Laporkan Masalah

POLA KONTRIBUSI PEKERJA MIGRAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Pekerja Migran Toko Kelontong Madura)

JEKI, Dr. Krisdyatmiko, S.Sos., M.Si. ; Danang Arif Darmawan, S.Sos., M.Si.

2023 | Tesis | S2 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Migrasi desa kota merupakan salah satu fenomena sosial yang dilatarbelakangi berbagai faktor, dan terjadi di banyak daerah. Aktivitas migrasi juga merupakan bagian dari proses sosial masyarakat pedesaan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Masyarakat desa yang bermigrasi ke kota lebih banyak mengisi pekerjaan-pekerjaan informal, yang sering kali memiliki kekhasan berdasarkan daerahnya. Masyarakat Sumenep yang bermigrasi ke kota memilih untuk merintis usaha toko kelontong dan mempekerjakan orang lain dari daerah yang sama. Toko kelontong yang bentuknya kecil ternyata mampu meningkatkan ekonomi pekerjanya dengan waktu yang relatif singkat. Kesuksesan pekerja migran toko kelontong ini telah menarik lebih banyak lagi masyarakat Sumenep untuk bermigrasi ke berbagai kota. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pola kontribusi migrasi desa-kota dalam pengentasan kemiskinan dengan memilih lokasi di Desa Gapurana sebagai salah satu desa dengan jumlah migran terbanyak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang yang terdiri dari pemerintah desa dan pelaku migrasi.

Hasil studi menunjukkan bahwa pekerja migran toko kelontong berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi secara bersamaan. Hanya saja, ketersediaan lapangan kerja tersebut berada di kota, sehingga untuk mengakses pekerjaan tersebut juga harus bermigrasi. Ekonomi pekerja toko kelontong dapat meningkat dengan cepat karena sistem upah yang menggunakan prinsip keadilan ekonomi yang mewujud dalam sistem bagi hasil fifty-fifty dari keuntungan bersih. Selain itu, pekerja tidak memiliki ikatan kerja permanen dengan pemilik toko kelontong. Hal ini memungkinkan pekerja untuk naik kelas menjadi pemilik toko kelontong yang dijaga sendiri dan selanjutnya dapat mempekerjakan orang lain. Sedangkan di desa belum tampak adanya perkembangan yang signifikan, baik aktivitas ekonomi, peningkatan pendidikan, maupun pengelolaan remitansi yang baik dan produktif. Kondisi ini menjadikan masyarakat desa masih memiliki ketergantungan yang kuat terhadap aktivitas migrasi.

Rural-to-urban migration is a social phenomenon that has a background of various factors and occurs in many areas. Migration activities are also part of the social process of rural communities to increase income and welfare. Rural people who migrate to cities tend to fill informal jobs, which often have specificities based on their region. Sumenep people who migrated to the city chose to start a toko kelontong business and hire other people from the same area. A small toko kelontong is actually able to increase the economy of its workers in a relatively short time. The success of these toko kelontong migrant workers has attracted more Sumenep people to migrate to various cities. This study aims to examine the pattern of contribution of rural-urban migration to poverty alleviation by selecting a location in Gapurana Village as one of the villages with the highest number of migrants. This study uses a qualitative approach. Data collection was carried out by means of in-depth interviews, observation, and documentation. Informants in this study were 9 people consisting of village government and migration actors.

The results of the study show that toko kelontong migrant workers contributes to poverty alleviation by simultaneously providing employment and improving the economy. It's just that the availability of these jobs is in the city, so to access these jobs they also have to migrate. The economy of toko kelontong workers can improve rapidly because of a wage system that uses the principle of economic justice which manifests itself in a system of fifty-fifty profit sharing of net profits. In addition, the workers do not have a permanent employment bond with the toko kelontong owner. This allowed workers to move up the ranks to become self-managed toko kelontong owners and then be able to employ others. Meanwhile, in the village there has not been any significant development, either in terms of economic activity, increased education, or good and productive management of remittances. This condition makes rural communities still have a strong dependence on migration activities.

Kata Kunci : Migrasi, Toko Kelontong, Kemiskinan

  1. S2-2023-466932-abstract.pdf  
  2. S2-2023-466932-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-466932-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-466932-title.pdf