Status Resistensi Insektisida Malathion dan Alfa-sipermetrin pada Nyamuk Aedes aegypti (Linnaeus, 1762) dari Kaliwungu Kudus dan Kotagede Yogyakarta
Afghan Azka Falah, Dr. Dra. Rr. Upiek Ngesti W. A. , B.Sc., DAP&E, M.Biomed
2023 | Skripsi | BIOLOGI
Aedes aegypti
merupakan vektor penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merupakan
salah satu penyakit menular yang mematikan. Indonesia merupakan negara dengan
iklim tropis yang memiliki faktor lingkungan yang secara umum cocok dalam
perkembangbiakan nyamuk. Pengendalian vektor penyebaran penyakit menggunakan
insektisida merupakan praktik yang secara masif dilakukan oleh otoritas
kesehatan, namun memiliki potensi untuk
terjadinya resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki status
resistensi yang terjadi pada sampel nyamuk dari Kaliwungu, Kudus dan Kotagede,
Yogyakarta terhadap Insektisida malathion dan alfa-sipermetrin. Koleksi telur
nyamuk di lapangan dilakukan dengan menempatkan ovitrap di 50 rumah warga pada
masing-masing area, setelah itu dilakukan rearing di Laboratorium hingga
generasi F2. Dilakukan CDC Bottle Bioassay dengan 15 nyamuk betina
dewasa dengan variasi konsentrasi hingga mortalitas maksimal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Ae. aegypti dari Kaliwungu dan Kotagede menunjukkan
resistensi pada dosis 50 µg/botol (1x) terhadap insektisida malathion
dan pada dosis 12,5 µg/botol (1x) dan 25 µg/botol (2x) terhadap
alfa-sipermetrin . Sifat toleran
yang mengarah resistensi terjadi di dosis 100 µg/botol (2x) malathion
pada nyamuk dari Kaliwungu, namun pada Kotagede menunjukkan sifat rentan. Pada uji alfa-sipermetrin dosis 52,5 µg/botol
(5x) nyamuk dari Kaliwungu maupun Kotagede menunjukkan kerentanan.
Aedes aegypti is a vector for
the spread of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), which is a deadly infectious
disease. Indonesia is a country with a tropical climate that has environmental
factors that are generally suitable for mosquito breeding. Controlling vectors
for the spread of disease using insecticides is a practice that is massively
carried out by health authorities, but has the potential for resistance. This
study aims to investigate the status of resistance that occurs in mosquito
samples from Kaliwungu, Kudus and Kotagede, Yogyakarta to malathion and
alpha-cypermethrin insecticides. Collection of mosquito eggs in the field was
carried out by placing ovitraps in 50 residential houses in each area, after
which rearing was carried out in the Laboratory until the F2 generation. The
CDC Bottle Bioassay was carried out with 15 adult female mosquitoes with
various concentrations up to maximum mortality. The results showed that Ae.
aegypti from Kaliwungu and Kotagede showed resistance at a dose of 50
µg/bottle (1x) against the insecticide malathion and at a dose of 12.5
µg/bottle (1x) & 25 µg/bottle (2x) against alpha-cypermethrin. Tolerance
leading to resistance occurs at a dose of 100 µg/bottle (2x) of malathion in
mosquitoes from Kaliwungu, but in Kotagede they show susceptibility. At a dose
of 52.5 µg/bottle (5x) of alpha-cypermethrin showed susceptibility of mosquitoes from Kaliwungu
and Kotagede.
Kata Kunci : Aedes aegypti, CDC Bottle Bioassay, Malathion, Alpha-cypermethrin