Laporkan Masalah

Makna Kesejahteraan Subjektif pada Lansia (Studi tentang Lansia Terlantar di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul)

Mairona Wicaksono, Drs. Suparjan, M.Si.

2023 | Skripsi | ILMU SOSIATRI

Meningkatnya angka usia harapan hidup dan proporsi penduduk lanjut usia perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang mampu menjamin kualitas hidup dan kesejahteraan lanjut usia di masa tua. Seiring berjalannya waktu kelompok lanjut usia akan mengalami regenerasi dan membutuhkan dukungan sosial dari lingkungannya. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar individu lansia dapat berujung pada permasalahan sosial maupun ekonomi, yaitu adanya fenomena lansia terlantar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesejahteraan bagi lanjut usia secara utuh dan mengimplementasikan kebijakan pada individu atau kelompok tidak hanya diukur dari kebijakan-kebijakan yang berfokus pada aspek materi namun juga penting untuk mempertimbangkan bagaimana individu lansia memaknai dan meyakini hal yang membuatnya sejahtera sebelum, saat dan setelah adanya intervensi dari pemerintah melalui fasilitasi, program-program dan standar pelayanan minimal dan apakah visi misi dan produk-produk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut serasi dan seirama dengan realita kesejahteraan yang para individu lansia rasakan.

Penelitian ini menggunakan analisis berdasarkan komponen kesejahteraan subjektif Edward Diener untuk melihat pemaknaan kesejahteraan lansia, yaitu komponen kognitif yang terdiri dari kepuasan hidup, dan komponen afektif yang terdiri dari afek positif dan afek negatif. Pendekatan ini nantinya menjadi tolok ukur dari keseluruhan aspek kehidupan lansia dan menekankan pada penilaian individu terhadap kehidupan yang dijalani oleh lansia.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interpretatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Balai Pelayanan Tresna Werdha Yogyakarta (BPSTW) Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul. Informan utama berjumlah tiga orang yang merupakan lansia terlantar potensial dan nonpotensial. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan, yang selanjutnya dianalisis menggunakan teknik data reduction, data display dan conclusion drawing.

Kesejahteraan subjektif pada individu lansia ditunjukkan oleh komponen kognitif (kepuasan hidup) yang dapat dilihat dari adanya penerimaan diri terhadap perubahan diri sendiri, keluarga dan lingkungan; kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru, tercukupinya kebutuhan dasar sehari-hari dan jaminan hidup; perasaan bermanfaat, cukup dan selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini dan adanya jalinan hubungan sosial yang positif dengan orang-orang sekitar. Selain itu, afek positif ditunjukkan dengan adanya kemauan untuk aktif dalam kegiatan dan mandiri, merasa keberadaannya diberi perhatian dan disayangi, lebih mendekatkan diri kepada aspek religiusitas dan merasa aman dan mendapatkan ketenangan. Di sisi lain, afek negatif ditunjukkan dengan adanya kekecewaan ketika mengalami sesuatu yang tidak diinginkan, tidak merasa bebas ketika menjalani kegiatan sehari-hari, merasa jenuh karena berputar pada kegiatan yang sama serta marah dan gelisah jika keinginannya tidak terpenuhi.

The increase in life expectancy and the proportion of the elderly population needs special attention for the government to make policies that are able to guarantee the quality of life and welfare of the elderly in old age. As time goes by, the group of elderly will experience regeneration and need social support from their environment. The unfulfilled basic needs of elderly individuals can lead to social and economic problems as indicated by the phenomenon of neglected elderly. This study aims to look at the welfare of the elderly as a whole and implement policies on individuals or groups not only measured by policies that focus on material aspects but it is also important to consider how elderly individuals interpret and believe things that make them prosperous before, during and after intervention from the government through facilitation, programs and minimum service standards and whether the vision and mission and policy products issued by the government are in harmony and in tune with the reality of the well-being that elderly individuals.

This research uses analysis based on Edward Diener's subjective well-being component to look at the meaning of elderly welfare. Firstly, the cognitive component, which consists of life satisfaction and second, the affective component which consists of positive affect and negative affect. This approach later becomes a benchmark for all aspects of the life of the elderly and emphasizes individual assessment of the life lived by the elderly.

This study uses a qualitative method with an interpretative approach. The unit of analysis in this study was the elderly living in Balai Pelayanan Tresna Werdha Yogyakarta (BPSTW) Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul. The main informants are three people who are categorized as both potential and nonpotential neglected elderly. Data collection was carried out through semi-structured interviews, observation, documentation and literature studies, which were then analyzed using the technique of data reduction, data display and conclusion drawing.

Subjective well-being of elderly individuals is indicated by the cognitive component (life satisfaction) which can be seen from self-acceptance of changes in oneself, family and environment; ability to adapt to new environments, fulfillment of basic daily needs and life assurance; feelings of contentment, usefulness and always be grateful with everything that is owned at this time and the existence of positive social relations with the people around. In addition, positive affect is shown by the willingness to be active in activities and be independent, feel that one's presence is cared for and loved, get closer to aspects of religiosity and feel safe and peaceful. On the other hand, negative affect is shown by being disappointed when experiencing something unwanted, not feeling free when carrying out daily activities, feeling bored because of rotating in the same activity and being angry and anxious if one's wishes are not fulfilled.

Kata Kunci : makna, lanjut usia, kesejahteraan subjektif/meaning, elderly, subjective well-being

  1. S1-2023-399377-abstract.pdf  
  2. S1-2023-399377-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-399377-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-399377-title.pdf