Kendali Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk Ladang Surya Berbasis Internet of Things
Gregorius Petra Tanjung Nur Anggoro, Ir. Avrin Nur Widiastuti, S.T., M.Eng., IPM.; Roni Irnawan, S.T., M.Sc., Ph.D., SMIEEE.
2023 | Skripsi | TEKNIK ELEKTRO
Pemerintah
Indonesia menargetkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan sebagai energi
bauran paling sedikit 23 persen dari total kebutuhan listrik nasional pada
tahun 2025. Pembangkit listrik energi baru dan terbarukan yang memiliki potensi
pengembangan tertinggi di Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS), dengan potensi pengembangan sebesar 207.898 MW dan didukung dengan
harga panel surya yang cenderung menurun beberapa tahun terakhir. Akan tetapi,
daya keluaran PLTS yang bersifat intermiten dapat menimbulkan beberapa dampak
negatif saat dihubungkan ke grid, seperti ketidakseimbangan daya yang
dihasilkan dengan permintaan beban, fluktuasi tegangan, serta berpotensi menimbulkan
reverse power flow. Tugas akhir ini bertujuan untuk merancang strategi yang
dapat meminimalisir dampak negatif tersebut dan mengimplementasikannya dalam
sebuah sistem kontrol berbasis Internet of Things (IoT)
Strategi
yang diusulkan adalah dengan mengintegrasikan BESS dalam sistem microgrid
terhubung ke grid yang terdiri dari beberapa PLTS dan beban konstan, untuk menyimpan
daya saat terjadi surplus daya dan menyuplai daya saat terjadi defisit daya, sehingga
daya yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat sesuai dengan permintaan daya dari
TSO. Kemudian, jika terjadi surplus daya namun BESS tidak dapat menyimpannya akan
dilakukan power curtailment pada daya keluaran PLTS. Strategi tersebut diimplementasikan
dalam sebuah microgrid controller yang dapat mengirimkan referensi daya pada
masing-masing pembangkit sesuai dengan strategi tersebut dan kondisi transisi
sistem microgrid.
Sistem
microgrid beserta microgrid controller akan dimodelkan dan disimulasikan
menggunakan perangkat lunak Typhoon HIL. Setelah itu, microgrid controller juga
akan diimplementasikan dalam sistem kontrol berbasis IoT dengan menggunakan perangkat
Raspberry Pi 3B+, Node-Red, serta protokol komunikasi MQTT. Perangkat tersebut
kemudian akan diuji dengan metode hardware in the loop menggunakan perangkat Typhoon
HIL.
Hasil
pengujian menunjukkan bahwa microgrid controller dapat menyesuaikan daya yang
dihasilkan oleh masing-masing pembangkit, sehingga daya yang terukur di PCC
dapat sesuai dengan referensi daya yang diberikan oleh TSO, meskipun terdapat delay
selama dua detik dalam respon sistem tersebut, yang diakibatkan oleh proses
komunikasi antara microgrid controller dan masing-masing pembangkit. Dengan
kemampuan microgrid untuk menghasilkan daya sesuai referensi TSO, diharapkan
mampu meminimalisir dampak negatif sifat intermitensi PLTS dan membantu
memaksimalkan pemanfaatan PLTS dalam sistem ketenagalistrikan.
Indonesian
government targets the use of renewable energy as a mixed energy at least 23
percent of the total national electricity demand by 2025. The renewable energy
plant that has the highest development potential in Indonesia is the
Photovoltaic Power Plant (PVPP), with a potential development of 207,898 MW and
supported by solar panel prices that tend to decline in recent years. However,
intermittent solar output power can cause several negative impacts when
connected to grid, such as power imbalances, voltage fluctuations, and
potentially cause reverse power flow. This final project aims to design a
strategy that can minimize these negative impacts and implement them in a
control system based on Internet of Things (IoT) concept.
The proposed
strategy is to integrate BESS in a microgrid system, that connected to a grid
and consisting of several solar plants and constant loads, to store power when
there is an exceed power and supply power when there is a lack of power, so the
power generated by the system can match the power demand from TSO. Then, if
there is a an exceed power but BESS can’t store it, power curtailment will be
done on the PVPP output power. The strategy would implemented in a microgrid
controller that can send power references to each plant according to that
strategy and the transition conditions of the microgrid system.
The microgrid
system and microgrid controller will be modelled and simulated using Typhoon
HIL software. After that, microgrid controller will also be implemented in an
IoT-based control system using Raspberry Pi 3B+ devices, Node-Red, and MQTT
communication protocols. The device will then be tested with the hardware in
the loop method using the Typhoon HIL device.
The test
results show that microgrid controller can adjust the power generated by each
plant, so that the measured power in the PCC can match the power reference
provided by TSO, even though there is a two-second delay in the response of the
system, which is caused by the communication process between microgrid
controller and each plant. With the ability of microgrid to produce power
according to the TSO reference, it is expected to be able to minimize the
negative impact of PVPP intermittency and help maximize the use of PVPP in the
electricity system.
Kata Kunci : Energi Baru dan Terbarukan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya, microgrid controller, Internet of Things, Hardware in the Loop