Laporkan Masalah

Perspektif dan Frame Penggunaan Eufemisme dalam Diskursus Politik Mata Najwa "Gaduh Tiga Periode": Kajian Linguistik

Gabriella Felicia, Dr. Sailal Arimi, M. Hum.

2023 | Skripsi | S1 SASTRA INDONESIA

Penelitian ini mengkaji perspektif dan frame dari eufemisme yang dipakai dalam diskursus politik terkait perpanjangan masa jabatan presiden dalam talkshow Mata Najwa “Gaduh Tiga Periode”. Umumnya, eufemisme digunakan sebagai sebuah sarana untuk memperhalus sesuatu. Namun, dalam dunia politik, eufemisme sering juga digunakan untuk menutupi sesuatu. Objek penelitian ini adalah ekspresi kebahasaan politik yang menggunakan eufemisme dalam “Gaduh Tiga Periode”. Hasil analisis menyatakan bahwa terdapat delapan jenis eufemisme yang ditemukan dalam talkshow tersebut, yaitu ekspresi figuratif, metafora, sirkumlokusi, peminjaman istilah, litotes, hiperbola, kolokial, dan teknik jargon. Berdasarkan eufemisme yang sudah dibedah, ditemukan dua perspektif. Pertama ada perspektif menyetujui perpanjangan masa jabatan presiden dengan argumen kekurangan waktu, Joko Widodo sebagai presiden berkualitas, ancaman polarisasi, masa depan yang cerah, dan dukungan masyarakat. Perspektif kedua adalah perspektif menolak perpanjangan masa jabatan presiden dengan argumen tegak lurus terhadap Pancasila dan UUD 1945, mempertahankan keputusan reformasi, hampa politik, masa depan yang cerah, dan banyak kader yang mampu. Terkahir, frame yang membentuk eufemisme tersebut dibagi berdasarkan latar belakangnya, yaitu pro memperpanjang masa jabatan presiden dan kontra perpanjangan masa jabatan presiden.

This study examines the perspective and frame of euphemism used in the political discourse regarding the extension of the presidential term in Mata Najwa talk show, “Gaduh Tiga Periode”. Generally, euphemisms are used as a means of softening the words used. However, in the political world, euphemisms are often used to cover something up. The object of this research is the expression of political language which used euphemism in “Gaduh Tiga Periode”. The result of the analysis state that there are eight types of euphemism contained in the talk show, namely figurative expression, metaphor, circumlocution, borrowing of terms, litotes, hyperbole, colloquial, and technical jargon. Based on the dissected euphemism, there are two perspectives. First is the perspective of those who agree on the extension of the presidential term with the arguments of lack of time, Joko Widodo as the best president, threat of polarization, a bright future, and public support. The second perspective is the perspective of rejecting the idea of the extension of the presidential term with arguments being perpendicular to Pancasila and the 1945 constitution, preserving reformation’s decisions, political vacuum, a bright future, and many capable successors. Finally, the frames that form the euphemism are divided based on their background, the pros and the cons of extending the presidential term.

Kata Kunci : eufemisme, perpanjangan masa jabatan presiden, perspektif, frame.

  1. S1-2023-428384-abstract.pdf  
  2. S1-2023-428384-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-428384-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-428384-title.pdf