Transparansi Bahasa Pelaporan XBRL: Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belum Diadopsinya XBRL Sektor Pemerintahan di Indonesia
Nala Krida Hesthi Tama, Mardiasmo, Prof., Dr. Ak., MBA.
2023 | Tesis | S2 Akuntansi
Tujuan
penelitian ini untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang menghambat adopsi XBRL
dalam pelaporan keuangan pada sektor pemerintahan di Indonesia dan
mengeksplorasi permasalahan yang menjadi peluang adopsi XBRL di masa mendatang.
Studi ini merupakan penelitian kualitatif yang melibatkan narasumber dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK),
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), dan pemerintah daerah (pemda)
sebagai pihak yang terkait dalam pengelolaan keuangan negara dan adopsi XBRL di sektor pemerintahan.
Wawancara dilaksanakan terhadap 20 narasumber dengan latar belakang yang
relevan dengan adopsi XBRL di sektor pemerintahan di Indonesia. Pemilihan sampel menggunakan teknik snowball
sampling. Analisis penelitian ini menggunakan kerangka TOE (Teknologi,
Organisasi, dan Environment/Lingkungan) untuk menjelaskan interaksi tiga
elemen berbeda dari konteks organisasi dalam memengaruhi keputusan di level
organisasi. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang membahas adopsi
XBRL di sektor pemerintahan di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa XBRL
pernah dipertimbangkan dalam pengembangan sistem SIKD DJPK dan pernah ada upaya
untuk diadopsi oleh BPK untuk mendukung program e-Audit. Namun kedua upaya
inovasi teknologi tersebut tidak berlanjut dan diputuskan untuk tidak diadopsi.
Keputusan tidak diadopsinya XBRL pada pelaporan keuangan oleh instansi
pemerintahan di Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor dari konteks
teknologi, organisasi, dan lingkungan. Kerumitan XBRL, anggapan bukan solusi
permasalahan, dan tidak memberikan keuntungan relatif adalah faktor yang
dipertimbangkan dari konteks teknologi. Dari konteks organisasi, ketiadaan champion dan keberlanjutan kepemimpinan
menjadi faktor pertimbangan. Sedangkan dari konteks lingkungan, rendahnya
keterlibatan pemangku kepentingan dan perubahan kebijakan adalah faktor-faktor
yang disebutkan. XBRL masih potensial diadopsi di masa depan, terutama dengan
manfaatnya sebagai basis pertukaran sekaligus validasi data, potensi sebagai
jembatan interoperabilitas antara aplikasi pemerintah daerah dan pemerintah
pusat, serta peluang sebagai jembatan konsolidasi laporan keuangan pemerintah
daerah dan pemerintah pusat.
The purpose of this study is to explore the factors that hinder the
adoption of XBRL in financial reporting in the government sector in Indonesia
and explore problems that become opportunities for XBRL adoption in the future.
This study is a qualitative research involving informants from the Supreme Audit Agency
(BPK), Directorate General of Fiscal Balance (DJPK), Directorate General of
Treasury (DJPb), and local government (pemda) as parties involved in managing
state finances and adopting XBRL in the government sector. Interviews were
conducted with 20 informants with backgrounds relevant to XBRL adoption in the
government sector in Indonesia. The samples were selected by using
snowball sampling technique. The analysis in this study uses the TOE framework (Technological,
Organizational, and Environmental) which is the basis for technology adoption
in an organizational perspective. This research analysis uses the TOE
(Technological, Organizational, and Environmental) framework to explain the
interaction of three different elements of the organizational context in
influencing decisions at the organizational level. This research is the first
study to discuss the adoption of XBRL in the government sector in Indonesia.
This research found that XBRL was once considered in the development of the
DJPK SIKD system and there had been attempts to be adopted by BPK to support
the e-Audit program. However, these two technological innovation efforts did
not continue and it was decided not to be adopted. The decision not to adopt
XBRL in financial reporting by government agencies in Indonesia is influenced
by factors from the technological, organizational and environmental context.
The complexity of XBRL, the perceived lack of a solution to the problem, and
the relative lack of advantages are factors to consider from the technological
context. From the organizational context, the absence of a champion and the continuity of
leadership is a factor to consider. Meanwhile, from the environmental context,
low stakeholder involvement and policy change are the factors mentioned. XBRL
still has the potentials to be adopted in the future, especially with its benefits as a basis
for data exchange as well as validation, potential as a bridge for
interoperability between local government and central government applications,
as well as opportunities as a bridge to consolidate local and central
government financial reports.
Kata Kunci : XBRL adoption, XBRL nonadoption, XBRL in government sector, XBRL Indonesia