Resiliensi Komunitas Wisata Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Di Kampung Wisata Rejowinangun Yogyakarta

Safira Asyila, Runavia Mulyasari, S.Ant., M.A.

2023 | Skripsi | PARIWISATA

Kampung Wisata Rejowinangun merupakan destinasi wisata di Yogyakarta yang terdampak akibat pandemi Covid-19. Kampung Wisata Rejowinangun memiliki daya tarik wisata unik berupa pengklasifikasian potensi wisata ke dalam 5 klaster, Klaster Budaya, Klaster Kerajinan, Klaster Herbal, Klaster Kuliner, dan Klaster Agro yang tersusun dari komunitas wisata sebagai pelaku wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses resiliensi komunitas wisata ketika pandemi Covid-19 serta komunitas apa saja yang mencapai tahap resiliensi di Kampung Wisata Rejowinangun. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Proses pengumpulan data menggunakan metode wawancara semi-terstruktur, observasi lapangan, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh komunitas wisata adalah dampak ekonomi dan sosial. Upaya yang dilakukan oleh komunitas wisata untuk mencapai resiliensi ketika pandemi Covid- 19 adalah dengan melakukan digitalisasi, kepatuhan pada protokol kesehatan, dan peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan. Berdasarkan teori Scale, Change, and Resilience milik Lew (2013) yang digunakan penulis untuk menganalisis temuan menunjukkan bahwa tingkat perubahan dan kondisi resiliensi komunitas wisata di Kampung Wisata Rejowinangun berada pada tipe 4, yaitu perubahan terjadi secara cepat kurang dari satu tahun dengan skala perubahan melingkupi keseluruhan komunitas. Hasil menunjukkan bahwa dua komunitas wisata, yaitu Komunitas Pengrajin Kulit dan KWT Aisyiah berada pada tingkat adaptasi karena tidak melanjutkan upaya digitalisasi sebagai bentuk transformasi, sedangkan lima komunitas lainnya, yaitu Pokdarwis, Sanggar Argodumilah, Kelompok J’Ger, Kelompok Kuliner, dan KWT Shinta Mina mencapai tingkat resiliensi karena adanya transformasi ke bentuk baru yang lebih baik dari sebelum kehadiran pandemi Covid-19.

Rejowinangun Tourism Village is a tourist destination which has been affected by the Covid-19 pandemic. Rejowinangun tourism village is located in Kotagede District, Yogyakarta City which has an unique tourist attraction in the form of classifying tourism potential into 5 clusters including the Cultural Cluster, Craft Cluster, Herbal Cluster, Culinary Cluster, and Agro Cluster which is composed of the tourism community as the tourism actors. This research aims to identify the resilience efforts of the tourism community during the Covid-19 pandemic and which communities reach the resilience level in Rejowinangun Tourism Village. This research is a qualitative research with the case study approach. The data collection process used semi-structured interviews, field observations, and literature study. The results of the study show that the impact of the Covid-19 pandemic felt by the tourism community are economic and social dimension. The tourism community efforts to achieve resilience during the Covid- 19 pandemic are digitalization, compliance with health protocols, and increasing human resource capacity through training. Based on the Scale, Change, and Resilience theory by Lew (2013) which used by researchers to analyze the findings, it shows that the level of change and the resilience condition of the tourism community in Rejowinangun Tourism Village is included in Type 4, namely change occurs quickly in less than one year with the scale of change encompassing the entire community. The results show that two tourism communities namely Leather Craftsmen Community and KWT Aisyiah are at the adaptation level because do not continue digitalization efforts as a form of transformation, while the other five communities namely Pokdarwis, Sanggar Argodumilah, J’Ger Community, Culinary Community, and KWT Shinta Mina achieve resilience level due to the transformation into a new form that is better than before the presence of Covid-19 pandemic.

Kata Kunci : Resiliensi komunitas wisata, pandemi Covid-19, Kampung Wisata Rejowinangun