Esai Tentang Dekomposisi Kemiskinan dan Ketimpangan, Deprivasi Multidimensi pada Anak-Anak dan Kemiskinan Ekstrem
Asih Murwiati, Prof. Catur Sugiyanto, M,A, Ph.D., Elan Satriawan, M.Ec.,Ph.D.
2023 | Disertasi | S3 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Indonesia adalah salah
satu negara berkembang yang selalu dihadapkan pada masalah kemiskinan dan
ketimpangan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemiskinan di Indonesia,
yaitu terbatasnya lapangan pekerjaan, rendahnya tingkat pendidikan, harga-harga
kebutuhan yang tinggi, dan akses sumber daya yang terbatas. Tingkat ketimpangan
pengeluaran penduduk di Indonesia yang diukur dengan Rasio Gini mengalami
sedikit peningkatan, yaitu dari 0,381 pada September 2021 menjadi 0,384 pada
Maret 2022. Upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan
mengurangi ketimpangan di Indonesia dihadapkan dengan beberapa isu dan
tantangan. Salah satunya adalah perubahan indikator kemiskinan yang menyebabkan
tingkat kemiskinan Indonesia meningkat berdasarkan standar internasional.
Studi
empiris mengenai pengukuran ketimpangan dan kemiskinan terus berkembang dari
waktu ke waktu. Namun demikian, baik pendekatan moneter maupun multidimensi
belum dapat menemukan determinan pendapatan rumah tangga atau individu. Permasalahan
ini kemudian dikembangkan dengan pendekatan ekonometrika dengan menggunakan
model yang dibangun berdasarkan income generating function dalam
kerangka regression based on decomposition (RBD). Penelitian
yang terdiri dari 3 esai ini menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) putaran 2 sampai dengan 5.
Penelitian ini menemukan bahwa ketimpangan
pendidikan memiliki indeks tertinggi dibandingkan dengan ketimpangan kesehatan. Kemiskinan
juga memberikan dampak pada kehidupan anak-anak yang kemudian mengalai
kekurangan kases terhadap kebutuhan dasar yang disebut sebagai deprivasi. Pendapatan bukan persoalan utama bagi anak-anak, melainkan
akses terhadap makanan, rumah, pendidikan, kesehatan. Sehingga, cara terbaik
untuk mengukur kemiskinan anak-anak adalah dengan pendekatan multidimensi.
Penelitian ini menggunakan kelompok umur (cohort)
anak mulai dari usia di bawah 7 tahun, 7-12 tahun dan 13-15
tahun. Temuan dalam penelitian ini adalah
bahwa pola deprivasi antar kelompok umur berbeda pada dua periode survei.
Diskusi
kebijakan pengentasan kemiskinan dalam konteks Sustainable Development Goals
(SDGs) menekankan perlunya memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang
tertinggal di belakang (no one left behind). Untuk memahami pola
pergerakan rumah tangga keluar atau masuk dalam kemiskinan ekstrem selama
beberapa periode survei diamati dengan melihat pengaruh indikator-indikator
dalam pendekatan graduasi terhadap miskin ekstrem pada berbagai periode survei.
Berdasarkan kebutuhan analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan regresi
kuantil untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai hubungan antara
variabel bebas dan terikat pada beberapa titik
dan model logistik untuk mendeteksi rumah tangga berada dalam kelompok miskin
ekstrem dengan variabel bebas komponen pendekatan graduasi yaitu perlindungn
sosial, inklusi keuangan dan akses pelayanan dasar. Penelitian menemukan bahwa
perlindungan sosial memberi peran menurunkan kemiskinan ekstrem, meskipun
sangat kecil.
Indonesia is a developing country that is always faced with the problem of poverty and inequality. There are several factors that affect poverty in Indonesia, namely limited employment opportunities, low levels of education, high prices for necessities, and access to limited resources. The level of income inequality in Indonesia as measured by the Gini Ratio has increased slightly, from 0.381 in September 2021 to 0.384 in March 2022. Efforts to eradicate poverty and reduce inequality in Indonesia are faced with several issues and challenges. One of them is the change in poverty indicators which causes Indonesia's poverty rate to increase based on international standards.
Empirical studies regarding the measurement of inequality and poverty continue to develop from time to time. However, both monetary and multidimensional approaches have not been able to find determinants of household or individual income. This problem is then developed with an econometric approach using a model built on the income generating function within a regression based on decomposition (RBD) framework. This research, which consists of 3 essays, uses data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) rounds 2 to 5.
This study found that education
inequality has the highest index compared to health inequality. Poverty also
has an impact on the lives of children who then experience a lack of access to
basic needs which is referred to as deprivation. Income is not the main issue
for children, but access to food, housing, education, health. Thus, the best
way to measure child poverty is a multidimensional approach. This study used
the age group (cohort) of children under 7 years, 7-12 years and 13-15 years.
The finding in this study is that the pattern of deprivation between age groups
is different in the two survey periods.
Discussions on poverty alleviation policies in the context of
the Sustainable Development Goals (SDGs) emphasize the need to ensure that no
one is left behind. In order to understand the pattern of household movement
out of or into extreme poverty during several survey periods, it is observed by
looking at the effect of the indicators in the graduation approach on extreme
poverty in various survey periods. Based on needs analysis, this study was
carried out using quantile regression to obtain a comprehensive picture of the
relationship between the independent and dependent variables at several points
and a logistic model to detect households in the extreme poor group with the
independent variables of the graduation approach components, namely social
protection, financial inclusion and access to basic services. Research has
found that social protection plays a role in reducing extreme poverty, even if
it is very small.
Kata Kunci : RBD, IFLS, cohort, extreme poverty.