Evaluasi Program Pengendalian Malari Pada Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022
Muhammad Fadhil, dr. Elsa Herdiana, M.Kes, Ph.D; dr. Citra Indriani, MPH; Sugiarto, SKM, MPH
2023 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Latar Belakang: Penyebaran indigenous malaria di Kulon Progo belum pernah dilaporkan dalam tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2019-2021. Namun demikian pada bilan April tahun 2022 kasus pertama dilaporkan di Puskesmas Samigaluh 1 setelah kembali dari Kabupaten Purworejo. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi program pengendalian malaria yang meliputi evaluasi sistem surveilans, evaluasi program kelambunisasi dan identifikasi faktor risiko kejadian malaria pada saat terjadinya KLB malaria di Puskesmas Samigaluh 1.
Metode: Penelitian ini menggabungkan tiga sub-studi yaitu evaluasi surveilans, evaluasi program dan analitik. Evaluasi surveilans merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan data sekunder. Evaluasi program merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan melalui wawancara terstruktur pada informan. Studi analitik menggunakan desain case-control (1:1) untuk mengetahui faktor risiko kejadian malaria pada KLB malaria di Kecamatan Samigaluh.
Hasil: Evaluasi surveilans menunjukkan bahwa definisi kasus yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas tertinggi adalah gejala demam dan tinggal di wilayah KLB (59.6%, 86.7%). Hasil analisis timeliness menunjukkan adanya keterlambatan dengan waktu 9 hari sebelum penguatan pengendalian dilakukan dan membaik menjadi 4 hari setelah penguatan pengendalian dilakukan. Input dan proses pada kegiatan program kelambu seluruhnya dilakukan sesuai dengan pedoman distribusi kelambu dari Kementerian Kesehatan RI. Capaian kelambu sudah 100% di 4 wilayah fokus KLB dan 5 dusun lainnya dilakukan pemberian kelambu disekitar rumah penderita. Tidak ada variabel yang berhubungan secara statistik pada bivariat. Untuk multivariat variabel keberadaan penderita malaria di satu rumah yang berhubungan secara statistik dengan kejadian malaria (pvalue=0.04, CI=0.16-0.98).
Kesimpulan: Definisi kasus terbaik adalah demam dan tinggal di wilayah KLB. Terdapat keterlambatan pelaporan yang mempengaruhi timeliness surveilans. Seluruh kegiatan pendistribusian kelambu hingga monitoring kelambu dilakukan dengan lintas sektor dan program dan sesuai dengan pedoman yang ada. Keberadaan penderita malaria di satu rumah yang sama merupakan faktor risiko protektif pada kejadian malaria.
Background: Malaria transmission were not reported in 2019-2022 in Kulon Progo. But, the first cases were reported in Samigaluh District after visiting Purworejo Regency, Central Java with high malaria transmission. Control activities have been carried out until the last case was reported in July 2022. This research was conducted to evaluate the malaria control program, which included evaluation of the surveillance system, evaluation of the mosquito netting program and identification of risk factors for malaria during malaria outbreak at the Samigaluh District.
Methods: We used qualitative and quantitative approaches in this study. Surveillance evaluation is a quantitative descriptive study with secondary data. Program evaluation is a qualitative study conducted through structured interviews with informants. The analytical study used a case-control design (1:1) to determine the risk factors for malaria incidence in malaria outbreaks in Samigaluh District.
Results: The case definition that has the best sensitivity was fever + living in the outbreak area (59.6%). The results of the timeliness analysis were 9 days before and 4 days after the control was implemented. All input and process variables in mosquito netting activities were carried out in collaboration across programs and sectors, all activities were carried out in accordance with the guidelines for the distribution of mosquito nets by the Indonesian Ministry of Health. The achievement of mosquito nets was 100% in the 4 focus areas of the outbreak and in 5 other hamlets, mosquito nets were provided around the patient's house. There are no variables that are statistically related by bivariate analysis. For the multivariate variable, the presence of a malaria patient in the same house is statistically significant to the incidence of malaria (pvalue=0.04, CI=0.16-0.98)
Conclusions: The best case definition is fever + living in the outbreak area. There was a delay in timeliness report. All activities from distributing mosquito nets to monitoring mosquito nets were carried out across sectors and programs and in accordance with existing guidelines. The presence of a patient in the same house is a protective risk factor for the incidence of malaria.
Kata Kunci : Sensitivitas, Malaria, Kelambu, Faktor Risiko, KLB