Laporkan Masalah

Persepsi Nelayan di Pantai Baron Kabupaten Gunungkidul Terkait Kebijakan Penangkapan Benih Bening Lobster

Rahma Khoirunnisa, Suadi, S.Pi., M.Agr. Sc., Ph.D

2023 | Skripsi | MANAJ. SUMBER DAYA PERIKANAN

Lobster memiliki nilai ekonomi yang tinggi tidak hanya pada ukuran konsumsi, namun juga pada ukuran benih atau dikenal benih bening lobster (BBL). Kebijakan pengelolaan benih bening lobster di Indonesia sangat dinamis karena banyak mengalami perubahan atau revisi. Kehadiran kebijakan tersebut mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat terutama nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi nelayan mengenai penangkapan BBL, mengetahui persepsi nelayan terkait kebijakan penangkapan BBL, dan mengetahui faktor penyebab terbentuknya kesepakatan nelayan mengenai penangkapan BBL. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2023 di Pantai Baron, Gunungkidul. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dipadukan dengan analisis data kuantitatif. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode survey menggunakan kuesioner dengan pengambilan sampel secara random sampling sebanyak 47 orang. Penelitian survei dipadukan dengan focus group discussion dengan aktor kunci dalam penangkapan BBL. Responden terdiri dari anggota kelompok nelayan Pantai Baron yang masih aktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan di Pantai Baron cenderung dalam kategori Netral (N) terkait penangkapan BBL (tidak menerima atau tidak menolak) dan Setuju (S) dengan kebijakan penangkapan BBL. Terdapat kesepakatan untuk tidak melakukan penangkapan BBL di Pantai Baron. Beberapa faktor berikut menjadi alasan nelayan tidak melakukan penangkapan BBL: pertimbangan pada aspek sosial dan keberlanjutan SDI, implementasi kebijakan yang belum efektif, kurangnya tingkat pengetahuan nelayan mengenai kebijakan penangkapan BBL, dan latar belakang nelayan yang memiliki rasa kekeluargaan yang kuat.

Lobster has a high economic value not only in consumption size, but also in seed side or known as clear lobster seed (BBL). Regulation regarding the management of BBL in Indonesia are very dynamic because they undergo many changes and revisions. The regulation cause pros and cons among the community, especially fishermen. This study aims to determine the perception of fishermen regarding BBL fishing, to determine the perception of fishermen related to BBL fishing policies, and to determine the factors that cause the formation of fishermen’s agreements regarding BBL fishing. This research was conducted in February 2023 at Baron Beach, Gunungkidul. The research used descriptive qualitative methods, combining with quantitative data analysis. Data were collected using survey method by using questionnaire with random sampling, combined with focus group discussion with key actors in BBL fishing. The number of respondents was 47 people, consisting of members of the Baron Beach fishermen who are still active. The result showed that fishermen in Baron Beach tend to be in the Neutral (N) category regarding BBL fishing and Agree (S) with the BBL fishing policy. There is an agreement not to conduct BBL fishing in Baron Beach. The following factors are the reasons why fishermen do not fish for BBL: consideration of social aspects and SDI sustainability, policy implementation that has not been effective, lack of fishermen’s knowledge about the BBL fishing policy, and the background of fishermen who have a strong sense of kinship.

Kata Kunci : benih bening lobster, kebijakan, nelayan, Pantai Baron, persepsi, Baron Beach, fishermen, lobster clear seed, perception, policy

  1. S1-2023-442747-abstract.pdf  
  2. S1-2023-442747-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-442747-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-442747-title.pdf