Laporkan Masalah

Kearifan Sosio-Spasial Sebagai Landasan Konsensus Kapitalisasi dan Peanfaatan Ruang Kawasan Dikotomik Pasar Kembang, Yogyakarta

Matahari, Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D

2023 | Skripsi | PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

    Kota Yogyakarta sebagai kota wisata dan budaya selalu dipenuhi oleh wisatawan luar kota maupun mancanegara. Banyak ditemukan destinasi-destinasi wisata yang menarik perhatian wisatawan, baik dari wisata budaya, wisata alam, wisata rekreasi, dan lainnya. Kawasan wisata Malioboro dan sekitarnya merupakan destinasi wisata utama yang berada di pusat Kota Yogyakarta yang dipenuhi dengan perbelanjaan, pusat kuliner, ruang publik, hingga destinasi wisata di lokasi transaksi seksual. Salah satu kawasan yang selalu ramai dengan pengguna ruang dan wisatawan adalah Kawasan Pasar Kembang atau biasa disingkat menjadi Sarkem yang berada di sekitar Jalan Pasar Kembang. Kawasan ini terdiri dari dua kampung yang memberikan dua fungsi berbeda, Kampung Sosrowijayan Wetan sebagai kawasan wisata yang pada tahun 1980-an dinobatkan sebagai Kampung Internasional, serta Kampung Sosrowijayan Kulon sebagai kawasan transaksi seksual yang sudah ada sejak era kolonial Belanda.

    Kawasan Pasar Kembang merupakan kawasan yang berada di sekitar Jalan Pasar Kembang yang terdiri dari beberapa kampung. Terdapat dua arti dari nama Sarkem, yaitu nama Sarkem sebagai kawasan sekitar Jalan Pasar Kembang, dan label “Sarkem” sebagai lokasi dari kegiatan transaksi seksual yang sudah ada sejak era kolonial. Kedua kampung tetap eksis hingga saat ini melalui strategi, wawasan, dan nilai-nilai dalam mempertahankan dan mengembangkan kawasan pada aspek sosial serta spasial demi adanya regenerasi pengguna ruang. Penelitian dilakukan dengan induktif kualitatif dengan tujuan untuk mengeksplorasi kearifan sosio-spasial yang berada di Kawasan Pasar Kembang serta hubungannya dengan konsensus kapitalisasi dan pemanfaatan ruang kawasan oleh pengguna ruang baik dari pengunjung, pekerja pada industri pariwisata, warga kampung, hingga pekerja pada industri transaksi seksual. Fenomena tersebut didapat melalui analisis karakteristik kedua kampung sehingga memunculkan tema dikotomi kawasan dan konsensus sosial dan kapitalisasi Kawasan Pasar Kembang sebagai dasar dari konsensus sosial pengguna ruang. Sistem kapitalisme yang terdiri dari kebutuhan individu, adanya kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi, dan kebebasan dalam penentuan keputusan usaha, menjadi faktor munculnya konsensus kapitalisasi dan pemanfaatan ruang sebagai kearifan sosio-spasial Kawasan Pasar Kembang.

Kata kunci: Kearifan Sosio-Spasial, Pariwisata, Transaksi Seksual, Kawasan Pasar Kembang, Kapitalisasi, Pemanfaatan Ruang, Dikotomi

    The city of Yogyakarta as a tourism and cultural city is always filled with out-of-town and foreign tourists. Many tourist destinations are found that attract the attention of tourists, both from cultural tourism, nature tourism, recreational tourism, and others. The Malioboro tourist area and its surroundings are the main tourist destinations located in the center of Yogyakarta City which are filled with shopping, culinary centers, public spaces, to tourist destinations where sexual transactions occur. One of the areas that is always busy with space users and tourists is the Pasar Kembang area or commonly shortened to Sarkem which is located around Jalan Pasar Kembang. This area consists of two villages that provide two different functions, Kampung Sosrowijayan Wetan as a tourist area which in the 1980s was named the International Village, and Kampung Sosrowijayan Kulon as an area for sexual transactions that has existed since the Dutch colonial era.

    The Pasar Kembang area is an area around Jalan Pasar Kembang which consists of several villages. There are two meanings of the name Sarkem, namely the name Sarkem as the area around Jalan Pasar Kembang, and the label "Sarkem" as the location of sexual transaction activities that have existed since the colonial era. The two villages still exist today through strategies, insights, and values in maintaining and developing the area in terms of social and spatial aspects for the sake of regeneration of space users. The research was carried out in a qualitative inductive manner with the aim of exploring the socio-spatial wisdom in the Pasar Kembang area and its relationship with the consensus of capitalization and use of the area's space by visitors, workers in the tourism industry, villagers, to workers in the sexual transaction industry. This phenomenon is obtained through an analysis of the characteristics of the two villages so that the themes of regional dichotomy and social consensus and the capitalization of the Pasar Kembang area emerge as the basis for the social consensus of space users. The capitalist system, which consists of individual needs, the existence of freedom in carrying out economic activities, and freedom in making business decisions, is a factor in the emergence of a consensus on capitalization and the use of space as a socio-spatial wisdom in the Pasar Kembang area.

Keywords: Socio-Spatial Wisdom, Tourism, Sexual Transactions, Pasar Kembang, Capitalization, Utilization of Space, Dichotomy 

Kata Kunci : Kata kunci: Kearifan Sosio-Spasial, Pariwisata, Transaksi Seksual, Kawasan Pasar Kembang, Kapitalisasi, Pemanfaatan Ruang, Dikotomi

  1. S1-2023-446441-abstract.pdf  
  2. S1-2023-446441-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-446441-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-446441-title.pdf