Laporkan Masalah

Kejadian Methicilin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) Pada Santri Dengan Pioderma Primer Dan Pioderma Sekunder Di Pondok Pesantren Daerah Istimewa

Dyahlokita S, dr. Sri Awalia Febriana, M.Kes, Ph.D, Sp.KK(K).; Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono, Sp.KK(K)

2023 | Tesis | S2 Kedokteran Klinik

Latar belakang: Pioderma merupakan infeksi kulit disertai dengan pembentukan pus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes. Bertambahnya infeksi yang disebabkan Staphylococcus aureus memungkinkan terjadinya peningkatan kejadian MRSA (Methicilin-Resistant Staphylococcus Aureus). Methicilin-Resistant Staphylococcus Aureus merupakan strain dari Staphylococcus Aureus yang resisten terhadap antibiotik golongan beta-lactam. Pioderma banyak terjadi pada komunitas yang padat, seperti pada panti asuhan dan pondok pesantren. Tujuan: Mengetahui kejadian MRSA dan perbedaannya pada santri dengan pioderma primer dan pioderma sekunder di Pondok Pesantren Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode: Penelitian ini dilakukan di  Pondok Pesantren Al-Munawwir  dan Mualimin, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong lintang. Kriteria inklusi kasus adalah semua santri wanita dan pria berusia 6-18 tahun, yang didiagnosis pioderma baik primer maupun sekunder dan bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani formulir persetujuan. Diagnosis pioderma dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan bakteriologis, yaitu pemeriksaan Gram serta  kultur  identifikasi bakteri pada lesi  kulit. Hasil pemeriksaan kultur  yang menunjukkan bakteri Staphylococcus aureus dilanjutkan pemeriksaan MRSA. Hasil: Penelitian ini didapatkan 42 subjek dengan pioderma yang terdiri dari 21 orang dengan pioderma primer  dan 21 orang dengan pioderma sekunder. Jenis penyakit yang ditemukan pada pioderma primer adalah ektima, 18 kasus (85,7%) dan impetigo, 3 kasus (14,3%). Jenis penyakit yang mendasari pioderma sekunder adalah skabies. Mayoritas pertumbuhan bakteri pada kelompok pioderma primer dan pioderma sekunder adalah Streptococcus pyogenes, masing-masing 58,1?n 50,0%. Pertumbuhan bakteri terbanyak berikutnya adalah Staphylococcus aureus, pada pioderma primer 41,9?n pioderma sekunder 42,8%. Hasil kultur didapatkan satu kasus MRSA dari 25 bakteri Staphylococcus aureus dari piodermaprimer dan pioderma sekunder sehingga kejadiannya adalah 4,0%. Kesimpulan: Hasil studi ini ditemukan satu kasus MRSA dari 25 pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sehingga kejadiannya adalah 4,0%. Kejadian MRSA ditemukan satu kasus pada pioderma sekunder dan tidak ditemukan kasus MRSA pada pioderma primer.

Background: Pyoderma is a skin infection  accompanied  by pus formation  which is caused by Staphylococcus aureus or Streptococcus pyogenes. The increase in infections caused by Staphylococcus aureus allows for an increase in the incidence of MRSA. Methicilin-Resistant Staphylococcus Aureus is a strain of Staphylococcus aureus that is resistant to beta-lactam class antibiotics. Pyoderma often occurs in crowded communities, such as orphanages and Islamic boarding schools. Objective: To determine the prevalence and the difference of MRSA in students with primary and secondary pyoderma at Islamic boarding schools in the Special Region of Yogyakarta. Methods: This study was conducted at Al-Munawwir and Mualimin Islamic boarding schools, Special Region of Yogyakarta. This research is a cross-sectional descriptive study. The inclusion criteria were all female and male students aged 6-18 years-old who had skin complaints, diagnosed with primary or secondary pyoderma and were willing to participate in the study and signed a consent form. Diagnosis of pyoderma is carried out by history taking, clinical examination and  bacteriological   examination (Gram) also culture identification of bacteria in skin lesions. The results of the culture examination showed Staphylococcus aureus followed by MRSA examination. Result: This study obtained 42 subjects with pyoderma, consisting of 21 students with primary pyoderma and 21 students with secondary pyoderma. The type of disease found in primary pyoderma were ecthyma, 18 cases (85.7%) and impetigo, 3 cases (14.3%). The majority of bacterial growth in the primary and secondary pyoderma groups was Streptococcus pyogenes, 58.1% and 50.0% respectively. The next most bacterial growth was Staphylococcus aureus, with 41.9% primary pyoderma and 42.8% secondary pyoderma.  The  culture results obtained  one  case of  MRSA from 25  Staphylococcus aureus bacteria from primary pyoderma and secondary pyoderma so that the incidence was 4.0%. Conclusion: The results of this study found one case of MRSA out of 25 bacterial growths of Staphylococcus aureus so that the prevalence was 4.0%. The prevalence of MRSA was found in one case in secondary pyoderma and no MRSA cases were found in primary pyoderma.

Kata Kunci : pioderma, infeksi kulit, methicillin-resistant Staphylococcus aureus, pyoderma, skin infection, methicillin-resistant Staphylococcus aureus

  1. S2-2023-454010-abstract.pdf  
  2. S2-2023-454010-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-454010-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-454010-title.pdf