Evaluasi Kebijakan Rekrutmen Calon Bintara Otsus TNI AD Kodam XVIII Kasuari Papua Barat
AFRIALDI PRANATA, Dr. soc.pol. Agus Heruanto Hadna, M.Si.; Dr. Pande Made Kutanegara, M.Si., Ph.D
2023 | Tesis | MAGISTER KEPEMIMPINAN DAN INOVASI KEBIJAKAN
Dalam rangka pemenuhan tenaga ahli pada
organisasi TNI, TNI Angkatan Darat melaksanakan rekrutmen kepada pemuda-pemuda
seluruh Indonesia untuk menjadi calon Tamtama, Bintara, dan Taruna Akademi
Militer TNI AD. Kodam sebagai Komando Utama Pembinaan memiliki tugas pokok
untuk menyelenggarakan pembinaan kemampuan, kekuatan, dan melaksanakan
pembinaan teritorial untuk menyiapkan wilayah pertahanan di darat dan menjaga
keamanan negara di wilayahnya dalam rangka mendukung tugas TNI Angkatan Darat
(AD). Dalam pemberdayaan wilayah pertahanan di darat, tugas tersebut
dilaksanakan oleh satuan kewilayahan yaitu Babinsa sebagai ujung tombaknya.
Kebutuhan Bintara sesuai dengan TOP/DSPP tercatat hanya mencapai 49 kondisi kebutuhan yang seharusnya bila dibandingkan dengan jumlah penduduk
Kampung atau Desa di Provinsi Papua Barat (Laporan kekuatan personel kodam
XVIII/ Ksr bulan Juli 2020). Dari tersebut, personel Bintara yang merupakan
Orang Asli Papua (OAP) masih sedikit, sesuai dengan hasil rekrutmen Bintara
Kodam XVIII/Kasuari dari tahun 2017 s.d. 2020 hanya 93 orang yang bertugas
sehingga anggota otsus tersebut ditugaskan di daerah pedalaman dengan memakan
jangka waktu yang cukup lama(Cantiasa, 2021, hal. 21). Untuk mengatasi
persoalan tersebut maka diperlukan proses rekrutmen personel Bintara Otsus yang
berasal dari OAP (Orang Asli Papua Barat). Dengan adanya perekrutan ini, maka
tiap-tiap daerah kabupaten/Kota dan Pemerintah Papua Barat membahas pembiayaan
pendidikan bagi 1.000 Secaba TNI AD melalui jalur Otsus, khusus orang asli
Papua (OAP). Dimana “Biaya akan ditanggung pemerintah daerah termasuk Pemprov
melalui dana otsus. Untuk biaya pendidikan ditanggung pemerintah daerah, dan
sejumlah kabupaten di Papua Barat akan saling membantu untuk pembiayaan ini.
Kebijakan Otsus ini sangat banyak membawa dampak positif yang berhubungan
dengan kehidupan dan kemanusiaan (Cantiasa, 2021). Berdasarkan keterangan dari
Gubernur Papua Barat melalui kepala staff TNI Angkatan Darat, Dampak positif yang telah
dirasakan bagi masyarakat disana yaitu adanya berbagai pengalaman yang calon
prajurit bintara diterima selama pendidikan yang dapat diterapkan dalam
lingkungan sosialnya. Sehingga dengan diadakannya program rekrutmen caba otsus
ini dapat lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan dan mengembangkan sumber
daya manusia yang lebih optimal.
In the context of fulfilling the needs of
experts in the TNI organization, the Indonesian Army recruits young people
throughout Indonesia to become candidates for enlisted men, non-commissioned
officers and cadets for the Indonesian Army Military Academy. The Kodam as the
Main Command for Development has the main task of carrying out capacity
building, strength, and carrying out territorial development to prepare defense
areas on land and maintain national security in its territory in order to
support the duties of the Indonesian Army. In empowering land defense
areas, this task is carried out by regional units, namely Babinsa as the
spearhead. According to the TOP/DSPP, the needs for non-commissioned officers
are recorded as only 49% of the actual needs when compared to the total
population of villages or villages in West Papua Province (Report on the
strength of Kodam XVIII/KSR personnel strength in July 2020). Of these, there
are still a few NCO personnel who are Indigenous Papuans (OAP), according to
the results of the recruitment of Sergeant Kodam XVIII/Kasuari from 2017 to
2017. In 2020 only 93 people were on duty so the special autonomy members were
assigned to remote areas which took quite a long period of time (Cantiasa,
2021, p. 21). To overcome this problem, a recruitment process for Otsus Officers
from OAP (West Papuan Indigenous People) is needed. With this recruitment, each
district/city and the West Papua Government discussed financing education for
1,000 Secaba TNI AD through the Otsus route, specifically for indigenous
Papuans (OAP). Where "The costs will be borne by the regional government
including the Provincial Government through the special autonomy funds.
Education costs are borne by the local government, and a number of districts in
West Papua will help each other for this funding. This special autonomy policy
has very many positive impacts related to life and humanity (Cantiasa, 2021).
Based on information from the Governor of West Papua through the chief of staff
of the Indonesian Army, the positive impact that has been felt on the people
there is that there are various experiences that prospective non-commissioned
officers receive during education that can be applied in their social
environment. So that by holding the special autonomy branch recruitment
program, it can provide more jobs and develop more optimal human resources.
Kata Kunci : Special Autonomy, Recruitment for Special Autonomy Branch, Special Autonomy Branch for Kodam XVIII/Kasuari