Laporkan Masalah

Gerakan Perempuan: Studi Kasus Kelompok Perempuan Mandiri Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta

Dina Herdiana, Dr. Amalinda Savirani, S.I.P., M.A.

2023 | Skripsi | ILMU PEMERINTAHAN

Penelitian ini menjelaskan tentang perjalanan Kelompok Perempuan Mandiri yang berasal dari perempuan akar rumput Desa Wonolelo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul sebagai penyintas bencana Gempa 2006. Latar belakang penelitian ini yaitu menjelaskan proses kesadaran ketidakadilan gender oleh perempuan akar rumput menjadi suatu aksi yang ditunjukkan dengan inisiatif berkelompok menjadi gerakan perempuan akar rumput penyintas bencana. Kesadaran perempuan yang mendorong perempuan berkelompok menjadi upaya kedaulatan diri perempuan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk akses dan kontrol dalam ruang publik sehingga menjadi sebuah kemandirian ekonomi. Proses tersebut tidak terlepas dari peran SP Kinasih sebagai organisasi yang berideologi feminis mempengaruhi gerakan Kelompok Perempuan Mandiri. Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah ‘Bagaimana gerakan perempuan Kelompok Perempuan Mandiri (KPM) Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul, DIY pasca gempa?’.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi pustaka, serta dilengkapi dokumen sekunder pendukung lainnya. Data yang sudah terkumpul direduksi, kemudian disajikan informasinya dalam bentuk deskripsi dan analisis. Analisis dilakukan dengan teori Female Consciousness and Collective Action yang menjelaskan eratnya kaitan antara kesadaran kritis perempuan dengan aksi kolektif perempuan. Kesimpulan penelitian ini menjelaskan bahwa adanya peran SP Kinasih dalam penguatan kapasitas dan advokasi pasca gempa mendorong kesadaran kritis perempuan akar rumput dalam konteks pasca gempa terhadap lingkungannya (atas ketidakadilan gender), sehingga ada inisiatif aksi kolektif perempuan akar rumput penyintas bencana melalui sebuah kelompok perempuan bernama ‘Kelompok Perempuan Mandiri’ (KPM). Kelompok Perempuan Mandiri diharapkan mampu menjadi wadah berorganisasi yang dalam perjalanan gerakannya menghasilkan kemandirian ekonomi perempuan melalui sebuah koperasi bernama ‘Koperasi Mandiri’.

Pengalaman berorganisasi perempuan akar rumput penyintas bencana dalam aksi kolektif menumbuhkan semangat berpartisipasi aktif pada ruang publik, sehingga dapat dikatakan organisasi mendorong perempuan kritis terhadap lingkungannya dan melahirkan kepemimpinan dalam masyarakat baik pada organisasi masyarakat di Yogyakarta maupun lembaga pemerintahan desa. Pada perjalanannya, aksi kolektif perempuan akar rumput penyintas bencana juga mengalami dinamika dan tantangan eksternal maupun internal perempuan akar rumput penyintas bencana itu sendiri. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi catatan tersendiri dalam tulisan ini.

This study describes the journey of the Independent Women's Group which came from grassroots women in Wonolelo Village, Pleret District, Bantul Regency as survivors of the 2006 Earthquake. The background of this research is to explain the process of awareness of gender injustice by grassroots women into an action shown by group initiatives becoming a movement grassroots women disaster survivors. Women's awareness that encourages women to group together is an effort for women's self-sovereignty to use knowledge, skills, and experience for access and control in public spaces so that it becomes an economic independence. This process is inseparable from the role of SP Kinasih as an organization with a feminist ideology influencing the Independent Women's Group movement.

This study uses a qualitative method with a case study approach. Data collection was carried out through interviews, literature study, as well as other supporting secondary documents. The data that has been collected is reduced, then the information is presented in the form of a description and analysis. The analysis was carried out using the theory of Female Consciousness and Collective Action which explains the close relationship between women's critical awareness and women's collective action. The conclusion of this study explains that the role of 'SP Kinasih' in capacity building and post-earthquake advocacy encourages grassroots women's critical awareness in the post-earthquake context of their environment (on gender inequality), so that there is a grassroots women's collective action initiative for disaster survivors through a women's group called 'Kelompok Perempuan Mandiri' (KPM). The Independent Women's Group is expected to be able to become an organizational forum which in the course of its movement produces women's economic independence through a cooperative called 'Koperasi Mandiri'.

The experience of organizing grassroots women who are disaster survivors in collective action fosters a spirit of active participation in public space, so that it can be said that the organization encourages women to be critical of their environment and creates leadership in society, both in community organizations in Yogyakarta and village government institutions. In its journey, the grassroots women's collective action of disaster survivors also experiences external and internal dynamics and challenges of grassroots women disaster survivors themselves. Therefore, this is a separate note in this paper.

Kata Kunci : Kemandirian Ekonomi, Gerakan Perempuan, Perempuan Pemimpin

  1. S1-2023-399409-abstract.pdf  
  2. S1-2023-399409-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-399409-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-399409-title.pdf