PEMETAAN TINGKAT KEKRITISAN RESAPAN AIR HUJAN DI KECAMATAN GAJAHMUNGKUR DAN CANDISARI, KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Bagas Adhi Putra, Dr.Eng. Ir. Wawan Budianta, S.T., M.Sc., IPM; Ir. Anastasia Dewi Titisari, M.T., Ph.D., IPU
2023 | Skripsi | TEKNIK GEOLOGI
Tingginya laju urbanisasi pada Kota Semarang berdampak pada pembangunan berkelanjutan yang terus digencarkan oleh pemerintah yang disertai dengan perubahan fungsi lahan resapan air menjadi suatu kawasan infrastukur. Perubahan fungsi lahan ini menyebabkan daerah resapan air menjadi berkurang. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian mengenai tingkat kekritisan daerah resapan air yang berada di Kecamatan Gajahmungkur dan Candisari, Kota Semarang, untuk mengetahui kondisi tingkat kekritisan kawasan resapan air supaya dapat digunakan pemerintah daerah setempat guna menyusun kebijakan dengan lebih tepat.Penelitian dilakukan dengan pengambilan data primer melalui pemetaan jenis tanah dan litologi di lapangan serta data sekunder meliputi data tata guna lahan dan kemiringan lereng yang nantinya diverifikasi di lapangan. Semua data di atas selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan melakukan pembobotan pada setiap parameter dan subparameter. Parameter yang digunakan ialah jenis tanah, tata guna lahan, kemiringan lereng serta litologi. Seluruh pembobotan yang dilakukan kemudian di-overlay sehingga dapat menghasilkan peta zonasi tingkat kekritisan daerah resapan air di Kecamatan Gajahmungkur dan Candisari, Kota Semarang. Pada jenis tanah dengan fraksi halus yang sedikit, maka akan memiliki nilai permeabilitas yang lebih baik sehingga cenderung akan memiliki tingkat kekritisan yang lebih baik. Banyaknya vegetasi pada tata guna lahan juga akan membuat tingkat kekritisan menjadi lebih baik dikarenakan akar-akar tanaman dapat membuat porositas tanah menjadi lebih besar. Nilai kemiringan lereng yang rendah akan membuat suatu daerah dapat meresapkan air dengan baik karena potensi run off menjadi lebih kecil. Litologi penyusun suatu daerah yang berupa batuan sedimen dapat menjadikan daerah tersebut sebagai daerah resapan air yang baik karena nilai permeabilitasnya yang tinggi dibandingkan dengan batuan kristalin. Tingkat kekritisan daerah resapan air pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi baik di kawasan timur, normal alami pada bagian barat, timur dan selatan, mulai kritis pada bagian timur dan utara, agak kritis yang tersebar secara merata, serta kondisi kritis dan sangat kritis yang tersebar pada bagian tengah dan timur
The high rate of urbanization in Semarang City has an impact on sustainable
development which continues to be intensified by the government, accompanied by
a change in the function of water catchment areas to become infrastructure areas.
This change in land use causes the water catchment area to decrease. Therefore, a
study was conducted on the criticality level of water catchment areas in
Gajahmungkur and Candisari Districts, Semarang City, to determine the condition
of the criticality level of water catchment areas so that the local government can
use it to formulate policies precisely.. The research was carried out by collecting
primary data through mapping of soil types and lithology in the field and secondary
data, including data on land use and slope gradient which would later be verified
in the area. The above data will then be analyzed using the Analytical Hierarchy
Process (AHP) method by weighing each parameter and subparameter. The
parameters used are soil type, land use, slope, and lithology. All the weighting is
then overlaid to produce a zoning map of the critical level of water catchment areas
in Gajahmungkur and Candisari Districts, Semarang City. For the soil types with
a small fine fraction, it will have a better permeability value so that it tends to have
a better criticality level. The amount of vegetation on the land will also improve the
criticality level because plant roots can make the soil porosity bigger. A low slope
value will allow an area to absorb water properly because the potential for runoff
is smaller. The lithology that makes up an area in the form of sedimentary rocks can
make it a good water catchment area because of its high permeability value
compared to crystalline rocks. The critical level of the water catchment area in the
study area can be divided into very good in the east area, naturally normal in the
west, east and south area, started to be critical in the east, moderately critical which
spread evenly in the area, also critica, and very critical in the east and central
areas.
Kata Kunci : pembangunan berkelanjutan, metode Analytical Hierarchy Process, tignkat kekritisan daerah resapan air.