EFFECT OF COVID-19 SEVERITY ON THE INCIDENCE AND TREATMENT PATTERNS OF CYTOKINE STORM IN HOSPITALISED PATIENTS AT DR SARDJITO GENERAL HOSPITAL YOGYAKARTA

Aisyah Nur Sapriati, Dr. apt. Fita Rahmawati, Sp. FRS; Prof.dr. Titik Nuryastuti, M.Si., Sp.MK., Ph.D

2023 | Tesis | S2 Mag.Farmasi Klinik

Latar belakang: Pada pasien COVID-19 dengan gejala berat, terjadi peningkatan pelepasan sitokin yang tidak teratur. Pelepasan sitokin yang tidak teratur ini disebut sebagai badai sitokin. Badai sitokin menyebabkan respons peradangan dan kekebalan yang berlebihan, terutama di paru-paru, yang menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), edema paru, dan kegagalan multi-organ. Abnormalitas sitokin yang terjadi akan bervariasi dengan tingkat keparahan penyakit COVID-19. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan kadar eotaxin, IL-12p40 dan EGF, interleukin-6 (IL-6), C-reactive protein (CRP) dan hipertensi, serta perbedaan klinis pada pasien COVID-19, dengan sesak napas/dispnea lebih cenderung berkembang menjadi penyakit kritis atau bahkan kematian, sedangkan pasien demam lebih baik.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keparahan COVID-19 terhadap kejadian badai sitokin berdasarkan profil parameter badai sitokin di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dan mengetahui pola pengobatan penggunaan badai sitokin pada COVID-19.

Metode: Metode: Penelitian dilakukan dengan metode observasi kohort retrospektif dengan membagi sampel menjadi 2 kelompok yaitu 75 pasien COVID-19 rawat inap dengan gejala sedang dan 75 pasien COVID-19 rawat inap dengan gejala berat/kritis untuk mengetahui pengaruh keparahan COVID-19 terhadap kejadian badai sitokin. . Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta yang terkonfirmasi positif COVID-19 melalui pemeriksaan RT-PCR periode Januari hingga Oktober 2021. kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien COVID-19 dengan pemeriksaan RT-PCR positif, pasien berusia >18 tahun, dan pasien dengan rekam medis lengkap. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi kasus COVID-19 ringan menurut diagnosis dokter, pasien hamil dan menyusui, pasien dengan riwayat penyakit autoimun, pasien yang mendapat pengobatan imunosupresif dan sembuh sebelum masuk rumah sakit. Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah data sekunder berupa lembar pendataan dengan analisis kejadian badai sitokin meliputi status kadar IL-6 (? 40 pg/mL), limfosit (<1000>1000 ng/mL), LDH (>300 IU/L), ferritin (>500ng/mL), CRP (>100 mg/L) beserta parameternya yang menandai terjadinya kegagalan multi organ seperti BUN, kreatinin, albumin, SGOT dan SGPT. Studi ini juga menganalisis penggunaan terapi yang dapat mencegah atau mengurangi badai sitokin antara COVID-19 berat/kritis dan COVID-19 sedang.

Hasil: Pada penelitian ini terdapat perbedaan yang bermakna kejadian badai sitokin antara COVID-19 berat/kritis dan COVID-19 derajat sedang berdasarkan pemeriksaan laboratorium abnormal seperti (1) limfositopenia (jumlah limfosit < 1 p-Value =0. RR =1,913>1000 ng/mL) dengan p-Value =0,005 dan RR =2,000 (1,20-3,32); (3) LDH tinggi (>300 IU/L) dengan p-Value = 0,000 dan RR = 1,529 (1,26-1,86); (4) CRP tinggi (>100 mg/L) dengan p-Value = 0,000 dan RR = 2,514 (1,69-3,73); (5) IL-6 tinggi (>40 pg/mL) dengan ; (6) BUN tinggi (>20 mg/dL) dengan p-Value = 0.000 dan RR = 12.048 (1.36-3.09); (7) Kreatinin tinggi (>1,2 mg/dL) dengan p-Value = 0,013 dan RR = 1,875 (1,12-3,14); (8) Albumin rendah (< 3 xss=removed xss=removed>

Pada penelitian ini juga terdapat perbedaan bermakna (p-Value = 0,001) terkait penggunaan deksametason pada COVID-19 berat/kritis lebih banyak 1,302 kali dengan 95% CI 1,11-1,53 dibandingkan pada pasien COVID-19 sedang. Sedangkan penggunaan metilprednisolon tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok.

Penggunaan deksametason pada COVID-19 secara signifikan menurunkan nilai rata-rata IL-6 dan BUN laboratorium dibandingkan dengan pasien yang tidak menggunakan deksametason.

Kesimpulan: Beberapa nilai laboratorium abnormal yang dapat digunakan sebagai penanda Persentase kejadian badai sitokin yang terjadi pada COVID-19 berat/kritis dibandingkan dengan COVID-19 sedang, berdasarkan biomarker badai sitokin seperti (1) kelainan limfosit (<1>1000 ng/mL) pada derajat berat/kritis adalah 43%, sedangkan derajat sedang adalah 21%, (3) kelainan LDH (>300 IU/L) pada derajat berat/kritis adalah 96%, sedangkan derajat sedang adalah 63%, (4) kelainan CRP (>100 mg/L) pada derajat berat/kritis adalah 77%, sedangkan derajat sedang adalah 31%, (5) kelainan IL6 (>40 pg/mL) pada derajat berat/kritis adalah 68% , sedangkan derajat sedang adalah 35%. Pola pengobatan yang digunakan pada pasien COVID-19 untuk mencegah atau mengurangi kejadian badai sitokin di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta adalah dexamethasone dan methylprednisolone. Penggunaan deksametason pada COVID-19 secara signifikan menurunkan nilai rata-rata IL-6 dan BUN laboratorium dibandingkan dengan pasien yang tidak menggunakan deksametason

Background: In COVID-19 patients with severe symptoms, there is an increase in the irregular release of cytokines. This irregular release of cytokines is referred to as a cytokine storm. Cytokine storms cause excessive inflammatory and immune responses, particularly in the lungs, leading to acute respiratory distress syndrome (ARDS), pulmonary oedema and multi-organ failure. The cytokine abnormalities that occur will vary with the severity of COVID-19 disease. This is evidenced by differences in eotaxin, IL-12p40 and EGF levels, interleukin-6 (IL-6), C-reactive protein (CRP) and hypertension, as well as clinical differences in COVID-19 patients, with shortness of breath/dyspnoea being more likely to progress to critical illness or even death, whereas patients with fever do better.

 

Objectives: The aim of this study is to analyse the effect of COVID-19 severity on the incidence  of cytokine storm based on the parameter profile of cytokine storms at the Dr Sardjito General Hospital Yogyakarta and to know treatment patterns of cytokine storm use in COVID-19.

 

Methods: Methods: The study was conducted using the retrospective cohort observation method by dividing the sample into 2 groups, namely 75 hospitalized COVID-19 patients with moderate symptoms and 75 hospitalized COVID-19 patients with severe/critical symptoms to determine the effect of COVID-19 severity on the incidence of cytokine storms. . The population in this study were inpatients at Dr. Sardjito General Hospital Yogyakarta who were confirmed positive for COVID-19 by RT-PCR examination from January to October 2021. inclusion criteria in this study were COVID-19 patients with positive RT-PCR examination, patients aged > 18 years, and patients with complete medical records. Exclusion criteria in this study include mild cases of COVID-19 according to physician's diagnosis, pregnant and lactating patients, patients with a history of autoimmune diseases, patients who received immunosuppressive treatment and recovered before entering the hospital. The research instrument that will be used is secondary data in the form of data collection sheets with analysis of the incidence of cytokine storms including the status of IL-6 levels (? 40 pg/mL), lymphocytes (<1000>1000 ng/mL), LDH (>300 IU/L), ferritin (>500ng/mL), CRP (>100 mg/L) along with parameters that mark the occurrence of multi-organ failure such as BUN, creatinin, albumin, SGOT and SGPT. This study also analyzed the use of therapies that can prevent or reduce cytokine storms between severe/critical COVID-19 and moderate COVID-19.

 

Result: In this study, there was a significant difference in the incidence of cytokine storms between severe/critical COVID-19 and moderate degrees of COVID-19 based on abnormal laboratory tests such as (1) lymphocytopenia (lymphocyte count < 1 p-Value =0. RR =1.913>1000 ng/mL) with p-Value =0.005 and RR =2.000 (1.20-3.32); (3) high LDH (>300 IU/L) with p-Value = 0. 000 and RR = 1.529 (1.26-1.86); (4) high CRP (>100 mg/L) with p-Value = 0.000 and RR = 2.514 (1.69-3.73); (5) high IL-6 (>40 pg/mL) with ; (6) high BUN (>20 mg/dL) with p-Value = 0. 000 and RR = 12.048 (1.36-3.09); (7) High creatinine (> 1.2 mg/dL) with p-Value = 0.013 and RR = 1.875 (1.12-3.14); (8) Low albumin (< 3 xss=removed xss=removed>

 

In this study, there was also a significant difference (p-Value = 0.001) related to the use of dexamethasone in severe / critical COVID-19 more 1.302 times with 95% CI 1.11-1.53 than in moderate COVID-19 patients. Meanwhile, the use of methylprednisolone was not significantly different between the two groups.

 

The use of dexamethasone in COVID-19 significantly reduced the mean IL-6 and BUN laboratory values compared to patients who did not use dexamethasone.

 

Conclusion: Some abnormal laboratory values that can be used as a marker for the The percentage of cytokine storm events that occur in severe/critical COVID-19 compared to moderate COVID-19, based on the biomarkers of cytokine storm such as (1) lymphocyte abnormalities (<1 xss=removed>3/uL) in the severe/critical degree is 59%, while the moderate degree is 31%, (2) D-dimer abnormalities (>1000 ng/mL) in the severe/critical degree is 43%, while the moderate degree is 21%, (3) LDH abnormalities (>300 IU/L) in the severe/critical degree is 96%, while the moderate degree is 63%, (4) CRP abnormalities (>100 mg/L) in the severe/critical degree is 77%, while the moderate degree is 31%, (5) IL6 abnormalities (> 40 pg/mL) in the severe/critical degree is 68%, while moderate degree is 35%. The pattern of treatment used in COVID-19 patients to prevent or reduce the incidence of cytokine storms at Dr Sardjito General Hospital Yogyakarta are dexamethasone and methylprednisolone. The use of dexamethasone in COVID-19 significantly reduced the mean IL-6 and BUN laboratory values compared to patients who did not use dexamethasone

Kata Kunci : COVID-19, Cytokine storm, Hospitalised patients