Gerakan Sosial International Women's Day dalam Memperjuangkan Kesetaraan Gender di Kota Semarang, Indonesia
BAYU ANANG PRIHANTO, Dr. Ambar Widaningrum
2023 | Skripsi | S1 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIKKetidaksetaraan gender melahirkan gerakan sosial yang berfokus pada isu-isu gender. Salah satu gerakan sosial berbasis gender adalah International Women's Day. Belum tercapainya kesetaraan gender di Indonesia menyebabkan perlunya penelitian yang menjelaskan bagaimana tahapan gerakan sosial International Women's Day, sehingga dapat diketahui penyebab belum tercapainya tujuan gerakan di Indonesia. Penelitian akan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menjelaskan bagaimana tahapan gerakan sosial dan pola gerakan sosial International Women's Day Semarang sebagai pelaku Gerakan Sosial Baru (GSB). Terdapat dua penyebab yang membuat IWD Semarang belum mencapai tujuan. Pertama, belum adanya organisasi yang tersentral. Kedua, gagalnya organisasi dalam menentukan tujuan dari organisasi, sehingga aksi-aksi yang dilakukan hanya bersifat seremonial. Rekomendasi kepada penyusun kebijakan agar dapat melakukan memfasilitasi pihak-pihak yang mengalami ketidaksepakatan mengenai nilai kesetaraan gender agar dapat mencapai titik tengah. Selanjutnya, para aktor gerakan sosial perlu untuk menyusun rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek gerakan yang sehubungan untuk mencapai tujuan gerakan sosial.
Gender inequality rise gender-focused social movements. International Women's Day is one of the gender-based social movements. Because gender equality has not been achieved in Indonesia, there is a necessary for research that explains the stages of the International Women's Day social movement, so that the causes of the movement's goals in Indonesia have not been achieved. This study applied descriptive qualitative methods to explain how the social movements stage and social movement patterns of International Women's Day Semarang as New Social Movement actors work (GSB). There are two reasons why IWD Semarang has not met its objectives. The first is repression, particularly against LGBTQ and disabled communities. Second, the organization failure to determine its short and long-term goals, resulting in actions that are only ceremonial. Recommendations for policymakers to be able to facilitate parties who experience disagreements about the value of gender equality to reach a middle point. Furthermore, in order to achieve social movement goals, social movement actors must develop both short-term and long-term plans for the movement.
Kata Kunci : Gerakan Sosial, International Women's Day, Kesetaraan Gender, Gender in Development