Kisah Hubungan Raja dengan Makhluk Supranatural Sebagai Legitimasi Kekuasaan dalam Kesusastraan Inggris dan Jawa
Mahardhika Kusumo Simbolon, Dr. Nur Saktiningrum, M.Hum.
2023 | Tesis | S2 Sastra
Dalam berbagai kebudayaan, kisah-kisah warisan masa lampau mengenai hubungan raja dan makhluk supranatural sering berfungsi sebagai legitimasi atas kekuasaan raja. Dalam masyarakat dunia masa kini yang pada umumnya telah meninggalkan sistem monarki, relevansi kisah-kisah tersebut sebagai legitimasi kekuasaan pun dipertanyakan. Penelitian ini memanfaatkan teori-teori mengenai kekuasaan raja, terutama yang ditawarkan oleh Moedjanto (1987) dalam konteks kekuasaan raja Jawa, ditambah dengan konsep mengenai makhluk Liyan yang melegitimasi, untuk menunjukkan bagaimana kekuasaan raja mendapatkan legitimasi melalui kisah-kisah tersebut dan faktor-faktor apa saja yang membuat kisah-kisah tersebut bertahan dalam masyarakat Inggris dan Jawa hingga saat ini. Data yang digunakan didapatkan melalui studi pustaka atas beberapa objek material. Kisah-kisah tulisan Tolkien seperti Lord of the Rings (1954-5) dan Silmarillion (1977) menjadi representasi kesusastraan Inggris karena dipandang sebagai bentuk baru dari kisah-kisah kerajaan medieval Inggris, sementara beberapa versi kisah Babad Tanah Jawi (Abimanyu, 2013 & Dipomenggolo, 2015) dan Babad Matawis (Saktimulya, 2010) menjadi representasi dari kesusastraan Jawa. Metode kualitatif yang ditawarkan Miles & Huberman (1984) digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara interaktif dan kontinu sehingga data mencapai titik optimal untuk penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa legitimasi kekuasaan raja melalui kisah-kisah hubungannya dengan makhluk supranatural hadir dalam penggambaran raja sebagai pengganti-penerus atas kekuasaan bumi, dualisme kesaktian raja melalui tangannya, keberadaan raja sebagai penguasa segala bangsa dan bahasa, dan fungsi raja sebagai jembatan ruang dan waktu. Selanjutnya, faktor-faktor yang membuat kisah-kisah hubungan raja dengan makhluk supranatural bertahan dalam masyarakat Jawa dan Inggris antara lain adalah nostalgia terhadap sosok manusia ideal dan dunia ideal, penantian terhadap sosok raja penyelamat yang hilang dan dijanjikan akan kembali tersebut, serta penghiburan bahwa sosok penolong yang akan kembali tersebut saat ini ada di tengah-tengah masyarakat meski belum menampakkan dirinya.
In various cultures, stories of relationship between the king and supernatural creatures often serve to legitimize the power of the king. Now that societies around the world have mostly abandoned the monarchy, the relevance of such stories from the past for power legitimation is brought into question. This study marshals theories about the power of the king, especially the one presented by Moedjanto (1987) in the context of Javanese kingship, supported by the concept of Other creatures as legitimizing entities, to demonstrate how the power of the king is legitimized through such stories and to address the factors which may contribute to the relevance of said stories in the contemporary societies of England and Java. The data for this study is collected through library research on several literary works. Stories written by Tolkien such as Lord of the Rings (1954-5) and Silmarillion (1977) serve as representation of the English literature for their successful rebuilding of English medieval tales, while several versions of Babad Tanah Jawi (Abimanyu, 2013 & Dipomenggolo, 2015) and Babad Matawis (Saktimulya, 2010) serve as representation of the Javanese Literature. Qualitative methods offered by Miles & Huberman (1984) is utilized to collect, process, and analyze data interactively and continually to achieve an optimal point for conclusion drawing. Result shows that the legitimation of the king’s power by means of stories depicting the king’s relationship with supernatural creatures is exhibited through the portrayal of king as successor of heavenly power on earth, the dualism of power in the hands of the king, the presence of king as master over many peoples and many languages, and the function of the king as a bridge of space and time. Furthermore, several factors contribute to the relevance of stories of relationship between the king and supernatural creatures in England and Java, namely the nostalgia for an ideal human figure and an ideal world, the longing for the recovery of the promised savior king, and the consolation from the belief that the expected helper figure is already living among us albeit still invisible to us.
Kata Kunci : kisah raja, makhluk supranatural, legitimasi kekuasaan, Inggris dan Jawa