Faktor Sosiodemografi yang berhubungan dengan Kejadian Prematuritas di Kabupaten Sleman : Analisis Data Sekunder HDSS Sleman
DIANITA PUTRI UTAMI, Dr. dr. Prima Dhewi Ratrikaningtyas, M.Biotech; dr. Vicka Oktaria, MPH, Ph.D
2023 | Skripsi | S1 KEDOKTERANLatar Belakang: Kejadian prematuritas dapat meningkatkan kemungkinan mortalitas dan disabilitas pada bayi. Kejadian prematuritas tersebut dapat dipengaruhi beberapa jenis faktor, salah satunya adalah faktor sosiodemografi. Berdasarkan studi literatur, terdapat beberapa hasil penelitian yang bertolak belakang mengenai faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan kejadian prematuritas. Selain itu, terdapat suatu sistem surveilans yang mengumpulkan data transisi demografi, status kesehatan, dan transisi sosial secara periodik di Kabupaten Sleman. Sistem surveilans ini adalah HDSS Sleman. Oleh karena itu, penelitian mengenai faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan kejadian prematuritas di Kabupaten Sleman sangat menarik dan penting untuk dilakukan. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi (usia, jumlah paritas, pekerjaan, pendidikan, lokasi tempat tinggal, dan status sosial ekonomi) dengan kejadian prematuritas di Kabupaten Sleman. Metode : Penelitian ini merupakan studi deskriptif observasional dengan memanfaatkan data sekunder HDSS Sleman dari siklus 4 tahun 2018 hingga siklus 6 tahun 2020. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dengan metode pengambilan sampel yaitu total sampling. Analisis univariabel yang dilakukan adalah analisis proporsi atau median diseuaikan dengan jenis data yang dianalisis. Sedangkan, analisis bivariabel yang dilakukan adalah Mann Whitney test untuk variabel independen numerik serta chi-square test untuk variabel independen kategorik. Setelah itu, analisis multivariabel dengan binary logistic regression juga dilakukan. Hasil: Usia ibu <20 tahun atau >35 tahun (AOR = 0,75; 95% CI = 0,48-1,19), jumlah paritas ibu 1 (AOR = 0,84; 95% CI = 0,54-1,31), jumlah paritas ibu �4 (AOR = 0,004; p-value = 1), status pekerjaan bekerja (AOR = 0,89; 95% CI = 0,59-1,34), pendidikan ibu rendah (AOR = 1,68; 95% CI = 0,66-4,28), pendidikan ibu menengah (AOR = 1,18; 95% CI = 0,68-2,03), lokasi tempat tinggal pedesaan (AOR = 1,50; 95% CI = 0,87-2,57), status sosial ekonomi bawah (AOR = 1,16; 95% CI = 0,70-1,90), dan status sosial ekonomi menengah (AOR = 1,08; 95% CI = 0,64-1,84) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian prematuritas di Kabupaten Sleman. Kesimpulan: Faktor sosiodemografi usia ibu, jumlah paritas, pekerjaan, pendidikan, lokasi tempat tinggal, dan status sosial ekonomi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian prematuritas di Kabupaten Sleman.
Background: Premature birth can increase the possibility of mortality and disability in the infants. Premature birth can be influenced by several types of factors, such as sociodemographic factors. Based on literature studies, there are several contradictory research results regarding sociodemographic factors that are associated with premature birth. In addition, there is a surveillance system that periodically collects data on demographic transition, health status, and social transition in Sleman Regency. This surveillance system is HDSS Sleman. Therefore, it�s very interesting and important to conduct research on sociodemographic factors associated with premature birth in Sleman Regency. Objectives: The objective of this study is to determine the relationship between sociodemographic factors (maternal age, number of parity, occupation, education, location of residence, and socioeconomic status) with premature birth in Sleman Regency. Methods: This research is an observational descriptive study using HDSS Sleman secondary data from cycle 4 (2018) until cycle 6 (2020). This is a cross-sectional study with total sampling method. The univariable analysis performed is proportion or median analysis according to the type of data being analyzed. Meanwhile, bivariable analysis was carried out using the Mann Whitney test for numerical independent variables and the chi-square test for categorical independent variables. After that, multivarible analysis was carried out using binary logistic regression. Results: Maternal age <20 years or >35 years (AOR = 0.75; 95% CI 0.48-1.19), number of parity 1 (AOR = 0.84; 95% CI = 0.54-1.31), number of parity � 4 (AOR = 0.004; p-value = 1), working occupational status (AOR = 0.89; 95% CI = 0.59-1.34), low educational status (AOR = 1.68; 95% CI = 0.66-4.28), middle educational status (AOR = 1.18; 95% CI = 0.68-2.03), rural location (AOR = 1.50; 95% CI = 0. 87-2.57), low socioeconomic status (AOR = 1.16; 95% CI = 0.70-1.90), and middle socioeconomic status (AOR = 1.08; 95% CI = 0.64 -1.84) have no significant relationship with premature birth in Sleman Regency. Conclusion: Maternal age, number of parity, occupational status, educational status, location of residence, and socioeconomic status have no significant relationship with premature birth in Sleman Regency.
Kata Kunci : Prematuritas, faktor sosiodemografi, faktor risiko, Kabupaten Sleman, HDSS