Karakteristik Ekstrak Pewarna dan Kualitas Pewarnaannya Pada Kain Adat Sumba Dari Pewarna Akar Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Hasil Dari Beberapa Ekstraksi
Maleakhi Umbu Ngailu Dedi, Rini Pujiarti, S.Hut., M.Agr., Ph.D.
2023 | Skripsi | KEHUTANAN
Akar mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung turunan antrakuinon yaitu
morindon dan morindin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami merah dan kuning.
Pewarna alami memiliki kelemahan pada pewarnaannya dan daya tahan lunturnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi terhadap karakteristik
warna, lama perendaman terhadap nilai warna serta lama perendaman terhadap ketahanan
luntur warna yang dihasilkan.
Pewarna alami pada penelitian ini dibuat dari akar mengkudu yangdiekstraksi dengan
metode perebusan dengan aquades, maserasi dengan etanol 70?n 95%. Perbedaan faktor
ukuran dan metode ekstraksi menghasilkan 6 kombinasi sampel dengan 3 ulangan (6x3 = 18
sampel). Larutan pewarna kemudian diuji karakteristiknya meliputi : intensitas warna,
pengaruh suhu 30?C dan 100?C, dan keasaman/pH. Kain diwarnai dengan dengan metode
perendaman selama 1x24 jam dan 2x24 jam. Setelah diwarnai kain difiksasi menggunakan
tawas. Selanjutnya, kain tersebut diuji indeks warna dan ketahanan lunturnya, yang meliputi
ketahanan luntur warna terhadap keringat asam, ketahanan luntur warna terhadap
penyetrikaan kering, dan ketahanan luntur warna terhadap gosok kering.
Hasil penelitian menunjukan faktor ekstraksi berpengaruh terhadap pengujian
karakteristik warna. Nilai tertinggi pada karakteristik warna terdapat pada cara ekstraksi
perebusan menggunakan larutan aquades. Didapatkan hasil bahwa perebusan larutan
aquades sangat baik digunakan untuk pewarnaan kain adat sumba. Hasil karakteristik warna
: rata-rata nilai intensitas warna sebesar 0,225, pengaruh suhu 30?C dan 100?C sebesar 0,198
dan 0,176 dan rata-rata pH 7,35 (basa). Nilai warna yang dihasilkan untuk setiap ekstraksi
yang dilakukan dengan lama perendaman 1x24 jan dan 2x24 jam memiliki kelompok warna
yang berbeda yaitu Aragon, Tobacco Brown, Roebuck, Fired Brick, Sheepskin dan Old Rose.
Hasil yang diperoleh untuk ketahanan luntur warna kain terhadap keringat asam,
penyetrikaan kering dan gosokan cenderung baik dengan rata-rata grey scale dan staining
scale pada masing-masing pengujian sebesar 4 sampai 4-5 (baik).
Noni root (Morinda citrifolia L.) consists of anthraquinone derivatives, specifically morindon and morindin, which can be used as red and yellow natural dyes. Natural dyes mentioned previously are known for having notorious weakness in terms of its pigmentation and colorfast aspect. This study aims to determine the effect of diff erent extraction methods affects the characteristics of the color and the duration of soaking effects on the color value and its colorfasts aspects.
In this study, natural dyes were made from noni roots, which were extracted by boiling the roots using a combination of distilled water (aquades), maceration with both 70% and 95% ethanol. Due to differences in size factors and extraction methods used in these studies, the extraction process resulted in 6 sample combinations with 3 replications (6 x 3 = 18 samples). These samples, of which further will be referred as natural dye solution, were then tested to find out its characteristics such as color intensity, temperature fluctuations, of which 30?C and 100?C was picked as variable, and also acidity or pH level. Fabrics were then soaked to achieve its stain and then left for 24 hours up to 48 hours. Following the dyeing process is the fixation process, the fabric would be fixated using alum. Subsequently, the fabric then gets tested for color index and colorfast aspects such as reactions towards acid contained on sweats, dry ironing process, and dry rubbing process.
Hasil dari penelitian ini selanjutnya membuktikan bahwa faktor ekstraksi yang dipilih dalam ruang lingkup penelitian ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menilai karakteristik warna. Nilai karakteristik warna tertinggi pada lingkup pencelupan Kain Tradisional Sumba terdapat pada metode ekstraksi yang melibatkan perebusan kain dan air suling (aquades). Dari hal tersebut, metode ekstraksi yang disebutkan sebelumnya tidak dapat disangkal merupakan metode terbaik dari semua proses ekstraksi yang telah dilakukan dalam penelitian ini untuk pencelupan kain tradisional Sumba. Hasil karakteristik warna kemudian dapat dirinci ke dalam beberapa aspek, yang terdiri dari intensitas warna rata-rata senilai 0,225, pengaruh fluktuasi suhu antara 30?C dan 100?C yang menghasilkan nilai 0,198 dan 0,176, serta pH rata-rata senilai 7,35 (basa). Nilai warna yang dihasilkan dilakukan untuk setiap proses ekstraksi dilakukan (direndam dalam dye) dalam waktu 24 dan 48 jam menghasilkan berbagai kelompok warna yaitu Aragon, Tobacco Brown, Roebuck, Fired Brick, Sheepskin dan Old Rose. Berkenaan dengan hasil yang dikumpulkan dari ketahanan warna kain terhadap keringat asam, setrika kering dan gosokan cenderung baik, dengan rata-rata skala keabuan dan skala pewarnaan di setiap pengujian dibulatkan menjadi sekitar 4 hingga 4-5 (baik).
Kata Kunci : Pewarna alami, ekstraksi, indeks warna, ketahanan luntur