Laporkan Masalah

Eco-Relational Citizenship: Perspectives from Bara and Cindakko Indigenous Communities of Sulawesi, Indonesia

Andi Alfian, Dr. Samsul Maarif

2023 | Tesis | S2 Agama dan Lintas Budaya

Masyarakat adat di Indonesia terus menerus menjadi sasaran program-program pembangunan baik dari pemerintah maupun dari lembaga non-pemerintah, yang mengantarkan masyarakat adat pada posisi menghadapi banyak sekali tantangan. Salah satu dari banyak tantangan itu adalah program-program pengembangan yang dilakukan sering kali menggunakan pendekatan top-down atau pendekatan Barat-modern yang mengabaikan kekayaan peradaban masyarakat adat. Akibatnya, pendekatan-pendekatan ini memisahkan masyarakat adat dari pengetahuan dan aset mereka yang tak ternilai, sehingga mengakibatkan masyarakat adat tidak terlibat dan tercerabut dari konteks budaya mereka. Menanggapi persoalan tersebut, penelitian ini berupaya memberikan wawasan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti: Bagaimana cara memasukkan pengetahuan adat ke dalam program pengembangan masyarakat adat, terutama dalam hal pengembangan kewargaan masyarakat adat? Bagaimana pengetahuan adat, yang mencakup beragam sistem kemasyarakatan dan praktik keseharian masyarakat adat, dapat menginformasikan konsep, strategi, dan pendekatan yang mendorong kewargaan masyarakat adat menuju kewargaan yang inklusif-ekologis? Untuk mencapai tujuan tersebut, studi etnografi intensif selama tiga bulan dilakukan di masyarakat adat Bara dan Cindakko di Sulawesi Selatan, Indonesia. Studi ini menawarkan sebuah gagasan terobosan, yakni eco-relational citizenship atau kewargaan eko-relasional, yang berasal dari pengetahuan adat masyarakat Bara dan Cindakko. Konsep ini menjelaskan hubungan yang tak terpisahkan antara kewargaan masyarakat adat, alam, dan religiusitas?dengan menggabungkan konsep ecological citizenship atau kewargaan ekologis dari Andrea Dobson dengan konsep relationality atau relasional yang dikembangkan oleh Samsul Maarif dan Upolu Luma Vaai. Dengan mengaplikasikan konsep ini, perubahan besar dapat dicapai, yakni memungkinkan masyarakat adat untuk mendapatkan kembali tempat yang seharusnya dan mendorong masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Salah satu program pengembangan kewargaan eko-relasional yang dapat ditempuh adalah voluntarism atau kesukarelaan, sebagai bentuk dari tindakan sharing atau berbagi: mengorbankan diri sendiri untuk orang lain demi kesejahteraan diri sendiri (resiprokal). Ini juga merupakan prinsip utama dari kewargaan eko-relasional. Pada akhirnya, kesukarelaan dapat menjadi alat untuk melibatkan kewargaan yang lebih dari sekadar manusia sebagai salah satu basis kewargaan eko-relasional di masyarakat adat.

Indigenous peoples in Indonesia are continuously targeted by governmental and non-governmental development programs, leading to a myriad of challenges. These programs often employ top-down or modern-western approaches that erroneously ignore the rich civilizations of indigenous peoples. As a result, these approaches separate indigenous peoples from their invaluable knowledge and assets, leaving them disengaged and disconnected from their cultural context. In response to these concerns, this study seeks to provide insights by addressing important questions: How to incorporate indigenous knowledge in indigenous community development programs, especially in terms of citizenship? How can indigenous knowledge, which includes the diverse societal systems and daily practices of indigenous peoples, inform the concepts, strategies, and approaches that foster indigenous citizenship toward inclusive-ecological citizenship? To achieve these objectives, an intensive three-month ethnographic study was conducted in Bara and Cindakko indigenous communities in South Sulawesi, Indonesia. This study uncovers a groundbreaking idea, coined as eco-relational citizenship, derived from the indigenous knowledge of the Bara and Cindakko communities. This concept illuminates the inseparable connection between indigenous citizenship, nature, and religiosity by merging Andrea Dobson’s ecological citizenship concept with the relational concept developed by Samsul Maarif and Upolu Luma Vaai. By embracing this concept, profound change can be achieved, allowing indigenous peoples to reclaim their rightful place and fostering a more just, inclusive, and sustainable future. One of the development programs for eco-relational citizenship is voluntarism, as the act of sharing: sacrificing the self for the other for the well-being of the self. This is also the main principle of eco-relational citizenship. Ultimately, voluntarism can be a tool for engaging more-than-human citizenship as one of the bases of eco-relational citizenship in indigenous communities.

Kata Kunci : Eco-Relational Citizenship, Indigenous Citizenship Development,

  1. S2-2023-485111-abstract.pdf  
  2. S2-2023-485111-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-485111-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-485111-title.pdf