PEMODELAN TERRAIN DIGITAL DAN PEMETAAN ARAH ALIRAN AIR PERMUKAAN PADA KAWASAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN DATA POINT CLOUD LIDAR
Arinda Tasya Avrianti, Dr. Ir. Bambang Kun Cahyono, S.T., M.Sc.
2023 | Skripsi | TEKNIK GEODESI
Hutan mangrove merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh
Indonesia. Namun, eksploitasi dan konversi lahan berlebihan menyebabkan
kerusakan dan hilangnya beberapa kawasan hutan mangrove di Indonesia. Karena
pentingnya peran mangrove untuk berbagai aspek kehidupan, maka perlu adanya
upaya restorasi dan konservasi untuk menjaga kelestariannya. Untuk restorasi
dan konservasi mangrove, diperlukan proses perencanaan dan pengelolaan
berdasarkan data. Namun, kondisi dan ketersediaan data di Indonesia masih
kurang memadai. Padahal, dalam proses perencanaan dan pengelolaan kawasan hutan
mangrove, peran data topografi seperti Digital Terrain Model (DTM) yang
dihasilkan melalui teknologi LiDAR sangatlah penting. DTM LiDAR memiliki
tingkat ketelitian vertikal kurang dari 20 cm, sehingga mampu memberikan
informasi detail mengenai kondisi topografi permukaan tanah kawasan hutan
mangrove. Selain itu, informasi hidrologi seperti arah aliran air permukaan juga
sangat diperlukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai dinamika
hidrologi di kawasan tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses
perencanaan dan pengelolaan kawasan hutan mangrove di Indonesia, perlu
dilakukan kegiatan pemodelan terrain digital dan pemetaan arah aliran
air permukaan.
Kegiatan pemodelan terrain digital dan pemetaan arah aliran
air permukaan dilakukan pada kawasan hutan mangrove yang berada di wilayah
pesisir Desa Kinabuhutan, Provinsi Sulawesi Utara. Data yang digunakan dalam
kegiatan ini meliputi point cloud hasil perekaman LiDAR, orthophoto
hasil kegiatan foto udara, dan data koordinat titik uji hasil pengukuran
terestris di lapangan. Model terrain digital dibuat dengan menggunakan
data point cloud hasil perekaman LiDAR yang telah diklasifikasi menggunakan
metode semi-otomatis dan manual. Data point cloud LiDAR yang
terklasifikasi sebagai ground kemudian diproses menggunakan metode Binning
(Minimum Value-DTM). Untuk memperbaiki tampilan badan air pada model terrain
digital yang dihasilkan, dilakukan editing hidro-topografi yang
meliputi proses hydro-conditioned, hydro-enforced, dan hydro-flattened.
Model terrain digital yang telah diedit kemudian diuji ketelitian
vertikalnya dengan data koordinat titik uji hasil pengukuran terestris di
lapangan. Model terrain digital yang lolos uji kemudian digunakan
sebagai data masukan dalam proses penentuan arah aliran air permukaan menggunakan
algoritma D8, yang dianggap cocok untuk menentukan arah aliran air di area
dengan topografi yang relatif sederhana dan tidak kompleks, sesuai dengan
karakteristik area yang dipetakan.
Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa point cloud LiDAR
berhasil diklasifikasi menjadi kelas ground dan non-ground menggunakan
metode klasifikasi semi-otomatis dan manual, kemudian model terrain digital
berhasil diproduksi menggunakan ground data LiDAR yang telah dikoreksi
hidro-topografinya. Model terrain digital yang dihasilkan memiliki nilai
ketelitian vertikal yang masuk ke dalam kelas 1 ketelitian peta skala 1:5000,
dengan tingkat kepercayaan sebesar 90%, dan peta arah aliran air permukaan yang
dibentuk melalui analisis hidrologi terbukti mampu memberikan informasi lengkap
mengenai arah dan orde aliran air di area studi, yang berguna dalam memberikan
pemahaman lebih mengenai kondisi hidro-topografi di area yang dipetakan.
Mangrove forests
are one of Indonesia's assets. However, excessive exploitation and land
conversion have caused damage and loss of several mangrove areas in Indonesia.
Due to the importance of mangroves in various aspects of life, efforts for
restoration and conservation are necessary to preserve them. The planning and management
processes for mangrove restoration and conservation rely on data. However, the
condition and availability of data in Indonesia are still insufficient. Yet,
topographic data such as Digital Terrain Models (DTM) generated through LiDAR
technology play a crucial role in mangrove planning and management.
LiDAR-derived DTM provides detailed information on the surface topography of
mangrove areas, with vertical accuracy of less than 20 cm. Additionally,
hydrological information such as the direction of surface water flow is
essential for a clear understanding of hydrological dynamics in the area.
Therefore, to support the planning and management of mangrove areas in
Indonesia, activities such as digital terrain modeling and mapping of surface
water flow directions are needed.
The activities of digital terrain
modeling and mapping of surface water flow directions were conducted in the
mangrove area located in the coastal area of Kinabuhutan Village, North
Sulawesi Province. The data utilized in this activity included LiDAR-derived
point cloud data, orthophoto data from aerial photography, and coordinate data
from ground-based terrestrial measurements. The digital terrain model was
created using the LiDAR-derived point cloud data that had undergone semi-automatic
and manual classification methods. The LiDAR point cloud data classified as
ground was then processed using the Binning method (Minimum Value-DTM). To
enhance the representation of water bodies in the digital terrain model,
hydro-topographic editing was performed, including hydro-conditioning,
hydro-enforcement, and hydro-flattening processes. The edited digital terrain
model underwent vertical accuracy testing using coordinate data from
ground-based terrestrial measurements. The digital terrain model that passed
the test was then used as input data for determining the direction of surface
water flow using the D8 algorithm, which is suitable for determining water flow
direction in areas with relatively simple and non-complex topography, aligning
with the characteristics of the mapped area.
The results of this activity
indicate that the LiDAR-derived point cloud was successfully classified into
ground and non-ground classes using semi-automatic and manual classification
methods. The digital terrain model produced using the ground data, along with
hydro-topographic corrections, achieved vertical accuracy within class 1
accuracy level for a 1:5000 scale map, with a confidence level of 90%. The
generated digital terrain model provided comprehensive information about the
vertical and horizontal representation of the study area's topography.
Additionally, the created surface water flow direction map, generated through
hydrological analysis, proved to be informative in understanding the direction
and order of water flow in the study area. These outcomes contribute to a
deeper understanding of the hydro-topographic conditions in the mapped area.
Kata Kunci : Arah Aliran Air, DTM, LiDAR, Mangrove