Fanatisme dan agresivitas verbal oleh kelompok supporter sepak bola PSS Sleman
Zain Apta Andhika F, Dr. Hempri Suyatna, S.Sos., M.Si. ; Kafa Abdallah Kafiaa, S.Sos., M.A. ; Maygsi Aldian Suwandi, S.Sos., M.A.
2023 | Skripsi | ILMU SOSIATRI
Sepak bola merupakan olahraga kompetitif yang dipengaruhi oleh faktor teknis dan non-teknis. Selain sebagai olahraga fisik yang membutuhkan kekuatan dan kebugaran, bermain sepak bola juga melibatkan strategi. Sebuah klub sepak bola membutuhkan pemimpin yang dapat melaksanakan strategi secara efektif, baik di dalam maupun di luar lapangan. Soeratin, sebagai seorang pemuda yang mencintai sepak bola, memahami betul hal-hal yang perlu diterapkan dalam permainan ini. Manajemen PSSI juga memiliki peran penting dalam memimpin di tingkat daerah di seluruh Indonesia, sehingga sepak bola semakin menjadi olahraga nasional. Bagi masyarakat, sepak bola takkan terasa lengkap tanpa kehadiran suporter, karena pertandingan sepak bola sendiri adalah momen olahraga selama 90 menit yang penuh dengan adrenalin.
Untuk memudahkan proses analisis data, peneliti menggunakan teori Fanatisme yang dikemukakan oleh Durning. Fanatisme dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sebuah bentuk kebudayaan baru yang menghasilkan simbolisasi nilai-nilai, kekuasaan, maskulinitas, konflik, dan bahkan politik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Teknik observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan studi kepustakaan digunakan dalam proses pengumpulan data. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Informan utama ditentukan berdasarkan kriteria tertentu, dan informan tersebut memberikan rekomendasi mengenai informan selanjutnya yang juga memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dalam penelitian ini, berhasil dikumpulkan data dari 15 orang informan, yang terdiri dari tiga anggota Slemania, sebelas anggota Brigata Curva Sud, dan satu anggota manajemen. Untuk memastikan keabsahan data, peneliti melakukan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bentuk-bentuk agresivitas verbal dan fanatisme yang dilakukan oleh suporter PSS Sleman yaitu Brigata Curva Sud dan Slemania merupakan bentuk kecintaan dan kebanggan dari kelompok suporter. Kondisi fanatisme yang ada di suporter PSS Sleman merupakan sebuah faktor besar terjadinya agresivitas yang ada di tubuh supporter karena dalam penjelasan dari narasumber penelitian ini menjelaskan bahwa sebuah fanatisme yang terjadi mempengaruhi terjadinya agresivitas verbal maupun fisik, bahkan sebuah fanatisme menjadi sebab utama terjadinya sebuah gerakan yang ada di tubuh supporter untuk memberikan bentuk kritik terhadap klub PSS Sleman.
Football, as a competitive sport, is influenced by both technical and non-technical factors. It is a game where players use their feet to kick the ball and aim to score by putting it into the opponent's goal while defending their own. Football is a physical sport that requires strength and fitness for optimal performance. It not only demands a healthy body but also strategic thinking. A football club requires a leader who can execute strategies both on and off the field. Soeratin Sosrosoegondo, a civil engineer, founded the Football Association of Indonesia (PSSI) in 1928 after returning from Europe. Being an avid football player, Soeratin was fully aware of the decisions made during the Indonesian Youth Pledge on October 28, 1928. The management of PSSI has extended its reach to regional levels across Indonesia, making football a sport embraced by the people. Football without supporters feels incomplete, as supporters play a crucial role in the sport. The term "supporters" refers to groups or individuals who wholeheartedly support and defend a cause. Various forms of support displayed by these supporters during sports matches are captivating to observe.
To facilitate the data analysis process, this study employs Durning's theory of fanaticism. Fanaticism is defined as a contemporary cultural phenomenon that symbolizes values, power, masculinity, conflict, and even politics. The research adopts a qualitative approach with a descriptive design to gather the necessary data. The methods used include observation, in-depth interviews, documentation, and literature review. The selection of informants employs purposive sampling and snowball sampling techniques. The study identifies primary informants based on specific criteria, and these informants provide recommendations for additional informants who meet the criteria. In total, the study successfully gathered data from 15 informants, consisting of three members from Slemania, eleven members from Brigata Curva Sud, and one from the management team. Data validity is ensured through source triangulation and technique triangulation.
The findings of this research reveal that the verbal aggressiveness and fanaticism displayed by PSS Sleman supporters, namely Brigata Curva Sud and Slemania, stem from their love and pride for their supporter groups. The presence of fanaticism among PSS Sleman supporters significantly contributes to the occurrence of aggressiveness within the supporter community. The study explains that fanaticism not only influences the occurrence of verbal and physical aggressiveness but also serves as the driving force behind the supporters' collective movement to provide constructive criticism to the PSS Sleman club.
Kata Kunci : Fanatisme, Agresivitas Verbal, Suporter, PSS Sleman