Petungan Jawa dalam Ritual Masyarakat Gemblakan Atas, Kelurahan Suryatmajan, Yogyakarta
Sayyidati Niswa Aklila, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra M.A., M.Phil.
2023 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYA
Setiap manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam kandungan sampai meninggal dunia, orang Jawa tidak lepas dengan slametan yang penting untuk dihitung sebagai penentu hari baik dan buruk. Berdampingan dengan semesta dan penciptanya menciptakan hubungan timbal balik dengan ritual sepanjang hidup. Orang-orang Jawa menyakini ilmu titen yakni di mana segala yang terjadi dalam hidup sudah terpolakan sedari dulu. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana masyarakat Gemblakan Atas, Suryatmajan, Yogyakarta menetukan waktu dengan petungan Jawa.
Penelitian berlokasi di Gemblakan Atas yang merupakan kampung di bantaran Sungai Code yang dekat dengan Keraton Yogyakarta. Berlangsung selama hampir tujuh bulan dari Bulan Juni 2022 hingga Bulan Desember 2022, saya mengamati dan berbincang dengan 12 informan yang sebagian kecil bisa menghitung dan sebagian besar lainnya mengandalkan ahli hitung dari tempat lain dan primbon.
Memiliki sejarah yang panjang, Gemblakan Atas mengalami perubahan budaya. Budaya adalah sesuatu yang dinamis, berubah seiring berjalannya waktu. Perubahan budaya di Gemblakan Atas menghasilkan narasi yang cukup menarik mengenai daur hidup manusia dengan pengamatan melalui penggunaan petungan Jawa yang dikonsepkan sebagai penentu waktu. Bertemu dengan 12 narasumber, untuk menemukan makna petungan Jawa dan pola tersendiri atas keyakinan tentang petungan Jawa yakni tetap meyakini petungan Jawa, berada di tengah-tengah antara yakin dan tidak, dan tidak meyakini sama sekali.
Every human being has needs and desires to fulfill their needs. From the womb until they die, the Javanese cannot escape slametan as a determinant of good and bad days. Side by side by the universe and its creator creates a reciprocal relationship with rituals throughout life. Javanese believe in the science of titen, namely where everything that happens in life is predetermined from a long time ago. This study aims to describe how the Gemblakan Atas community, in Suryatmajan, Yogyakarta determines the time with Javanese petungan.
The research is located in Gemblakan Atas which is a village on the banks of Code River, close to the Yogyakarta Palace. This research conduct for almost seven months from June to December with 12 informants, where few of them mastering the arts of petung counting while the others rely on arithmetic experts from the another area and primbon book.
Having a long history, Gemblakan Atas underwent cultural changes. Culture is something dynamic, changing over time. Cultural change in Gemblakan Atas produces quite an interesting narrative about the life cycle of humans with observation through the use of Javanese petungan which is conceptualized as a determinant of time. Met with 12 informants, to discover the meaning of Javanese petungan and the pattern of beliefs about Javanese petungan, namely continuing to believe in Javanese petungan, being in the midst of halfway of a believer or non-believer.
Kata Kunci : Petungan Jawa, ritual, daur hidup, perubahan budaya