Laporkan Masalah

Melihat Praktik Kuasa Perempuan Difabel Anggota Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sleman

Benedicta Vembrihani Olsananda, Milda Longgeita Br. Pinem, S.Sos., M.A., Ph.D.

2023 | Skripsi | ILMU SOSIATRI

Program pemberdayaan tidak akan pernah ada habisnya untuk dipraktikkan di negara berkembang. Jumlah kelompok marginal yang masih tinggi, mendorong pemerintah untuk terus mencanangkan pemberdayaan sebagai bentuk percepatan pembangunan. Skripsi ini berbicara mengenai praktik kuasa personal oleh perempuan difabel yang didapatkan melalui organisasi. Sebagai salah satu individu yang menerima diskriminasi berlapis, kemampuan perempuan difabel kerap kali diremehkan. Konsep normalitas yang sudah mengakar pada masyarakat kita, menimbulkan adanya pemisahan terhadap hal-hal yang terlihat berbeda hingga menciptakan eksklusi sosial. Penelitian ini berlokasi di Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sleman sebagai salah satu organisasi difabel khusus perempuan di Sleman, DIY. Informan dalam penelitian ini berjumlah delapan orang dan terbagi ke dalam tiga kategori: anggota HWDI Sleman, ketua HWDI Provinsi & Kabupaten, serta keluarga dari anggota HWDI Sleman. Terdapat perbedaan pekerjaan pada setiap informan untuk mendapatkan data yang kaya melalui perspektif yang berbeda-beda. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, kemudian dituangkan dalam bentuk narasi. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Maka agar analisis yang dilakukan semakin mendalam, peneliti menggunakan teori Jo Rowlands yang mengkaji kuasa personal ke dalam tiga dimensi yakni personal, close relationship, dan collective. Hasil penelitian ini terbagi ke dalam dua bahasan besar. Pertama, mengenai pengalaman perempuan difabel yang merupakan anggota HWDI Sleman dalam menyadari kepemilikan kuasa melalui proses organisasi dan mempraktekkannya dalam arena organisasi. Kedua, mengenai praktik kuasa yang dipraktikkan oleh para perempuan difabel di luar arena organisasi, yakni dalam arena personal dan keluarga. Dari keseluruhan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan kuasa dapat dimiliki oleh siapa saja termasuk oleh perempuan difabel sebagai kelompok marginal. Lebih dari itu, praktik kuasa juga dapat dipraktikkan pada arena yang lebih luas diluar lingkup organisasi, yaitu pada lingkup personal dan keluarga. Bagian akhir penelitian ini ditutup dengan saran dan rekomendasi.

Initiatives to empower people in these developing countries will never end. To hasten the growth of the numerous underprivileged groups, the government is urged to support empowerment. This thesis will discuss how women with disabilities use the personal power they have gained through organizations. Due to the various forms of prejudice they encounter, women with disabilities typically have their abilities devalued. With the division of things based on differences and the ensuing social exclusion, our society's acceptance of the concept of normalcy has caused. This study focuses on the Indonesian Association of Women with Disabilities (HWDI) Sleman, one of the distinctive organizations for disabled women in Sleman. Eight participants—three sets of Sleman HWDI members, Provincial & District HWDI leaders, and families of Sleman HWDI members—made up the study's informants. To gather comprehensive information from multiple perspectives, each informant must fulfill a certain duty. The material was collected through observation, in-depth interviews, and documentation before being turned into a narrative. The research methodology being employed is qualitative, with a case study research emphasis. The researcher employed Jo Rowlands' theory, which divides personal space into three dimensions: personal, intimate relationships, and collective, to make the analysis being done more in-depth. According to the study's findings, organizations are one of Rowlands' three dimensions where one might exercise and build one's own power. First, let's talk about the experiences of HWDI Sleman members who are women with disabilities in terms of realizing their fair share of power inside organizational structures and putting it into practice. Second, let's talk about the exercise of power by disabled women outside of the organization, namely in the context of their personal and family lives. In conclusion, everyone can own power, including marginalized groups like women with impairments. Furthermore, the exercise of power can occur in contexts other than that of an organization, specifically in those of the personal and familial. Suggestions and recommendations round out the research's concluding section.

Kata Kunci : perempuan difabel, diskriminasi, HWDI Sleman, kuasa personal.

  1. S1-2023-443172-abstract.pdf  
  2. S1-2023-443172-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-443172-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-443172-title.pdf