Disparitas antar wilayah Kecamatan di Kabupaten Sumba Timur
INA, Syane Tamu, Dr. Yeremias T. Keban, MURP
2003 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan DaerahPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola disparitas perkembangan wilayah antar wilayah kecamatan melalui analisis Product Domestic Regional Brutto (PDRB) dan Indeks Mutu Hidup (IMH). Penelitian ini juga bertujuan mengeksplorasikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola disparitas tersebut melalui indikator ketersediaan sarana prasarana perhubungan, kondisi fisik dan ketersediaan fasilitas Pelayanan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi Product Domestic Regional Brutto (PDRB) perkapita tiap kecamatan tahun 2001, Indeks Mutu Hidup (IMH) tahun 2001, jumlah sarana prasarana perhubungan, kemampuan lahan dan jumlah fasilitas pelayanan (pendidikan, kesehatan dan perekonomian). Data bersumber dari BPS Kabupaten Sumba Timur, Data Pokok serta RTRW Kabupaten Sumba Timur. Daerah penelitian adalah Daerah Kabupaten Sumba Timur di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan daerah pulau. Secara spatial, terdapat indikasi bahwa terjadi perbedaan tingkat perkembangan wilayah kecamatan di Kabupaten Sumba Timur. Perkembangan Wilayah lebih cepat terjadi pada kecamatan-kecamatan yang berada di bagian utara Kabupaten. Kerapatan bangunan permukiman, sarana utilitas, sarana perekonomian, pusat-pusat perdagangan dan jasa dan lain-lainnya, lebih padat berada di wilayah utara yang merupakan wilayah pusat kota Kabupaten Sumba Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat perkembangan wilayah kecamatan di Kabupaten Sumba Timur berbeda. Tingkat perkembangan berdasarkan berdasarkan PDRB perkapita diketahui bahwa kecamatan Kota Waingapu, Pandawai, Pahunga Lodu, Karera, Rindi, Wula Waijelu masuk kategori tinggi, kecamatan Lewa, Haharu, Umalulu, Pinu Pahar dan Tabundung masuk klasifikasi sedang, Kecamatan Nggaha Oriangu, Kahaungu Eti, Paberiwai dan Matawai La Pawu masuk kategori rendah. Tingkat perkembangan wilayah berdasarkan IMH diketahui bahwa kecamatan Kota Waingapu, Lewa, Umalulu, Pandawai, Haharu masuk kategori tinggi, Kecamatan Nggaha Oriangu, Pahunga Lodu, Rindi, Paberiwai dan Tabundung masuk kategori sedang dan kecamatan Wula waijelu,Karera, Matawai La Pawu, Kahaungu Eti, Pinu Pahar masuk kategori Rendah. Pola keruangan Kabupaten Sumba Timur membentuk tiga bagian wilayah yaitu wilayah bagian utara, tengah dan selatan. Pada bagian utara merupakan daerah pesisir didominasi oleh dataran yang luas mempunyai klasifikasi tinggi. Pada bagian tengah yang merupakan daerah pegunungan dan perbukitan mempunyai klasifikasi rendah sedangkan bagian selatan yang merupakan pesisir masuk klasifikasi Sedang dan rendah keculai kecamatan lewa dan Pahunga Lodu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan wilayah adalah sarana prasarana perhubungan dan fasilitas pelayanan. Sedangkan kondisi fisik (kemampuan lahan) hanya mempengaruhi IMH.
This research endeavors to learn the disparity pattern of regional development of inter district area using Domestic Product of Regional Brutto and Life Quality Index. The Research also aims at exploring factors influencing the polarity pattern using the indicators of the availability of communication infrastructute, physical condition and the availability of service facility. The data taken for this research is a secondary data including Domestic Product of Regional Brutto, district revenue of 2001, the number of communication infrastructure, land and service facility (education, health and economy). The data were taken from the BPS of East Sumba Regency, Main Data, and RTRW in East Sumba Regency. The research area includes East Sumba Regency in the Province of East Nusa Tenggara which is an island area. Spatially there ia an indication of a different developmental level in the district area of East Sumba Regency. The development of area occurs faster than the districts locating in the northern part of the Regency. The density of the dwelling, means of utility, economical structure, trade centers and services, etc are more frequently seen in the north area which is the city center are of the Regency of East Sumba. The research result shows that the level of regional development in the district areas of East Sumba is not the same. Based on the Domestic Product of Regional Brutto, the level of development of the district of Waingapu, Pandawai, Pahunga Lodu, Karera, Rindi, Wula Waijelu can be categorized high; while the districts of Lewa, Haharu, Umalulu, Pinu Pahar ang Tabundung can be categorized medium; and the districts of Nggaha Oriangu, Kahaungu Eti, Paberiwai and Matawai La Pawu can be categorized low. The level of development based on the Life Quality Index shows that the districts of Waingapu, Lewa, Umalulu, Pandawai, Haharu can be classified high; while the districts of Nggaha Oriangu, Pahunga Lodu, Rindi, Paberiwai and Tabundung can be categorized medium; and the districts of Wula Waijelu, Karera, Matawai La Pawu, Kahaungu Eti, Pinu Pahar can be classified low. The spatial patterns of East Sumba Regency form three group areas, such as the group area of the north, middle, and south. The north group area belongs to coastal area, dominated by wide land area having high classification. The middle part, which is hilly area has low classification; while the south group area, excepting the districts of Lewa and Pahunga Lodu belong to medium classification. The factors influencing the regional development include communication infrastructure and service facilities. Whereas the physical condition (land availability) only influences Life Quality Index
Kata Kunci : Perkembangan Wilayah,Disparitas Antar Wilayah