Studi Kelayakan Pabrik Biometanol Dari Biomassa Untuk Memenuhi Kebutuhan Bahan Bakar A20 Kapasitas 1,8 Juta Ton/Tahun
RIZKY MUTIARANI, Prof. Ir. Arief Budiman, M.S., D.Eng., IPU.;Dr. Nugroho Dewayanto, S.T., M.Eng.
2023 | Tesis | S2 TEKNIK SISTEM
Berdasarkan Peraturan
Menteri ESDM 12/2015 mengenai kewajiban pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai
kombinasi bahan bakar kendaraan, Pertamina berinisiatif mengembangkan bahan
bakar A20, yaitu bahan bakar emisi rendah kombinasi 80% gasoline, 15%
metanol, serta 5% etanol. Saat ini Indonesia hanya memiliki satu produsen
metanol berkapasitas 660.000 ton/tahun yang digunakan untuk seluruh kebutuhan
di Indonesia, maka dibutuhkan cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan metanol
dalam A20 tersebut. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) termasuk limbah yang paling
banyak dihasilkan, yaitu >20?ri total tandan buah segar kelapa sawit yang
diolah oleh industri. TKKS ini juga merupakan bahan organik kompleks yang kaya
akan kandungan karbon sehingga diharapkan pemanfaatan TKKS ini dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan biometanol untuk kombinasi bahan bakar A20 melalui
proses gasifikasi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah membahas
bagaimana kelayakan pabrik pembuatan biometanol dari TKKS baik dari sisi proses
maupun sisi ekonominya. Metode yang digunakan untuk kelayakan proses adalah short
calculation method guna meninjau apakah tingkat kemurnian biometanol yang
diolah dapat memenuhi syarat atau tidak (>99,85%). Sedangkan untuk kelayakan ekonomi metode
yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Payback Period
(PP) dan Internal Rate of Return (IRR). Pabrik biometanol dikatakan
layak secara ekonomi jika NPV>0, PP<10>MARR (13,62%).
Hasil penelitian menujukkan bahwa baik secara proses maupun ekonomi, pabrik
biometanol ini dapat dinyatakan layak untuk didirikan dengan hasil akhir
kemurnian biometanol 99,85%, NPV sebesar Rp4.216.648.150.346,01,-, PP dalam
jangka waktu 4,88 tahun, dan IRR sebesar 15,82%.
Based on the Regulation of
the Minister of Energy and Minerals Resources 12/2015 regarding the obligation to use biofuels as a
combination of vehicle fuels, Pertamina took the initiative to develop A20, a
low-emission fuel combination of 80%, gasoline, 15% methanol, and 5% ethanol. Currently Indonesia only has one methanol producer
with a capacity of 660,000 tons/year, therefore alternative ways are needed to
meet the needs methanol in the A20. Empty oil palm bunches (EFB) are among the
most widely generated waste, accounting for >20% of the total fresh fruit
bunches of oil palm processed by the industry. EFB is an organic material rich in carbon content
and could be used as a raw material for making biomethanol for biofuels through
a gasification process. Therefore, the purpose of this study is to discuss the
feasibility of a biomethanol manufacturing plant from EFB, both in terms of
process and economic side. The method used for process feasibility is the short
calculation method to review whether the purity level of the treated
biomethanol can be qualified or not (>99.85%). As for the economic feasibility of the methods used are NPV, PP
and IRR. Biomethanol plants are said to be economically viable if NPV>0,
PP<10>MARR (13.62%). A biomethanol plant can be declared
feasible to be established with the final result of purity 99.75%, NPV of Rp 4.216.648.150.346,01,-, PP within a period of 4.88 years, and IRR of 15.82?sed on this
study result.
Kata Kunci : A20, Tandan Kosong Kelapa Sawit, Biometanol, Net Present Value, Payback Period, Internal Rate of Return