PERUNDUNGAN DAN PERILAKU SEDENTARY SEBAGAI COEXISTING CONDITIONS TERHADAP GEJALA DEPRESI PADA REMAJA DI INDONESIA: ANALISIS DATA GSHS INDONESIA
Ayi Wijayanti, Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D.; dr. Bagas Suryo Bintoro, Ph.D.
2023 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK
Latar Belakang: Tingginya kasus perundungan dan perilaku sedentary dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya gejala depresi remaja. Perilaku sedentary dimungkinkan menjadi kondisi yang menyertai perundungan dan dapat meningkatkan gejala depresi remaja. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara perundungan dan perilaku sedentary sebagai coexisting condition dengan gejala depresi remaja Indonesia.
Metode: Rancangan penelitian menggunakan cross-sectional study dengan data survei GSHS Indonesia. Sampel berjumlah 9.755 orang dengan responden remaja berusia 12-18 tahun yang merupakan responden GSHS. Variabel penelitian terdiri dari: dirundung, berperilaku sedentary, dirundung disertai berperilaku sedentary (variabel bebas), gejala depresi (variabel terikat), kelompok usia, jenis kelamin, kerawanan pangan, kegemukan, konsumsi buah, konsumsi sayur, konsumsi minuman berkarbonasi, konsumsi makanan cepat saji, perilaku berisiko, dan dukungan sosial (variabel perancu). Hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan mempertimbangkan variabel perancu diukur melalui analisis regresi logistik.
Hasil: Seseorang yang dirundung berpeluang 2,33 kali lebih tinggi untuk mengalami gejala depresi dibandingkan dengan orang yang tidak dirundung (95%CI=2,03-2,66). Perilaku sedentary berfrekuensi lebih dari 2 jam sehari juga berpeluang meningkatkan 1,34 kali lebih tinggi untuk mengalami gejala depresi dibandingkan dengan seseorang yang berperilaku sedentary kurang dari sama dengan 2 jam sehari (95%CI=1,18-1,54). Peluang lebih tinggi untuk mengalami gejala depresi terjadi ketika kejadian dirundung yang dialami seseorang disertai dengan berperilaku sedentary berfrekuensi lebih dari 2 jam sehari (aOR=3,22; 95%CI=2,61-3,97).
Kesimpulan: Perundungan yang dialami remaja dapat disertai perilaku sedentary dan berpeluang lebih meningkatkan gejala depresi. Diperlukan langkah strategi terkait pencegahan gejala depresi, perundungan dan perilaku sedentary pada remaja.
Kata kunci: gejala depresi, perundungan, sedentary, remaja, kesehatan mental
ABSTRACT
Background: High bullying and sedentary behavior cases can be risk factors for adolescent depressive symptoms. Sedentary behavior may be a condition that accompanies bullying and can increase adolescent depressive symptoms. This study aims to analyze the relationship between bullying and sedentary behavior as a condition that coexists with depressive symptoms in Indonesian adolescents.
Methods: The research design uses a cross-sectional study with GSHS Indonesia survey data. The sample numbered 9,755 people with adolescent respondents aged 12-18 years who were GSHS respondents. The research variables consisted of being bullied, sedentary behavior, being bullied with sedentary behavior (independent variable), depressive symptoms (dependent variable), age group, sex, food insecurity, obesity, consumption of fruit, consumption of vegetables, consumption of carbonated drinks, consumption of fast food, risk behavior, and social support (confounding variables). The relationship between the independent and dependent variables, considering the confounding variables, was measured through logistic regression analysis.
Results: Someone who experiences bullying is 2.33 times more likely to experience depressive symptoms than someone who is not bullied (95%CI=2.03-2.66). Sedentary behavior with a frequency of over 2 hours a day is also depressed, increasing 1.34 times higher for experiencing depressive symptoms compared to someone who is sedentary behavior last than equal to 2 hours a day (95% CI= 1.18-1.54). A higher chance of experiencing depression will occur when the bullying experienced by a person is accompanied by behavior with a persistent frequency of over 2 hours a day (aOR=3.22; 95% CI=2.61-3.97).
Conclusion: Bullying experienced by adolescents can be accompanied by sedentary and depressed behavior, which further increases depressive symptoms. Strategic steps are needed to prevent depressive symptoms, bullying and sedentary behavior in adolescents.
Keywords: depressive symptoms, bullying, sedentary, adolescents, mental health
Kata Kunci : gejala depresi, perundungan, sedentary, remaja, kesehatan mental