai identitas dan prioritas. Dalam mewujudkan idealisme dialog, GKMI Solo membutuhkan proses yang panjang dengan berbagai tantangan internal maupun eksternal seperti aspek kemandirian, isu kristenisasi, perebutan jemaat, banyaknya denominasi gereja, dan perizinan gereja.

Inter-religious dialogue is noticed as a vital strategy for creating an inclusive religious life. However, it often fails to reach wide participants and has little social impact. This is because they tend to occur in progressive religious echo chambers associated with elite gatherings or formal occasions. Tim Miller and David Roman refer to this phenomenon as "preaching to the converted." Therefore, peace-building initiatives do not reach the grassroots who usually become the victims of structural or communal violence. Based on the belief that peace must occur at all levels of society, Mennonite Christians (GKMI) are involved in interfaith dialogue with cross-communities in Solo, Central Java, and other areas in Indonesia. In this case, it is important to study GKMI Solo's initiative to reduce the narrative of Solo as a "thriving place" for conservative, militant, and intolerant groups. On that basis, this thesis examines: first, the history and social actions of Indonesian Mennonites. Second, the interreligious dialogue models developed by GKMI Solo and analyzed through seven moments of interreligious dialogue by Johannes B. Banawiratma (2009) and four moral commitments that can measure dialogue of action by Hans Kung (1998). Third, the challenges faced by GKMI Solo in building dialogue and peace. Sources of thesis data were gathered through in-depth interviews with competent informants, participant observation, and literature studies from diverse sources. This thesis finds that GKMI Solo is built as the church of peace. This means that a Mennonite church strives for building Solo to be a tolerant city and become the laboratory of reconciliation for religions and groups so that many people come to study or research both locally, nationally, and internationally. This is realized by several dialogue models developed by GKMI Solo such as dialogue of life, formal dialogue, prophetic dialogue, and innovation or dialogue of action. GKMI Solo puts dialogue of action as identity and priority. In realizing the ideals of dialogue, GKMI Solo requires a long process with various internal and external challenges such as independency, Christianization issues, denomination competition, and administrational problems of worship building.

Kata Kunci : Kristen Mennonite, GKMI Solo, Lintas Komunitas, dan Dialog Antaragama

  1. S2-2023-485988-abstract.pdf  
  2. S2-2023-485988-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-485988-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-485988-title.pdf